"Yak! Lee Seokmin, darimana saja kau?!" cecar seorang wanita yang usianya sudah memasuki kepala empat saat anaknya -Lee Seokmin masuk ke dalam rumah.
"Tentu saja dari sekolah. Memangnya aku darimana lagi?" jawaban Seokmin barusan membuat sang ibu sangatlah geram.
Pasalnya Seokmin tidak menunjukkan tanda-tanda bersalah sama sekali saat ini, seolah-olah dia tidak melewatkan sesuatu yang penting.
"Kau lupa? Hari ini kau seharusnya menjemput Sejeong dari sekolahnya dan makan malam bersama keluarga Kim!" bentak sang ibu. "Kau tahu? Karena kesalahanmu itu, Sejeong harus pulang sendiri dan tuan Kim memarahi ayahmu habis-habisan."
Si anak laki-laki yang sedari tadi sudah memasang wajah tak peduli itu juga mulai naik pitam. Kenapa dunia begitu tak adil pada kehidupannya?
Dia selalu bertanya-tanya dalam benaknya seperti itu sejak ia pindah ke Seoul dan mengetahui kalau orangtuanya memiliki niat busuk untuk memanfaatkan kelemahan orang lain. Ya, celah dalam keluarga Kim yang renggang karena kesibukan tuan Kim sebagai salah satu pemilik bisnis besar di Korea yang kurang memberikan perhatian pada sang anak yang bisu bernama Kim Sejeong membuat niat licik muncul dari ayah dan juga ibu Seokmin yang berniat memanfaatkannya.
"Lalu kenapa kalau dia pulang sendiri?" tanya Seokmin. "Dia hanya gadis bisu! Dia masih bisa melihat, dia juga masih memiliki kaki dan tangan yang lengkap. Untuk apa mengkhawatirkannya!" cecar Seokmin yang tak kalah murka dari sang ibu.
Namun kemurkaan tersebut membuahkan tamparan yang cukup keras dari ibunya. Ya, nyonya Lee menampar anaknya setelah mendengarkan cecaran yang diarahkan oleh Seokmin.
"Beraninya kau menggunakan nada bicara itu padaku? Apa kau tidak tahu balas budi? Aku dan ayahmu susah payah bekerja dan memutar otak untuk membiayaimu, tapi mana yang kami terima darimu? Tak ada!" ujar sang ibu. "Kau harusnya sadar bahwa sebagai anak, membahagiakan orangtua adalah kewajiban. Tugasmu hanyalah mendapatkan hati dari Kim Sejeong, sudah itu saja. Memangnya kau tak mampu melakukannya???!"
"Iya! Aku tak mampu!" potong Seokmin.
Bola matanya memerah seolah-olah dia ingin menangis tetapi juga sekaligus ingin membakar sang ibu hidup-hidup. Bibirnya bergetar seolah-olah dia tak mampu mengutarakan semua kata-kata yang seharusnya dia ucapkan selanjutnya pada sang ibu. Tetapi kini, dengan keberanian yang ada dalam dirinya, Seokmin mulai membuka mulutnya.
"Aku punya kehidupanku sendiri eomma! Aku punya hak dan kewajibanku untuk hidup sesuai dengan apa yang aku mau! Aku punya hak untuk memilih gadis mana yang aku cintai!!!"
"Lalu apa yang akan kau perbuat hah? Gadis yang kau cintai? Gadis bodoh dari desa yang miskin dan tidak punya orangtua itu maksudmu???!" tanya nyonya Lee.
"Dia punya nama eomma! Namanya Choi Yuna!"
"Terserah, siapapun namanya... Bagiku itu tidak penting. Seharusnya kau sadar kalau gadis itu tak pantas untukmu sejak awal. Sudah kubilang padamu untuk melupakannya dan mulailah membuka hati untuk Sejeong... Tapi ini pilihanmu?" tanya sang ibu. "Kalau begitu carilah dia, temui dia, dan hiduplah dengannya. Jika sampai hal itu terjadi, maka sejak saat itu kau bukan anakku lagi."
.
.
.
_____________________
"Untuk sementara waktu, tinggalah disini." ujar Guanyi sambil meletakkan koper hitam diatas tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
{남자도 우나요} Do Men Cry?
Hayran Kurgu> COMPLETED < Do men cry too? Do they hurt because of break up too? Do they cry inside because they crazily miss that other person? It feels like I'm only in pain and I'm the only sad one. Did you love me? Did you really love me? Words I couldn't...