Resah

3.5K 194 0
                                    

Yang terbaik bukanlah yang datang dengan segala kelebihannya namun yang tidak pergi karena kekurangan kita.
Kata yang sederhana tapi maknanya sangat luar biasa.
Sejak saat itu Darma tak pernah lagi menghubungiku, apakah aku terlalu berlebihan berbicara seperti itu.
Aku membuka ponselku dan mencari riwayat panggilan Darma.
Hatiku mulai resah dipenuhi kebingungan. Ingin rasanya menghubungunya tapi rasa egoku merajai hatiku.
Aku belum siap jika dia berbalik cuek padaku..
"Iiiii pusing banget sih, ngapain coba aku ngubungi dia, dia yang salah siapa suruh baru ngubungi aku sekarang" risauku
"Hei Qa, kamu kenapa ngomong sendiri kayak orang gila aja"
"Au ah gelap" ucapku risau

Aku beranjak dari tempat dudukku dan pergi keluar kelas
"Qa bentar lagi pak Satya masuk, mau kemana?"
"Hari ini aku males masuk kelas pak Satya, bilang aja aku gak enak badan" ucapku dari muka pintu
"Gak enak badan kenapa?" Suara Pak Satya.
Pak satya berdiri tepat di hadapanku
"Sheeqa pusing pak" saut Ita
"Ya udah de pak, karena bapak udah dateng. Sheeqa gak jadi sakit" aku berbalik arah dan duduk di bangku semula

Raga dan ruhku ada di dalam kelas tapi fikiranku berkelana entah kemana.

"Qa kamu mikirin apa sih?"
"Enggak, aku lagi kurang sehat aja"
"Entar aku beli in obat ya?"
"Gak perlu, penyakitku gak ada obatnya"
"Ya Allah kok bisa gak ada obatnya? Emangnya parah banget ya?"
"Iya parah, udah stadium 4"
"Kok kamu gak pernah bilang?"
"Kamu polos atau rada-rada kurang sih?"
"Emangnya kenapa?"
"Iiiii ngomong sama kamu malah buat aku tambah pusing tau gak"
"Habisnya aku gak paham, oh iya entar pulang temenin aku ngejenguk mama aku yuk"
"Mama kamu sakit apa?"
"Struknya kambuh lagi"
"Ok. Tapi nanti kita beli buah dulu ya untuk mama kamu"
"Gak usah repot-repot"
"Enggak repot kok" ucapku tersenyum

"Asheeqa, Ita! sudah selesai ngobrolnya" ucap pak Satya
"Udah pak" ucapku santai
"Kerjakan soal ini ke depan"
"Gimana ni Qa?" Ucap Ita ketakutan
"Biar aku aja yang maju"
Aku maju ke papan tulis dan mengerjakan tiga soal sekaligus.
"Sudah pak" ucapku
"Iya silahkan duduk"
Pak Satya tersenyum padaku dan meminta yang lain bertepuk tangan untukku.

Akhirnya jam Pak Satya selesai, aku dan Ita pergi menuju mobilku, setelah kami membeli buah, kami langsung kerumah sakit.

Mama Ita tidur dengan pulas, wajahnya pucat dan bibirnya kering.
Ita menatap mamanya penuh kasih sayang.

Tak terasa sudah dua jam berlalu.
"Ta aku pamit pulang ya, soalnya sudah siang ni"
"Iya. Terimakasih ya Qa udah mau nemenin aku, maaf aku merepotkanmu" ucap Ita sambil memelukku
"Iya, sama-sama. Aku gak ngerasa direpotin kok"
"Semoga kamu tetap bahagia ya Qa"
"Iya"

Aku berjalan menuju pintu dan saat keluar dari pintu seseorang menyapaku
"Asheeqa"
"What?..kak Nafisah??"
"Ya Allah sayang apa kabar?"
"Alhamdulillah baik kak"
"Kamu ngapain ke sini?" Tanya kak Nafisah
"Sheeqa ngejenguk mama teman Sheeqa kak, dan kakak ngapain ke sini?"
"Kakak kerja di sini"
"Wah keren" ucapku kagum
"Kak Nafisah" suara dari arah belakang
"Hei Darma sini sayang!"
"What??? Darma???" gumamku

"Kak, Sheeqa pulang dulu ya"
Kak Nafisah memegang tanganku "tunggu, jangan pergi dulu ya sayang!.."

Darma semakin dekat, suara tapak kakinya semakin tedengar jelas, jantungku serasa memompa darah dengan cepat...

ASHEEQATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang