.: 01 :. Bukan Perkenalan, Tetapi Perpisahan.

718 54 8
                                    



"Choi Yuna cepat bangun!!!" lantangnya perintah seorang laki-laki yang berasal dari dapur itu membuat seorang gadis bernama Choi Yuna merasa terganggu.

"Lima menit lagi oppa!" kata gadis itu.

"Ini sudah lima menitmu yang ketiga. Cepat bangun atau oppa tidak akan mengantarmu ke sekolah." ancam laki-laki yang merupakan kakak dari Choi Yuna.

Tak berselang lama, Yuna keluar dari kamarnya dengan seragam rapinya.

"Aku sudah bangun sejak tadi, oppa tahu? Kaus kakiku masih basah jadi aku mengeringkannya dulu menggunakan setrika." jelas gadis itu sembari duduk di meja makan.

Matanya langsung berbinar melihat apa yang tersedia di meja makan.

"Ini, bekalmu. Maaf hanya kimbap saja yang bisa oppa buat untuk makanan hari ini." ujar kakaknya sambil menyerahkan sekotak bekal berwarna biru langit pada Yuna.

"Tak masalah oppa. Oh iya, tumben sekali oppa mau mengantarkanku ke sekolah." tanya Yuna mengalihkan pembicaraan.

Dia memasukkan kotak bekalnya ke dalam tas dan mulai memakan segulung kimbap yang belum di potong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia memasukkan kotak bekalnya ke dalam tas dan mulai memakan segulung kimbap yang belum di potong.

"Memangnya tidak boleh? Lebih baik segera selesaikan sarapanmu. Kita harus berangkat." Taejoon berjalan terlebih dulu keluar dari rumah kecil mereka dan meninggalkan Yuna yang terburu-buru menghabiskan makanannya.

Beginilah kehidupan mereka sejak kedua orangtua mereka meninggal dunia beberapa tahun yang lalu akibat kecelakaan mobil.

Tidak ada sanak saudara baik dari pihak ayah ataupun ibu mereka yang mau menampung Taejoon dan Yuna. Waktu itu sempat keduanya dirawat oleh bibi mereka yang tinggal di Daegu namun karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan akhirnya Taejoon sadar diri dan memutuskan untuk tinggal sendiri bersama Yuna di Jeolla Selatan.

Seluruh aset seperti rumah, kendaraan pribadi, dan tabungan milik kedua orangtua mereka sudah dialihkan kepemilikkannya oleh paman dan bibi mereka yang kikir dan gila harta. Baik Taejoon ataupun Yuna tidak bisa membela diri saat itu karena mereka tidak punya kekuatan di mata hukum. Alhasil mereka hanya tinggal serba pas-pasan seperti saat ini.

Taejoon menghentikan kuliahnya dan mulai kerja serabutan di pelabuhan. Baik itu jadi kuli angkut barang, ataupun jadi anak buah kapal nelayan yang ingin mencari ikan, apapun itu Taejoon kerjakan asal keluarga kecilnya bersama Yuna bisa tetap hidup. Karena hanya bermodal pendidikan yang tak selesai tidak ada banyak pekerjaan yang menerima Taejoon. Dan hanya bekerja serabutan seperti inilah pilihan yang terakhir. Ia melakukan semua itu agar Yuna mendapatkan pendidikan yang layak dan dapat meraih cita-citanya. Ia tidak ingin Yuna menjadi sepertinya. Ya apapun itu.

Sempat Yuna menawarkan diri untuk berhenti sekolah dan bekerja seperti Taejoon, tetapi laki-laki tampan itu melarangnya. Biarkan ia saja yang menanggung beban sebagai kepala keluarga dan membiayai hidup Yuna. Ia tak masalah. Itu adalah tanggung jawabnya sebagai kakak dan satu-satunya keluarga yang Choi Yuna miliki.

{남자도 우나요} Do Men Cry? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang