32

5.1K 225 3
                                    

Dont forget to comment and vote.
Seneng banget kemarin banyak yang komen. Jadi semangat nulisnya hehe, terima kasih semua.

Happy Reading. Semoga kalian suka.

   *****

Hari itu sangat berat untuk Farel. Dia sangat terpuruk, hidupnya terasa hampa. Seolah, hidupnya tidak berguna lagi.

"Farel, makan ya sayang." Ucap Tisa.

"Taruh situ mah, farel belum laper." Ucap Farel yang membaca bukunya.

Tisa duduk di sebelah kasur Farel.

"Sampe kapan kamu kayak gini? Ini bukan kamu, Farel yang mama kenal gak kayak gini. Kamu harus jaga diri kamu sendiri. Kamu gak mau kan buat dia sedih di sana, kalau kamu gak ngurus diri kamu sendiri. Dia pasti sedih, mama yakin itu." Ucap Tisa.

Farel menoleh dan meletakan bukunya.

"Apa benar begitu mah?" Lirih Farel.

"Iya sayang, mama yakin. Dia pasti merasa sedih melihat kamu seperti ini." Tisa mengusap pipi Farel.

"Farel kangen sama dia, mah. Farel kepikiran, dia sedang apa disana? Apa dia tidak merindukan Farel?"

"Dia pasti merindukanmu, percaya sama Mama. Dia merindukanmu. Jangan seperti ini, dia pasti tidak suka. Apa kamu tega lihat pacarnya sedih seperti ini?"

Farel mengangguk.

"Jadi, farel harus apa mah?"

"Lanjutkan hidupmu, seperti dulu. Buat dia bangga sama kamu." Ucap Tisa menggengam tangan Farel.

"Ya, Farel pasti akan membuatnya bangga mah. Farel gak mau buat, letta sedih. Terima kasih, ma." Ucap Farel memeluk mamanya. Farel menyembunyikan wajahnya di leher Tisa.

"Everything will be okay." Ucap Tisa mengusap punggung anaknya itu.

"Sekarang makan, apa perlu mama nyuapin juga?" Goda Tisa.

"No, ma. I am not a child anymore." Kekeh Farel dan mengambil nampan berisi makanannya.

"Itu kamu tau, habisin. Lihat badan kamu, kecil gini. Katanya mau jadi superhero, mana ada superhero badannya kerempeng kayak gini." Goda Tisa.

"Mahh, please, dont make me shy. That's my childhood story. Dan itu tidak berlaku sekarang." Gerutu Farel.

"Dont be shy, boy. You still my superhero. Bye." Ucap Tisa tertawa lalu meninggalkan kamar Farel.

Farel tertawa, di saat seperti ini hanyalah mamanya yang mengerti dirinya. Ia sangat beruntung memiliki mama seperti, Tisa. Ia lalu menyuapkan makanan enak buatan mamanya itu.

****

Hari demi hari berganti. Farel kembali menjalankan aktifitasnya, di bulan ini ia akan menyelesaikan Ujian Nasionalnya.

Sudah 1 bulan ini, ia mencoba melupakan semuanya yang terjadi kepadanya.

"Woy bro, mau lanjut kemana lo?" Tanya revan kepada Farel.

"Singapore, maybe." Ucap Farel singkat.

"Yah, ayang kita LDR dong." Ucap dimas genit.

"Najis lo. Kalian kemana?" Tanya Farel.

"Gue di sini aja sih dari tadi." Ucap Revan masa bodo.

"Sebahagia lo aja." Lirik Farel tajam.

"Serem amat sih, bos. Gue cuma bercanda, gitu aja ngambek. Kayak cewek lagi pms aja. Bawaannya emosi." Ucap revan.

"Bodo, serah lo."

"Gue lanjut UI kayaknya. Keren gak tuch. Tuh nya pake c." Ucap Dimas sok cool.

"Gayaan lo, sekolah aja bolos mulu. Pake mau ke UI." Ejek Revan.

"Awww..." botol kecap melayang ke wajah Revan.

"Sialan lo." Ringis revan mengusap wajahnya. Sedangkan Farel hanya terkekeh melihat kedua temen anehnya itu.

"Lihat aja, ntar kalau gue masuk UI. Lo, kotoran cicak. Harus nraktir gue selama 2 minggu di restoran paling mahal di Jakarta." Ucap dimas sambil menunjuk wajah Revan.

Revan tersenyum remeh.

"Oke, siapa takut. Kalau Farel mah gue percaya. Lah lo, gue gak percaya." Ucap reven mengejek.

"Oke. Deal." Ucap dimas menjabat tangan revan.

"Udah. Emang nya lo mau masuk mana?" Tanya Farel penasaran karena sedari tadi melihat Revan mengejek Dimas.

"Gue masuk Oxford, of course." Ucap revan enteng dan mengangkat bahunya.

Dimas yang saat itu minum langsung menyemburkan airnya ke wajah Revan yang ada di depannya.

"Dimas, lo apa-apaan sih. Lihat muka gue, ternodai air liur lo. Gue tau gue pinter, jangan kaget kalau gue masuk situ." Ucap revan mengelap wajahnya dengan tisu.

"Heh, Kotoran nyamuk. Lo yakin? Oxford, dude. Lo gila? Ga waras nih bocah. Bilangin temen lo,rel. Hahaha. Masih mending gue UI, lah elo. Lucu lo anjay, sakit perut gue." Tawa dimas.

"Sialan lo."

Farel hanya terkekeh. Selalu seperti itu

"Gak ada yang gak mungkin. Kalian pasti bisa. Gue dukung cita-cita kalian. Yang penting kalian gak lupa sama sahabat. Thats enough." Ucap farel menepuk kedua bahu temannya.

"Farel teguh." Ucap revan melongo. Begitupun dengan dimas.

"Awas, gajah masuk di mulut lo." Canda Farel.

Revan dan dimas menutup mulutnya.

"Garing lo, onta." Balas Dimas.

"Btw, gimana Letta?" Ucap revan.

Pertanyaan itu membuat Farel menoleh dan menatap revan. Dimas menginjak kaki revan.

"Aww, sakit bego." Rintih revan.

"She's happy, maybe. No, she's happy for sure." Lirih farel.

I Hate You but I Love You (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang