25 - Sheren Marah

3.2K 151 0
                                    

"Ren," panggilku dengan bingung menatap sikap Sheren dari tadi pagi yang seperti sedang mendiamkanku.

"Lu kenapa?" tanyaku lagi, dan Sheren hanya diam.

"Ren, cerita dong," kataku memohon.

"Apaan sih, Gi," ucap Sheren terkesan acuh.

"Ren, lu kenapa?" tanyaku lagi.

"Bukan urusan lu," jawab Sheren lalu beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan kantin.

"Sebenernya kenapa sih?" tanyaku pada Quella yang hanya diam sedari tadi.

"Lu terlalu sibuk sama dunia lu, sampe lupa sama temen lu Gi," ucap Quella lalu pergi meninggalkanku sendiri.

Aku terdiam, mulai mencerna apa maksud dari omongan Quella. Apa aku terlalu sibuk dengan pertemananku dengan Atha? Hingga lupa dengan kedua sahabatku. Ya Tuhan, aku tidak bermaksud untuk seperti itu.

"Permisi, boleh gua duduk di sini," ucap seseorang membuatku mendongak lalu mengangguk.

"Lu kenapa?" tanya Ardian, membuatku berhenti melamun.

"Nggak papa," jawabku dengan tersenyum.

"Kalau mau cerita, cerita aja gua siap jadi pendengar yang baik," ujar Ardian memberi saran.

Aku tersenyum, "Gua nggak papa kok," jawabku. "Tumben lu sendiri?" tanyaku pada Ardian.

"Kayak kebalik deh, Gi. Gua yang seharusnya nanya gitu, tumben lu sendiri?" tanya Ardian membuatku tertawa.

"Oh itu sih Sheren sama Quella lagi ke kelas, mau ngerjain pr yang belum selesai," jawabku dengan berbohong.

"Gua tau lu bohong, tapi nggak papa. Semoga kapan-kapan lu nggak pernah bohongin gua lagi," kata Ardian dengan terkekeh.

"Maaf," lirihku dengan perasaan tidak enak, karena aku bukanlah pembohong yang handal.

"Nggak papa, gua duluan ya. Jangan terlalu banyak pikiran bentar lagi ujian pemilihan siapa yang dapet beasiswa tahun ini, jangan sampe lu sakit," ucap Ardian lalu pergi meninggalkanku kembali sendiri.

Benar katanya, aku harus fokus untuk mengambil beasiswa itu. Tapi bagaimana aku bisa fokus jka kedua sahabatku menjauh seperti ini?

****

Giandra [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang