Yuna baru saja menapaki teras rumah keluarga Song setelah petualangan seharian bersama Jungkook di festival kota. Dia menemukan raut wajah yang tak asing baginya tengah duduk di anak tangga sambil memainkan game dalam ponselnya.
"Hi Guanlin!" sapa Yuna seakrab mungkin. Tapi si pemilik nama tidak memberikan respon apapun dan masih sibuk memainkan ponselnya.
Ya, dia adalah Guanlin. Anak dari Victoria yang kini menjadi saudara angkatnya.
Baru saja Yuna ingin angkat bicara lagi untuk menarik perhatian Guanlin, tapi si anak laki-laki itu menghentikan aksi Yuna dengan berdiri sambil berkacak pinggang.
"Berhentilah mencoba menarik perhatianku dengan bersikap sok akrab padaku. Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah menganggapmu adalah bagian dari keluarga." setelah menyelesaikan perkataannya, Guanlin masuk ke dalam rumah dan melewati Victoria begitu saja.
Wanita yang baru saja selesai memasak itu dibuat kebingungan dengan tingkah Guanlin yang berkata tak layak pada Yuna. Victoria juga melihat Yuna yang masih berdiri diambang pintu rumah dengan kepala tertunduk.
Seolah mengerti perasaan si anak angkatnya, Victoria menghampiri Yuna dan memeluknya.
"Aku minta maaf atas nama Guanlin, Yuju... Tak seharusnya dia mengatakan itu padamu. Maafkan dia..." ucap Victoria yang berbisik di tengah pelukannya pada Yuna.
Dengan cepat Yuna menggelengkan kepalanya. Dia melepaskan pelukan Victoria lalu menatap wajah sang ibu dengan mata sendu.
"Tak apa mama... Aku tahu, pasti berat untuk Guanlin menerima kehadiranku." ujar Yuna. "Aku akan berusaha untuk menerima apapun yang ia katakan padaku, meskipun itu hinaan sekalipun."
Senyuman terhias di wajah Victoria melihat kegigihan Yuna yang cepat sekali merubah mood buruknya menjadi seoptimis ini.
"Baguslah... Ayo kita masuk. Aku masak makanan Korea hari ini. Kau pasti senang." ajak Victoria sembari merangkul Yuna. "Bagaimana festivalnya? Apakah menyenangkan? Kalian tidak terlibat masalah apapunkan?"
Beberan pertanyaan itu membuat Yuna menaikkan senyumnya. "Nanti akan aku ceritakan di dalam Mama... Hari ini aku sangat senang. Sungguh!"
.
_____________________
Setelah mengantar Sejeong pulang ke rumahnya, Seokmin pulang ke rumahnya sendiri.
Ketika ia membuka gerbang pagar rumahnya, ia menemukan sebuah mobil mewah terparkir di halaman rumahnya.
Ia tidak mengenali milik siapa mobil mewah ini karena sebelumnya ia tak pernah melihat kerabat ataupun rekan kerja orangtuanya memiliki mobil semewah ini. Dengan keraguan yang masih ada dalam benaknya, Seokmin masuk ke dalam rumah dan menemukan seorang laki-laki seusia ayahnya duduk di ruang tengah.
Laki-laki itu tengah bercakap-cakap dengan ayahnya sampai ia menyadari kedatangan Seokmin.
"Oh, Seokmin-ah... Eoraenmanhiya..." sapa laki-laki itu yang kini berdiri dan memeluk Seokmin dengan akrab. (Sudah lama sekali)
"Seokmin-ah, kau masih ingat paman Yoochun yang pernah membelikanmu sepeda saat ulangtahunmu yang ketujuh?" tanya ibu dari Seokmin pada anaknya yang masih kebingungan.
"Aish... Hyoyeon-ah, Seokmin pasti lupa. Terakhir kali kita bertemu itu sepuluh tahun yang lalu saat dia masuk rumah sakit karena demam berdarah." potong si laki-laki asing bernama Yoochun itu. Dia melepaskan pelukannya pada Seokmin dan merubahnya menjadi sebuah rangkulan sembari menepuk-nepuk bahu Seokmin. "Sekarang Seokmin sudah tumbuh besar menjadi seorang pemuda yang tampan. Aku senang dia tumbuh dengan baik. Pasti banyak perempuan yang menaruh hati padanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
{남자도 우나요} Do Men Cry?
Fanfiction> COMPLETED < Do men cry too? Do they hurt because of break up too? Do they cry inside because they crazily miss that other person? It feels like I'm only in pain and I'm the only sad one. Did you love me? Did you really love me? Words I couldn't...