Bersama

4.9K 222 2
                                    

Sampainya di rumah bang Rafa aku langsung membuka pintu mobil, di depan pintu kedua mertuaku sudah berdiri menyambut kedatanganku.

Aku di sambut dan di peluk hangat oleh tante Nirmala yang sekarang telah menjadi ummiku.

"Abang ngangkut barang dulu ya" ucap bang Rafa
Aku masuk ditemani abi dan ummi
"Apa kabar sayang?"
"Baik ummi"
"Kamu yang betah ya disini, ummi dan abi mungkin dua hari akan nginap di Solo"
"Iya ummi"
"Kami langsung pamit aja ya sayang" ucap abi
"Iya hati-hati"
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikimsalam"
Aku menyalami mereka. Merekapun meninggalkanku sendirian berdiri di ruang tamu.
"Kamar bang Rafa di mana ya?" Aku melihat ke arah luar, bang Rafa dan Darma sibuk mengeluarkan barang dari mobil. "Oh iya aku kan pernah ke sini dulu, aku tau kamarnya bang Rafa yang mana" ucapku penuh keyakinan

Aku berjalan menyusuri rumah bang Rafa. "Nah ini dia kamarnya" aku langsung membukanya
"Waw, keren banget. Warna biru muda, tersusun rapi dan baunya juga wangi banget" aku melihat ke arah meja belajar "ih ini foto SMA dulu, ada bang Rafa, aku, Tia dan Darma. Ya Allah dulu lucu banget"

Pandanganku menuju ke laci meja belajar "dosa gak ya kalau dibuka?" Gumamku "ah gak dosa, aku kan istrinya"

aku membuka laci meja belajarnya
"Ini kan foto aku waktu SMP, kok ada di sini?"

"Ehem" suara dari arah pintu, sontak mengejutkanku
"Eh bang Rafa"
"Lagi ngapain tu?"
"Enggak, aku eh maksudnya Sheeqa cuma lihat-lihat aja"
"Gimana kamarnya?"
"Bagus"
"Kamu suka?"
"Suka"

"Ya udah bang, kalau Sheeqa suka kamar ini, kalian berdua tidur di kamar ini aja" saut Darma dari belakang bang Rafa "biar aku tidur kamar bang Rafa"
"Eh jangan jangan!!!, ini kamar kamu Ma?, maaf aku salah masuk"
"Gak apa, santai aja. Kamar aku emang keren tak heran semua ingin tidur di kamarku"
"Ada kantong gak?" Tanyaku
"Untuk apa?"tanya Darma
"Mau muntah" jawabku "maaf deh aku salah masuk kamar, habisnya bingung, banyak banget pintu"
"Gak apa sayang" bang Rafa mengelus kepalaku
"Darma mendekat dan mengambil tangan kiri bang Rafa "huhuhu gak apa-apa cayang, Sheeqa kan emang suka salah dan keliru" ucap Darma sambil meletakkan tangan bang Rafa di kepalanya
"Ih apa'an sih" gerutuku
"Hahahhhahahhaa, kalian ini ya, coba saat bertemu itu akur" ucap bang Rafa seraya tertawa melihat Darma terus saja mengejekku

"So?" Tanya bang Rafa
"Sheeqa mau ke kamar bang Rafa aja"
"Ya udah ayo!" bang Rafa menggandeng tanganku
"😛 jelek" ejekku ke Darma
"😛"  balas Darma
"Udah ayo!" bang Rafa merangkulku

"Nah ini kamar abang"
"Waaaaah" ucapku kagum "gak jauh beda kamarnya, cuma ini lebih luas. Warnanya hijau, enak dipandang mata"

"Kamu suka?"
"Suka banget"
"Ya udah kamu istirahat aja dulu ya, abang dan Darma mau siap-siap shalat Dzuhur"
"ini kan baru jam sebelas" ucapku bingung
"Gak apa, siap-siap dulu ke masjid"
"Ok deh"
***

pukul sudah menunjukkan jam satu siang, bang Rafa, aku dan Darma duduk di ruang tengah
"Ummi pergi..huft, gak ada makanan. Aku laper banget" keluh Darma
"Masak aja yuk,kan banyak bahan makanan di kulkas" ucap bang Rafa
"Masak?" Tanyaku
"Iya kenapa? Gak bisa masak?" Tanya Darma dengan nada mengejek
"Bisa. Kalian tunggu di sini ya, aku masakin sup"
"Beneran Sheeqa bisa?" Tanya bang Rafa memastikan
"Bisa!" Ucapku penuh keyakinan

Aku berjalan menuju dapur.
Aku menyediakan wortel, kentang, daun sup, daging ayam, daun bawang dan buncis.

"Nah ini biasanya yang di sediakan bunda, terus diapain lagi ya?" Ucapku bingung "em dipotong, mana pisaunya ya?" mataku tertuju pada tempat di sebelah kiriku "waw keren, pisaunya banyak banget" ucapku kagum

Aku memotong semua yang ada di hadapanku dengan caraku sendiri

Sudah setengah jam berlalu, tapi aku malah bingung dengan hasil potonganku sendiri, meja masak tampak berantakan.

Bang Rafa menghampiriku.
"Ya Allah Sheeqa, ini kamu mau buat apa?" Tanya bang Rafa
"Buat sup ayam"

Bang Rafa menepuk keningnya

"Sheeqa juga bingun kenapa jadi kayak gini?" Ucapku manja
"Sini abang ajari motong yang benar"

Dari arah belakang bang Rafa memegang kedua tanganku dan mengajariku memotong kentang.
"Motongnya seperti ini" ucap bang Rafa lembut
"Iya Sheeqa tau, tadi itu cuma salah teknis aja"
"O ya?"
"Iya. Beneran!"
"Iya deh iya"

Saat aku dan bang Rafa sedang memotong kentang tiba-tiba Darma datang.
"Ups maaf, lagi mesra-mesraan ya?"

Aku dan bang Rafa kaget dan bang Rafa langsung menjauh dan berdiri di sampingku

"Udah jadi supnya?" Tanya Darma sambil mendekatiku dan bang Rafa
"Udah dong, ini kentangnya udah di potong"
"What???. Dari tadi cuma motong kentang doang?. Aduh. Sini aku bantu juga"

Kami bertiga masak bersama.
Darma selalu mengejekku
"Jangan masak!, masak itu berat kamu gak akan bisa biar suamimu saja" ejek Darma
"Ejekin aja aku, tunggu aja entar aku akan menjadi pemasak profesional" ucapku sambil memotong buncis
"Ya Allah, kenapa buncisnya di potong ada yang panjang dan ada yang pendek" tanya bang Rafa lembut dengan ekspresi kaget
"Bang Rafa. Inilah seni memasak, kalau ukurannya sama kan bosen dilihat, jadi kalau kayak gini kan tampak lebih indah" ucapku santai
"Hahahhahahahhaa gokil" ucap Darma semangat
"Hahahhahhaaa Sheeqa Sheeqa, kamu lucu banget sih" ucap Bang Rafa sambil memencit hidungku.
"Aduh sakit tau" ucapku sambil mencubit tangan bang Rafa
"Hahhahaahahha" Darma tertawa lebar

"Aku harap bahagia Darma bukan sebuah kebohongan" gumamku sambil menatap wajah Darma

Satu jam kemudian akhirnya masakan kami selesai, rasanya campur aduk, tapi karena lapar kami pun merasa masakan inilah yang terenak sa'at ini.

ASHEEQATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang