22

4.3K 210 10
                                    

"Lo, kenapa?? Letta" panggil anna menggoyang-goyangkan bahu letta.

"Kak aldo." Lirih letta.

"Kak aldo siapa?" Panik anna mencari seseorang itu. Letta tidak pernah cerita kepadanya, tepatnya belum.

"Kenapa, kak aldo disini?" Getir letta.

"Apa sih ta, ngomong sama gue. Jangan bikin gue khawatir dong." Ucap anna khawatir.

Letta terdiam, menatap orang yang semakin dekat, berjalan ke arahnya.
Letta menundukan kepalanya,matanya berair, dadanya sesak. Sudah lama ia tidak bertemu dengan kak aldo. Ia sangat merindukannya.

Letta menggelengkan kepalanya, ia sudah berjanji akan bahagia dan tidak boleh bersedih-sedih seperti ini.

Saat kak aldo melewatinya, hanya wajah datar kak aldo yang letta lihat. Diam, dan menghiraukan keberadaan letta. Letta tidak tahan, ia berbalik dan berlari memeluk Aldo dari belakang. Aldo terkejut melihat tangan kecil itu melingkari perutnya

"Kak aldo.." lirih letta.

"Letta kangen sama kakak." Air matanya tidak bisa di tahan.

"Lepas." Ucap aldo datar. Letta menggelengkan kepalanya.

"GUE BILANG LEPAS." Teriak aldo.

"Letta gamau, letta kangen sama kak aldo. Letta cuma mau peluk kakak." Pinta letta yang sekarang ini jadi pusat perhatian.

Brakk...

Letta terjatuh karena dorongan keras dari Aldo.

"JAUHIN GUE, GUE BUKAN KAKAK LO. JANGAN PERNAH MUNCUL, DI DEPAN GUE. NGERTI LO, INI TERAKHIR KALI LO BISA NYENTUH GUE, SAMPAH." Teriak Aldo dengan muka memerah.

"Kak-"

"JANGAN PANGGIL GUE KAKAK. APA LO GAK BISA BAHASA MANUSIA,LO TULI?" Teriak aldo sekali lagi.

Letta terperangah. Ia meneguk ludahnya. Ia bangkit dan meraih tangan aldo.

PLAKKK..

"Letta." Teriak anna mendekat.

Letta meringis, memegangi pipinya yang terasa panas. Bibirnya mengeluarkan darah.

Aldo menatap tangannya, tangan nya gemetar. Ini di luar kendalinya.

Letta menoleh ke arah aldo, ia tersenyum getir. Aldo menatap darah di bibir letta.

"Ta. Gue-" Panggil aldo.

"Puas kak. Puas udah nampar letta. Tampar letta lagi kak, kalau kakak belum puas.  TAMPAR KAK TAMPAR." Letta mengambil tangan aldo dan meletaknnya di pipi letta.

"Letta cuma mau peluk kakak, apa letta salah. Letta cuma kangen sama kakak. Tapi apa yang letta dapet? Apa kakak bahagia? Atau kakak mau letta menghilang gitu aja kak. Kayak yang letta lakuin ke mama. Sebutin kak, apa mau kakak? Biar letta turutin. Apa kakak nyesel punya adek kayak letta. Yang pembawa sial ini, pembunuh. BILANG APA MAU KAKAK?"

"Oke, letta bakal menghilang dari semua keluarga kakak. Makasih kak tamparannya, aku harap ini buat kakak puas. Makasih pernah jadi kakak yang paling sayang sama letta,makasih udah pernah manjain letta. Dan satu lagi kak."

Letta mengambil sesuatu di dalam tasnya. Sebuah surat, meraih tangan aldo dan memberikannya.

"Tolong buka surat ini seminggu lagi. Tepat pada ulang tahun letta. Letta pamit kak." Letta meraih tangan aldo dan menciumnya lama. Ia melepasnya lalu tersenyum sebentar ke arah aldo.
Letta berlari meninggalkan sekolah.

"Letta, lo mau kemana?" Teriak anna, lalu mencoba mengejarnya.

Aldo termenung menatap surat itu. Bodoh, mengapa emosi nya selalu saja meluap. Hatinya di rundungi penyesalan, ia berjalan ke arah mobilnya dan mencengkram setirnya dengan kencang.

"ARGHH, BRENGSEK... MAAFIN KAKAK LETTA." Teriak aldo di dalam mobik lalu menenggelam kan kepalanya di atas stir.

*******

Letta terdiam di bangku taman itu. Bibirnya terasa perih, ia membayangkan tamparan tadi. Padahal dulu kakaknya itu selalu melindunginya.

"Semuanya berubah dalam sekejap, di saat gue mau bangkit. Selalu ada yang ngehancurin semuanya." Letta termenung.

"Letta." Sapa anna terngah-engah.

"Gue tau lo disini." Anna duduk dan memeluk letta.

Letta hanya terdiam.

"Lo gapapa? Bibir lo harus di obati, nanti infeksi." Ucap anna khawatir,ia mengambil tisu di dalam tasnya.

"Gue gapapa." Tangan anna di tepis oleh letta.

"Gak, lo kenapa-napa?" Ucap anna tegas dan membersihkan luka letta.

"Pasti sakit." Lirih anna.

Letta sekali lagi hanya terdiam, menahan sakitnya. Air matanya jatuh di telapak tangan anna.

"Ta, jangan nangis." Ucap anna memeluk letta. Letta menangis dalam diam.

"Ceritaiin semua ke gue, ta. Gue janji bakal selalu ada buat lo."

"Apa janji lo, bisa gue pegang?" Ucap letta tiba-tiba.

"Ya, lo bisa pegang janji gue." Ucap anna yakin. Letta menangguk.

"Besok, saat lo tau kebenarannya. Gue yakin lo bakal ninggalin gue, na." Ucap letta.

"Gak, gue gak bakal ninggalin lo. Gue percaya sama lo."

Letta tersenyum kecut. Lalu menangguk.

"Gue mau sendiri, bisa tinggalin gue sendiri disini?"

"Tapi-"

"Gue mohon." Mohon letta.

"Oke. Lo jaga diri, jangan macem-macem." Lalu anna kembali ke sekolah dengan perasaan gundah.

******

"Eh, itu kenapa rame-rame?" Tanya revan.

"Entah, mungkin cabe pada cakar-cakaran." Asal dimas.

"Gue kepo deh." Ucap revan.

"Eh..ehh, dek itu kenapa rame-rame?" Tanya revan saat ada perempuan lewat di depannya.

"Tadi murid baru yang namanya Arletta di tampar sama orang baru pemilik sekolah." Ucap cewek itu.

"Hah, Arletta maharani?" Ucap gino kaget.

"Maaf, saya kurang tau. Saya permisi kak."

"Ada masalah apa mereka? Gue cari letta dulu." Pamit Gino.

Gino berpapasan dengan Anna.

"Letta mana?" Khawatir gino.

"Letta lagi nenangin diri. Katanya gamau di ganggu." Ucap anna.

"Iya, tapi dimana letta. Gue khawatir sama dia. Bilang sama gue, dia dimana?" Bentak gini tanpa sadar.

Anna terkejut.

"Aku udah bilang,letta ga bisa di ganggu. Sebenernya yang pacar kak gino tuh aku atau letta sih." Kesal anna.

Gini tersadar.

"Maaf, aku kelepasan." Gini menghembuskan nafasnya.

"Terserah." Anna lalu meninggalkan gino.



Nah, update lagi. Hehehe, maaf kebanyakan drama. Coment dong hehe, gimana rasanya??? Happy reading❤

I Hate You but I Love You (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang