Cemburu

4.3K 209 0
                                    

Hari-hari yang membahagiakan bagaikan potongan filem yang selalu menghiasi hariku, suara mungilnya yang lucu dan senyumnya membuat kesedihanku perlahan sirna.
"Sayang, abang hari ini ada ngisi ceramah ni, mau ikut?" Ajak bang Rafa
"Boleh deh Sheeqa ikut tapi" aku menatap ke arah pangeran kecilku yang kini berusia satu tahun "Mekka mau ikut?" Tanyaku sambil menatap kedua mata anakku
"Ya mi mi mi mi" jawabnya dengan lafal kata yang kurang jelas terdengar oleh telingaku

Mekka langsung mendatangiku dengan merangkak dan memegang kedua pipiku seakan dia mengerti apa yang aku ucapkan

Aku berdiri dan pergi kekamar sambil menggendong Mekka, aku mengenakan Mekka pakaian yang senada dengan bang Rafa. Setelah aku selesai bersiap-siap kami pun pergi.

Jalanan tampak padat, kemacetan tak dapat di hindari di kota metropolitan ini.

Akhirnya sampai walaupun mobil kami parkir lumayan jauh jaraknya dengan Masjid. Ada beberapa orang yang menyambut kami. Seakan-akan mereka tahu bahwa mobil bang Rafa akan parkir di lokasi seperti ini. Mereka menyambut kami dengan senyuman
"Abang duluan aja!, Sheeqa mau beli roti. Biasanya pangeran kecil kita ini laper kalau denger abinya ceramah. Ya sayang ya?" ucapku sambil mengecup pipi anakku

Setelah membeli roti, aku menggendong anakku sambil berbicara kepadanya, putraku sesekali menjawab omonganku dan mengecup pipiku.

"Asheeqaaa"
Seorang wanita meneriakiku dari kejauhan.
Wanita itu mendekat. Semakin lama wujudnya semakin jelas. Dia adalah kakak tingkatku.

"Sama siapa qa?" Tanyanya
"Sama suami dan anakku"
"Mana suamimu?"
"Sudah duluan"
"Ya Allah tega bener istrinya ditinggal sendiri"
"Gak apa-apa. Kakak sama siapa?"
"Tu sama temen-temen...rame pakek rombongan. Soalnya yang ngisi ceramahnya lulusan Madinah, dan katanya ustadznya juga ganteng loh, wah jadi makin gak sabar rasanya. Semoga aja belom nikah..hahaha"

Aku hanya tersenyum
"Ayo sama-sama" ajaknya
"Ayo"

Di perjalanan Kak Aris selalu berbicara, menanyakan beberapa hal terkait masa laluku. Dia juga menanyakan Darma. Pria yang diketahuinya dekat denganku dulu.
"Anak kamu lucu banget sih, mirip Darma. Hem aku tahu, pasti bapak anak yang ganteng ini si Darma yang keren itu kan?"
"Apa'an sih kakak"
"Ya ampun gak dibilang pun pasti pada tahu, lihat tu mukanya aja mirip banget"
"Kak, Darma sudah meninggal kak, dan anak ini bukan anak Darma. Sheeqa gak nikah sama Darma"
"Upss maaf. Tapi"
"Gak apa kok kak, wajar aja muka anak Sheeqa hampir mirip sama Darma, itu karena Sheeqa nikah sama abangnya Darma"

Akhirnya kami sampai di Masjid. Kak Aris melihat ke arah pemateri
"Ya Allah gantengnya. Aku berharap dia jomlo dan semoga Allah menjadikan dia suamiku"

Aku yang berada di samping Kak Aris sedikit terganggu dengan perkataannya, tapi bibir ini tak dapat berucap dan mengatakan bahwa yang dia kagumi itu suamiku.

Wajar jika para wanita menyukai bang Rafa dan menginginkan suami seperti dirinya.

Masjid begitu ramai, membeludak sampai keluar masjid.

Telingaku dipenuhi dengan pembicaraan yang membuatku beberapa kali mengelus dada.
"Kenapa Qa, ada apa?"
"Enggak ada apa-apa, Sheeqa mau ke depan dulu. Mekka agak rewel ni kak, mungkin kepanasan"

Aku berdiri dan berjalan menyusuri keramaian. Rasanya semua mata menatapku. Mekka memelukku dan sesekali memanggi abinya.

Setengah jam berlalu akhirnya acara selesai. Aku melihat bang Rafa keluar dari pintu samping dengan dikawali empat orang.

"Bi bi bi" teriak anakku Mekka sambil membentangkan tangannya kearah bang Rafa"

Bang Rafa mempercepat langkahnya dan menyambut tangan Mekka.
"MasyaAllah pangeran abi, waduh-waduh keringetan. Panas ya sayang?"
"Lumayan lah bi, tapi Mekka hebat bi. Gak nangis" ucapku
"MasyaAllah gak nangis, pangeran abi enggak cengeng lagi sekarang ya?"
"Iya dong. Kan pangerannya ummi juga. Pangeran ummi kan jagoan"

Anakku Mekka hanya tertawa saat melihat kearahku dan kearah bang Mekka

"Hai Sheeqa" sapa kak Aris
"Eh hai" jawabku kaget
"Kamu..kok akrab banget sama Ustadz Rafa?"
"Em.. Ustadz Rafa suami Sheeqa kak"
" oh em jiiiiiiiieeee. Yang bener?, kok kamu gak bilang dari Awal sih. Ya ampun beruntung banget kamu Qa"
"Alhamdulillah, Sheeqa duluan ya kak, Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"

Aku berjalan menggandeng tangan bang Rafa. Bang Rafa melihatku sambil tersenyum

"Cepet amat jalannya?" Tanya bang Rafa
"Gak cepet kok?"
"Ehem, nampaknya ada yang di bakar api cemburu ni"
"Jangan bercanda sekarang"
"Jadi kapan boleh bercandanya"
"Nanti dirumah saat Mekka sudah tidur, nanti kalau sekarang Mekka bisa nangis"

Bang Rafa menatapku dengan mata berbinar.
"Pasti tadi banyak wanita yang berkeinginan menjadi istri abang kan?"
"PeDe banget sih. Coba abang berpenampilan agak tua, kan jadinya gak dikira masih sendiri"

Bang Rafa hanya tersenyum dan sesekali melirikku

ASHEEQATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang