Pernikahan

5.4K 216 5
                                    

Sekarang tepat 3 hari sejak saat itu.
Aku memutuskan untuk menelpon kak Syila. Sejak dua hari lalu HP kak Syila tak dapat ku hubungi.

Aku mengambil HP dan mencoba menghubungi kak Syila
"Assalamu'alaikum" sambut kak Syila
"Wa'alaikumussalam kak" ucapku
"Apa kabar?"
"Alhamdulillah baik kak"
"Ada sesuatu?"
"Kak. Bang Rafa ngelamar Sheeqa"
"Alhamdulillah, bagus dong kalau gitu"
"Tapi Sheeqa dilema kak"
"Emangnya kenapa?, kok dilema?"
"Sheeqa sukanya sama Darma kak bukan sama Bang Rafa"
"Ya wes nikahi dua duanya aja!"
"Ih kakaaak Sheeqa serius"
"Ok deh ok. Begini Sheeqa, keluarga bang Rafa atau keluarga Darma pasti sudah merembukkan masalah itu. Dan mungkin kenapa Darma tidak melamar Sheeqa ya bisa jadi karena sesuatu hal, dan bisa jadi juga Darma yang meminta bang Rafanya untuk melamar Sheeqa. Ih so sweet banget deh, seperti film india ya"
"Kakaaaak!!!. Serius dong!"
"Hahahhaa, saran kakak terima aja, toh entar juga serumah ama Darma, kan kamu tinggalnya nanti sama mertua huhuhuhu"
"Nah maka dari itu kak, masak Sheeqa nikah sama abangnya sedangkan Sheeqa suka adiknya kak"
"Cinta datang karena terbiasa Qaa"
"Iya sih, au ah gelap. Kabar bang Azka gimana kak?"
"Gak tau"
"Kakak kapan nikah?"
"Ya tergantung yang ngelamar dong"
"Hati-hati loh, jangan galak-galak entar gak laku"
"Ye biarin, EGP.emang gue pikirin..hahahha"
"Hu dasar nenek sihir"
"So?"
"So apa?"
"Jadi gimana?"
"Gimana apanya?"
"Diterima gak bang Rafanya?"
"Iya Sheeqa terima"

***
Setelah telponan dengan kak Syila, aku memutuskan untuk menerima lamaran Bang Rafa.

Mendengar keputusanku, orang tuaku sangat bahagia dan begitu juga dengan orang tua bang Rafa. Acara pernikahan langsung di bicarakan. Keluargaku dan keluarga bang Rafa memutuskan pernikahanku akan diadakan bulan depan. Jangka waktu yang sangat singkat, aku sudah mantap dengan pilihanku. Lebih tepatnya pilihan Allah, semoga ini yang terbaik untuk akhirat dan duniaku.

***
Acara pernikahan di selenggarakan. Aku mengenakan baju putih dengan hiasan mahkota di kepalaku. Jantungku berdegup kencang. Hari ini, untuk pertama kalinya aku bertemu lagi dengan bang Rafa.
Aku duduk di kamar di temani kak Syila. Kak Syila mengusap air mataku, perasaanku campur aduk tak karuan.
"Sudahlah Qa. InsyaAllah ini yang terbaik, bang Rafa dan keluarganya sudah ada di depan. Bentar lagi ijab kabul, setelah menikah nanti bersikap baiklah ya!"
"Emang selama ini Sheeqa jahat"
"Mungkin"
"Ah kakak jahat ah"
"Hahhaa, nah senyum dong"

"Sah" suara semua orang

Aku merasa suara itu membuat hatiku makin bergetar.

Tak lama seseorang memanggilku untuk membawaku ke depan, dengan diiringi kak Syila aku melangkah setapak demi setapak.

Ku dapati dia, iya dia yang sekarang menjadi suamiku duduk menatapku. Aku hanya menunduk malu.

Aku duduk dan terus menunduk.
"Assalamu'alaikum" ucap bang Rafa lembut
"Wa'alaikumsalam"

Bang Rafa mengambil cincin dan menyodorkannya di hadapanku.

Aku mengangkat tanganku, cincin itu sekarang melingkar di jari manisku.

"Sekarang salaman" ucap bunda yang berada di belakangku

"Harus salama kah?" Tanyaku
"Iya sayang, kan bang Rafa itu suamimu" ucap bunda dengan nada berbisik

Aku sangat takut saat harus di suruh bersalaman dengan bang Rafa.

"Tenang aja, salamannya sebentar aja" ucap bang Rafa
"Aku takut"
"Abang gak gigit kok"

Bang Rafa mengulurkan tangannya. Aku sambut dengan rasa canggung dan gugup. Tanganku tampak bergetar. Saat tanganku menyentuh tangan bang Rafa, rasanya kegugupanku hilang dan aku langsung mencium tangannya dan segera melepaskannya. Setelah bersalaman bang Rafa memengang ubun-ubunku dengan satu tangan dan dia memanjatkan do'a. Aku hanya diam dan terus memegang kedua lututku.

Entah kenapa, secara otomatis ingatan tentang bang Rafa dulu  tergambar di kepalaku. Aku masih ingat sa'at kami harus memungut sampah karna terlambat, dia menghiburku saat bang Raihan menyakitiku. Dan aku juga sadar bahwa dia, sosok yang didepanku ini adalah seseorang yang selalu menjagaku dan bahkan selalu mengikutiku dari kejauhan untuk memastikanku agar tetap aman.

Sesekali aku memandanginya, senyumnya tetap sama. Tapi aku tak berani menatap matanya.

ASHEEQATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang