7 - Pulang Bareng Atha

4.9K 254 4
                                    

"Gila, nilai gua. Kenapa kebakar kayak gini?" teriak Sheren sambil menatap kertas ulangan matematika miliknya.

Aku hanya tertawa, sudah terbiasa mendengar teriakan Sheren setiap ulangan matematika. Nilainya selalu saja kebakar atau mungkin berubah jadi telur mata sapi.

"Gia, lu pulang sendiri atau--"

"Gia, pulang bareng saya," potong Atha dengan cepat membuatku bingung.

"Oh okee, jagain sahabat gua ya Tha." Quella dan Sheren pergi meninggalkan kelas.

Menyisakan aku dan Atha hanya berdua, aku masih sibuk membereskan buku-bukuku. Sedangkan Atha hanya duduk memperhatikanku.

"Emang kapan kita janjian pulang bareng?" tanyaku.

"Emang harus ada janji ya? Kayak penjabat gitu?" Atha balik bertanya.

"Ya nggak gitu juga, seandainya tadi gua udah punya janji sama orang. Gimana?"

Atha tersenyum, "Baru seandainya, tapi nggak terjadi 'kan?"

Aku bungkam, tidak bisa membalas ucapan Atha lagi. Atha terlalu pintar untuk diajak berdebat, pikirannya panjang. Aku berjalan duluan, tanpa memikirkan Atha yang berjalan mengikutiku di belakang.

"Kamu marah sama saya?" tanya Atha yang tiba-tiba sudah ada di sampingku.

"Nggak," jawabku singkat.

"Benar ya, kata ibu saya. Cewek itu susah untuk ditebak, kata nggak kamu itu mewakili kalau kamu marah sama saya," kata Atha membuatku tercengang beberapa saat.

Sampai sebuah tangan, menarik tanganku. Menuju sebuah kedai es kelapa muda, di sebrang SMA Patimura.

"Loh, lu ngapain ngajakin gua ke sini?" tanyaku dengan bingung.

"Tanda minta maaf saya untuk kamu," jawab Atha santai lalu memesan dua es kelapa muda.

Aku menatap Atha yang sangat ramah dengan pedagang es kelapa muda. Sampai rela, membantu karena keadaan kedai sedang ramai sekali. Baru pertama kali aku melihat laki-laki seperti Atha, setelah tiga tahun aku bersekolah di SMA Patimura.

Entah kenapa, Atha berbeda. Berbeda dari laki-laki lain. Walau aku baru dua hari bertemu dengannya, tapi hatiku sangat sulit menolaknya. Seperti sekarang, aku sulit menolaknya untuk mengajak pulang bersama.

"Nih es-nya," kata Atha dengan menyodorkan segelas es kelapa muda.

"Makasih," ucapku dengan tersenyum, dan hanya dibalas senyuman pula.

Keadaan siang hari seperti ini, memang enak untuk minum yang segar-segar.

"Kamu tahu?" kata Atha.

"Apa?" tanyaku.

"Hanya kamu yang mau berteman sama saya seperti ini," ucap Atha, "terima kasih."

Aku tersenyum, "Sama-sama."

Kata sama-sama tersebut, dengan spontan keluar dari mulutku. Tanpa pemikiran apapun, aku tahu Atha tulus bilang seperti itu. Tanpa maksud lain, tapi aku belum mengerti maksudnya.

GIANDRA💓

Jangan sekedar vote, mari kita budayakan membaca di Indonesia.

Giandra [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang