(Play the music on multimedia)
Sedari tadi Yuna mengikuti langkah kaki laki-laki yang ada di hadapannya dengan kepala tertunduk. Sejak mereka menaiki bus menuju festival, tak ada sepatah katapun yang terucap diantara mereka. Dan sejak perkataan terakhir yang Jungkook katakan padanya saat laki-laki itu mengetahui Yuna hilang dari pengawasannya membuat gadis Korea itu memikirkan banyak hal di kepalanya. Bahkan sampai saat ini.
"Hey," panggil Jungkook yang kini menoleh ke belakang dan menemukan wajah innocent Yuna yang tengah menatapnya seolah bertanya 'ada apa?' pada laki-laki Jeon itu.
Si laki-laki bergigi kelinci itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seraya menyusun kalimat dalam otaknya sebelum diutarakan kepada Yuna.
"Apa kau... Sampai sekarang masih memikirkan perkataanku tadi di halte?" tanyanya.
Yuna yang merasa dirinya tertangkap basah terkejut hingga matanya membesar.
"Hm... Tak perlu kau jawab, sudah terlihat jelas di wajahmu." lanjut Jungkook yang tak menerima jawaban apapun dari mulut si gadis.
Mereka kembali melanjutkan perjalanannya yang sebentar lagi sampai ke festival kota yang Victoria katakan.
"Maafkan aku... Aku terlalu bawel." ucap Jungkook. "Sebagai orang asing yang baru mengenal satu sama lain pada hari ini, aku terlalu banyak menasihatimu tanpa mengetahui apakah kau sakit hati atas perkataanku atau tidak."
Apa yang baru saja dikatakan oleh Jungkook tadi membuat Yuna dengan cepat menggeleng dan melangkahkan kakinya lebih cepat untuk menyamai posisinya dengan laki-laki itu.
"Tidak. Tidak. Bagiku apa yang kau katakan di halte itu bukanlah sebuah masalah besar..." elak Yuna.
Sebelah alis Jungkook naik, dan itu tandanya laki-laki bermarga Jeon yang kini berjalan bersebelahan dengan Yuna tengah mempertanyakan kebenaran dari ucapan gadis itu barusan.
"Aku bersungguh-sungguh." kata Yuna yang berusaha meyakinkan Jungkook. "Aku hanya memikirkan, apakah benar jika pasar gelap yang menyelundupkan organ-organ tubuh manusia untuk diperjual-belikan itu benar adanya. Aku masih tak percaya hal itu di dunia nyata ada. Biasanya aku hanya menontonnya di dalam film."
Penjelasan panjang kali lebar yang Yuna ucapkan membuat Jungkook mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Hm, baguslah. Sepertinya kita akan jadi teman akrab mulai hari ini."
"Ah, benarkah?"
Jungkook mengangguk. "Kau tahu? Orang sepertimu itu tipeku."
Kedua bola mata Yuna lagi-lagi membesar. Perkataan Jungkook benar-benar...
Benar-benar suka membuat hatinya mencelos.
"Jangan salah sangka dulu. Kaukan baru mengenalku hari ini. Biasakan saja dirimu dengan sifatku." ujar Jungkook. "Maksudku, kau itu memiliki sifat orang yang sangat kusukai. Kau tidak mudah sakit hati hanya karena sebuah perkataan, kau malah memikirkan perkataan orang secara kritis. Itulah yang aku suka dari cara pemikiranmu."
Kini Yuna bernafas lega. Tadinya nyaris saja dia salah paham akan maksud dari perkataan Jungkook.
"Aku ini orang asal ceplas-ceplos saja kalau bicara. Itulah kenapa banyak orang yang salah paham akan maksudku." jelasnya. "Tapi aku senang bisa bertemu dengan orang sepertimu yang mengerti akan sifatku."
KAMU SEDANG MEMBACA
{남자도 우나요} Do Men Cry?
Fanfiction> COMPLETED < Do men cry too? Do they hurt because of break up too? Do they cry inside because they crazily miss that other person? It feels like I'm only in pain and I'm the only sad one. Did you love me? Did you really love me? Words I couldn't...