5

5.2K 249 2
                                    

Ps. Diatas itu letta ya

"Jangan tinggalkan aku sendiri. Aku mohon, jangan pergi. Bangun-bangun." Ucap seorang lelaki yang memangku seorang wanita yaitu letta.

"Bangun..." lelaki itu menangis sesenggukan.

"Aku mohon bangunlah, aku tidak bisa hidup tanpamu. Maafkan aku, aku menyesal." Lelaki itu memeluknya erat, membuat lelaki itu menyesal karena pernah menyia-nyiakannya.

Tepuk tangan menggelegar di seluruh ruangan. Para pemain pun memberi salam perpisahan kepada penonton. Ya hari ini adalah pentas seni yang di adakan oleh sekolah letta. Dan letta menjadi pemeran utamanya, pensi drama ini di gelar secara umum. Jadi pihak sma pun jua boleh menyaksikannya.

"Kerja bagus letta. Kamu boleh istirahat sekarang." Ucap guru yang membimbing kelompok drama

"Iya bu, terima kasih." Senyun letta.

Letta keluar ruangan tanpa menghapus make upnya. Saat berjalan, dia menjadi pusat perhatian karena kecantikan yang dia miliki. Tetapi juga ada yang secara terang-terangan membenci dirinya. Tapi letta menghiraukanya, toh buat apa di urusi.

Dia mengarah ke kantin. Dia ingin sekali memakan cilok kesukaannya.

"Mba laras, cilok nya yang pedes satu ya." Ucap letta sumringah.

"Siap neng, neng teh geulis pisan euy. Saya iri jadina." Ucap laras sambil melayani pesanannya.

"Makasih mba laras, semua cewek itu cantik kok. Mba laras juga punya senyuman yang manis." Ucap letta.

Tanpa di sadari ada seseorang yang mengawasi letta di pojok kantin. Bisa kalian tebak siapa, ya itu adalah farel. Gino yang memaksanya itu melihat aksi dari letta di seni teaternya itu dan mengajaknya untuk makan di kantin ini.

"Cantik ya letta. Gue pacarin juga tuh anak." Ucap revan.

"Ga boleh, itu punya akang dimas. Gak boleh ada yang milikin selain gue." Ucap dimas sambil menaik-turunkan alisnya.

"Woy, ngaca dulu masnya. Si letta nya mau kaga ame lu." Ucap gino menjulurkan lidah.

Sedangkan farel hanya terbengong menatap letta. Satu yang di fikirannya, cantik. Farel langsung menggelengkan kepalanya agar membuatnya tersadar.

"Lo lagi disco? Geleng-geleng mulu." Tanya dimas yang menyeruput es cendolnya.

Farel hanya menggelengkan kepalanya.

"Ya allah, cabut saja mulut farel ya allah. Kalau gak di pergunakan dengan baik. Aa dimas ikhlas yaallah, sakit di kacangin mulu yaallah. Amin" Ucap dimas dengan kedua tangan menengadah ke depan dada.

"Mulut lo belum pernah di cabein." Ucap farel sadis.

"Belum, gue mah gak suka cabe. Gue suka nya tante-tante. Maaf." Ucap dimas.

"Apa sih lo. Tobat sana, ogah gue punya temen kayak lu." Gino melempar bungkus kacangnya ke wajah dimas.

Dimas hanya menggerutu kesal. Gino pun tiba-tiba berteriak.

"Letta, disini ajaa." Gino melihat letta yang kebingungan mencari bangku. Karena semua sudah terisi penuh. Maka dari itu ia memanggilnya untuk bergabung.

Letta mendekat dengan senang.

"Gapapakan letta gabung di sini??"

"Gapapa letta." Ucap gino, revan dan dimas berbarengan. Letta hanya tertawa melihat ketiga kakak tingkat nya itu.

"Gapapa kan kak farel?" Tanya letta menghadap ke farel.

"Gapapa kok letta sans mah sama kita. Percuma tanya farel dia kan bisu. Ehhh, peace boskuuu. Heheh" sela dimas. Dan dia di hadiahi lirikan tajam oleh farel.

"Gapapa." Singkat farel.

Letta hanya menyengir senang. Dan memakan cilok kesukaannya. Bibirnya sekarang di penuhi oleh saus kacang.

"Makan jangan berantakan dong, udah gede juga." Ucap gino sambil mengusap bibir letta. Dan letta hanya tertegun, dimas dan revan pun juga ikut menganga karena perilaku gino yang tidak seperti biasanya.

"Sutt.. pan gue gak mimpi kan yak? Itu gino bukan sih?" Bisik dimas sambil menoel tangan revan.

"Iya yak, gino kesurupan kali." Bisik revan.

Farel yang melihat adegan itu terlihat masa bodoh dan kembali menyatap makanannya.

"Mmm, heheh makasih kak gino." Ucap letta kikuk. Gino membalasnya dengan senyuman manis.

"Nanti kakak anter pulang ya?" Pinta gino.

"Gausah kak, letta naik angkot kok. Letta udah banyak nyusahin kakak." Tolak letta.

"Gak nyusahin kok, kan kakak yang nawarin. Santai aja kalik, kayak sama siapa aja." Ucap gino. Letta hanya mengangguk.

"Kak farel, mau cilok punya letta." Letta mengacungkan sendok berisi cilok ke arah farel.

Farel hanya menggelengkan kepalanya.

"Ini enak loh, beneran letta gak bohong. Ini cilok terenak yang ada di sini. Kak farel harus coba." Paksa letta

"Gak."

"Ihh kak farel. Sekali aja cobain, ini beneran enak. Gak bakal nyesel deh. Ayo buka mulutnya."

"Gue ga suka di paksa." Tolak farel. Letta mengerucutkan bibirnya. Tiba-tiba gino menyambar cilok itu dengan cepat dan mengunyah nya. Letta terkejut akan hal itu.

"Enak banget deh. Lagi dong aaaaa" gino membuka mulutnya. Letta sebenarnya kesal, karena cilok itu untuk farel bukan untuk gino. Tapi demi menghargai gino, ia menyuapinya lagi.

"Kak farel bener gamau nih. Kak gino aja suka."

Farel menatap nya tajam. Dan letta hanya tersenyum dan mengedip-ngedipkan matanya.

"Satu aja kak." Letta menyodorkan kembali ciloknya dan farel melihat sendok di depannya, dengan enggan dia menerima suapan dari letta. Letta tersenyum melihat itu, mungkin bila ada kaca disini ia pastikan bahwa pipinya akan merona.

Gino menatap tidak suka ke arah letta dan farel, entah ada rasa kesal saat farel menerima suapannya.

Setelah mereka menyelesaikan makannya, mereka pun memutuskan untuk pulang.

"Gue duluan, ati-ati di jalanm" ucap dimas dan revan.

Farel hanya bergumam dan menyalakan motor ninja merahnya itu.

"Gue duluan no" pamit farel.

"Yoi bro. Salam buat bunda ya." Ucap gino

"Yuk." Gino membantu letta menaiki motornya itu. Di perjalanan mereka hanya terdiam dan menikmati suasana kota jakrta yang ramai dan macet.


Hai semua, aku balik lagi. Gimana menurut kalian udah sampai part 5 ini. Jangan lupa vomment ya!! Happy reading

I Hate You but I Love You (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang