Namaku, Giandra Claretta. Masih duduk di bangku SMA kelas XII Ipa 2, dikit lagi lulus. Aku tinggal di Jakarta, lebih tepatnya aku tinggal bersama nenek dan kakekku.
Aku bersekolah di SMA Patimura. Itu adalah sekolah milik kakekku, yang sebentar lagi akan berpindah milik kepada kakak laki-lakiku yang bernama Gio Elvan Androcles.
Keluargaku semua tinggal di Bandung, sedangkan aku dan kedua kakakku tinggal di Jakarta untuk menemani nenek dan kakek yang hanya tinggal berdua.
Aku punya dua sahabat perempuan, yang tidak kalah cantik dariku he he. Namanya Quella Evelyn dan Sheren Brunella. Mereka jomblo, sama seperti diriku.
Ah iya, aku lupa memperkenalkan satu kakak perempuanku. Dia, Niesha Mackie, seorang model majalah remaja. Aku bangga punya kakak seperti Niesha, kalian akan tau hal yang membuat aku bangga padanya.
Aku suka dengan hal-hal yang berbau kucing, di rumahku bahkan sudah ada belasan kucing yang aku pelihara dan ada dua yang sangat aku sayang. Mungkin karena mereka kembar he he, namanya Noi dan Nai.
Aku sekarang sedang duduk memandangi langit sore yang indah bersama Quella serta Sheren, mereka memang sering menginap di rumahku. Menemani diriku lebih tepatnya, karena untuk satu bulan ini nenek dan kakek sedang tidak ada di rumah.
"Gia, kapan lu masuk sekolah?" tanya Quella yang sedang memakan kacang.
"Nanti, setelah Noi sembuh. Gua nggak mau Noi tambah sakit, terus mati," jawabku masih dengan memandangi ponsel.
Sudah dua hari ini aku tidak masuk sekolah. Alasannya? Karena Noi sakit, aku tidak mau Noi di pegang dengan pembantu yang ada di rumah.
"Gi, gua mau curhat nih," kata Sheren dengan wajah lesuh.
"Biasanya juga tinggal curhat, Ren."
Aku menatap Sheren. Sudah tidak perlu kaget jika Sheren ingin curhat, karena setiap saat pun orang yang paling sering curhat diantara aku, Quella dan Sheren ya hanya Sheren. Setiap hari pasti ada saja hal yang ingin diceritakan.
"Sekarang tentang apa?" tanyaku penasaran.
"Glen, nggak bales pesan gua udah dua hari Gia!!" pekik Sheren histeris sendiri.
Aku dan Quella menutup kedua telinga, karena pekikan Sheren yang bisa membuat telinga berdenyut kesakitan.
"Ih, kebiasaan. Udahlah Ren, lupain Glen cari yang lain. Ardian tuh yang nungguin lu dari lama, sampe lumutan kali," ucapku. "Jangan mencari yang seperti lu inginkan terus, Ren kalau orang yang bisa sayang dan cinta lu dengan tulus ada di depan mata."
Sheren menatap aku dan Quella dengan kedua mata yang berkaca-kaca.
"Makasih ya, selalu mau jadi tempat curhatan gua, selalu kasih nasehat yang baik untuk gua." Sheren memegang tanganku dan Quella.
"Gua baru sadar, nggak semua yang gua inginkan harus bisa gua capai. Bantu gua buat cinta sama Ardian."
"Siap."
Aku dan Quella memberi hormat seperti kepada bendera merah putih. Aku senang jika Sheren mulai sadar, terlalu menginginkan sesuatu hingga lupa ada orang di sekitarnya yang lebih perduli.
"Udah-udah nggak usah sedih-sedihan lagi. Nggak cocok muka kalian ha ha," kataku memecahkan suasana yang sedikit menegang.
Kami tertawa bersama malam ini, tanpa sebuah kesedihan yang menyelimuti. Rumahku kembali ada banyak namun rumah yang paling nyaman dan selalu menjadi sandarakanku hanyalah kedua sahabatku.
Maka dari itu, aku takut kehilangan keduanya. Karena bagiku, sahabat adalah orang yang sangat berharga.
Giandra💓
Welcomeee, ini short story kedua aku. Semoga suka😊 jangan lupa vomentnya yaa guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Giandra [Completed]
Conto(Perfect cover by @alphagraphic) Giandra Claretta, gadis pintar dengan wajah cantik. Dipertemukan dengan Atha, laki-laki yang menurut Giandra sangat asik. Giandra tidak mempercayai sebuah cinta dengan waktu singkat, tetepi bagi Atha itu semua bisa t...