*diplay, biar bagus aja. Dan biar kalian nangis aja. Haha, kayak kalian bisa nangis aja baca cerita aku.
Hari minggu ini, letta berniat untuk mengunjungi rumah anna. Menjelaskan semuanya, ia mengendarai mobil yang di berikan oleh papanya.
Letta berhenti tepat di depan rumah anna. Lalu ia keluar dari mobilnya.
"Anna.." teriak letta memanggil.
"Anna kemana sih? Di panggilin dari tadi gak nyaut. Apa jangan-jangan dia pergi?" Ucap letta terhadap dirinya sendiri.
Letta menunggu anna di depan gerbang. Letta menunggunya dengan setia.
Sudah 5 jam berlalu, anna belum juga di rumah. Letta tetap menunggunya.
Sampai sampai ia tertidur di depan gerbang itu.
Tin tin...
Bunyi klakson membangunkan tidur letta. Letta tersenyum dan berdiri.
"Anna."
Letta membelalakan matanya,bagaimana bisa anna bersama cantika. Bersamaan itu cantika meninggalkan rumah anna dengan melambaikan tanganya dan senyum liciknya.
"Kok lo sama cantika?" Tanya letta.
"Bukan urusan lo. Pergi, ngapain lo disini?" Balas anna sengak.
"Gue disini dari tadi. Gue nunggu lo, na." Letta menelan ludahnya, suaranya bergetar.
"Gue gak nyuruh lo di sini." Ucap anna sambil membuka pintu gerbangnya dan masuk ke dalam.
Namun letta menahannya dengan mencekal tangan anna.
"3 hari na, lo diemin gue. Gue mohon, Izinin gue jelasin semuanya." Letta tak bisa menahan air matanya. Ruang di dadanya menyempit.
"Gue udah bilang, gue gak mau denger apa-apa lagi. Lepas."
Anna menyentak tangan letta, tanpa sengaja tangan letta terkena benda tajam yang ada di dekat gerbang. Sehingga tangan letta terluka, darahnya mengalir deras.
Anna terkejut. Tapi ia langsung menyembunyikan mimiknya itu.
"Gue gapapa." Rintih letta.
"Lebih baik lo pulang." Usir anna. Anna melangkah kan kakinya ke arah pintu rumah. Tapi langkahnya berhenti karena ucapan letta.
"Apa cuma segini aja persahabatan kita? Cuma gara-gara cowok kita kayak gini, na. Mana yang katanya lo bakal selalu ada di samping gue. Lo yang selalu nyemangatin gue, na. Gue cuma punya lo, na. Gue takut sendiri, na. Gue takut."
"Keluarga gue hancur na. Semuanya benci gue, gak ada yang peduli sama gue. Mungkin itu kan yang bikin lo penasaran tentang gue? Gue yang selalu di panggil pembawa sial sama orang tua gue sendiri."
"Dan waktu di sekolah, itu kakak gue na. Kakak gue yang kedua, dulu kakak gue baik sama gue. Dia sayang sama gue tapi itu dulu sebelum semuanya terjadi na. Sebelum kecelakaan itu. Kecelakaan yang-." Ucapan letta terpotong bersamaan dengan rintihan dan suara isak tangisnya.
"Kecelakaan itu yang ngerenggut kebahagiaan gue, na. Kakak gue meninggal, semuanya nuduh gue. Gue di tuduh penyebab kecelakaan itu. Gue gak salah apa-apa, na. Gue berani sumpah, itu bukan salah gue. Mereka gak tau apa yang terjadi sebenarnya." Suara letta melemah, airmatanya semakin deras.
"Harus gimana lagi, gue jelasin ke lo, Na. Gue gak ada sekalipun perasaan ke Kak Gino. Tolong percaya gue. Gue janji bakal jauhin Kak Gino."
Letta berlutut di hadapan anna. Letta memegangi lutut anna. Anna menangis dengan diam.
"Pergi." Usir anna.
"GUE BILANG PERGI." Teriak anna lalu menghentakan kakinya agar tangan letta terlepas dari lututnya. Ia lalu masuk ke rumah dan menutup pintunya dengan keras.
Letta tetap dalam posisinya. Ia menangis.
"Anna, maafin gue. Maaf anna." Lirih letta.
5 menit, letta terdiam di tempatnya. Ia lalu menghapus airmatanya dan menghela nafasnya panjang. Ia berdiri dan berjalan ke arah mobilnya.
Sebelum masuk ke mobilnya, ia menatap atas ke arah kamar anna. Ia melihat anna di sana, di balik tirai nya. Letta tersenyum, lalu memasuki mobilnya. Ia menatap tanganya yang terluka.
Ia menjalankan mobilnya ke rumahnya.
1 jam, letta telah tiba di rumahnya.
"Asalamualikum" salam letta.
"Walaikumsalam, letta tangannya kenapa?" Khawatir mama saat melihat luka di tangan letta.
"Gapapa mah." Letta lalu menarik tangannya perlahan.
"Gapapa gimana, luka segede ini. Tunggu sini. Kamu ini." Mama meninggalkan letta dan menuju dapur.
Letta duduk di sofa dan menyandarkan kepalanya sambil memejamkan matanya.
"Ada masalah apa lagi?" Tanya mama yang sudah tiba dan mengambil kassa lalu membasahinya dengan revanol. Ia mengusapkan dengan perlahan-lahan. Sesekali letta merintih.
"Gak ada apa-apa,mah. Aw pelan-pelan mah."
"Gak ada apa-apa kok bisa sampai kayak gini. Jujur sama mama." Mama menghentikan pergerakannya dan menatap mata letta.
"Mama bisa lihat, mata kamu mengatakan semuanya. Kamu sedang ada masalah letta. Jangan di pendem sendiri, kamu punya mama." Lalu mama melanjutkan kegiatannya, membalut luka letta dengan perban.
Mata letta mengabur, bibirnya tidak bisa ia tahan. Badannya berguncang, air matanya kembali mengalir.
"Harusnya mama kandung letta yang ngobatin letta. Bukan mama renata." Ucap letta.
Renata sudah selesai.
"Memang, harusnya dia yang disini. Tapi lihat, bahkan dia gapernah peduli sama kamu letta."
Ucapan renata sangat menohok untuk letta. Renata mengelus rambut letta.
"Apapun yang bisa buat kamu bahagia, mama bakal lakuin apapun. Mama sayang sama kamu." Renata merengkuh letta ke dalam dekapannya.
"Letta, sebentar lagi kamu ulang tahun. Apa yang kamu mau?" Tanya renata.
Letta meremas baju renata.
"Letta cuma mau, masalah ini selesai. Dan letta hidup bahagia. Hanya itu mah."
Haii guys. .
Gimana kabar kalian hehe.
Bayangin kalau kalian jadi letta, apa yang bakal kalian lakuin?Nah, kenapa sih kok aku jarang munculin tokoh farel. Itu semua bakal ke jawab di part selanjutnya.
Happy reading❤ jangan lupa tinggalin jejak kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate You but I Love You (Complete)
Teen FictionArletta Maharani, gadis kelas 3 smp yang selalu mengejar Farel Aditama Xander, kakak kelas 11 sma. Ya mereka berbeda tingkat tetapi masih dalam 1 gedung sekolahan. "Ini coklat dari letta, dimakan ya" ucap letta Tapi letta di hiraukan oleh farel. Let...