Biasanya pagi hari di akhir pekan keluarga Victoria Song diawali dengan senam pagi bersama.
Tetapi Yuna melewatinya dan pergi dari rumah dengan alasan ingin ke rumah sakit.
Ya, Yuna telah memantapkan hatinya kini. Dia mencoba merelakan semua takdir yang Tuhan telah gariskan di jalan cinta antara dirinya dengan Seokmin.
Yuna sudah memiliki keputusan sendiri untuk bertahan bersama Seokmin sampai laki-laki itu bisa pergi dengan tenang ke surga.
Inilah pilihannya. Dia akan menghabiskan sisa hari demi hari, jam demi jam, dan detik demi detik sebelum Seokmin menghembuskan nafasnya untuk terakhir kali.
Hanya inilah satu-satunya cara Yuna untuk merelakan kepergian Seokmin. Hanya cara ini jugalah yang bisa Yuna lakukan untuk membahagiakan Seokmin terakhir kalinya.
Dia tidak akan menyerah ataupun mundur lagi.
Semua yang Yuna lakukan ini bisa disebut sebagai ketulusan cintanya.
Keluarganya, yaitu Victoria dan Guanyi sudah mengetahui fakta yang sengaja Yuna tidak katakan kepada mereka itu. Victoria mengerti kalau Yuna memiliki caranya sendiri dalam menyelesaikan masalah. Jadi dia hanya bisa mendukung anaknya itu melewati doa.
Sama seperti Guanyi yang juga memilih action yang sama dengan ibunya. Bagi Guanyi, Yuna sudah sepenuhnya menjadi perempuan dewasa yang kuat. Bukan kuat dalam standar beberapa orang, tetapi kuat dengan caranya sendiri.
Terbukti dari banyak airmata yang Yuna telah keluarkan dari mata indahnya, gadis itu tetap memilih jalannya sendiri dan memiliki pendiriannya sendiri. Itulah kekuatan yang Yuna miliki dan belum tentu orang lain memilikinya juga.
___________________
Sesampainya Yuna di rumah sakit, dia tidak menemukan keberadaan Sejeong yang biasanya duduk di depan ruangan Seokmin.
Malah yang Yuna temui adalah nyonya Lee. Ibu dari Seokmin. Sosok wanita yang sangat Yuna takuti dan ingin dia hindari.
Tapi Yuna tidak bisa mundur atau lari. Dia tidak boleh mengurungkan niatnya yang sudah bulat itu hanya karena nyonya Lee. Yuna harus bisa menghadapi wanita dewasa itu apapun caranya.
"Nyonya Lee...." panggil Yuna yang membuat ibu dari Seokmin tersebut mengangkat kepalanya yang tertunduk.
Wanita yang dipanggilnya dengan sebutan nyonya Lee itu menatap Yuna dengan tatapan tidak percaya. Sungguh, dia benar-benar tidak percaya kalau gadis itu berani menampakkan batang hidungnya di hadapan ibu dari Seokmin itu lagi.
Terutama saat Yuna sendiri tahu kalau nyonya Lee tidak menyukainya. Sangat, sangat, tidak menyukainya.
"Mau apa kau kemari?" tanya nyonya Lee dengan nada yang terdengar sangat dingin.
Dia bangun dari posisi duduknya agar bisa bertatap muka secara lebih dekat dengan Yuna.
"Saya ingin menemui Seokmin... Saya ingin berada disisinya, sampai Seokmin.... Sampai Seokmin pergi..." jawab Yuna lirih.
"Tidak ada gunanya kau berada disisi anakku... Dengan atau tanpa dirimu, keadaan tidak akan berubah. Dia akan tetap pergi dari kehidupan ini."
"Tentu saja ada perbedaannya." sangkal Yuna. "Selama ini kami saling mencintai, meskipun saya baru mengetahui fakta bahwa Seokmin saat itu pergi dan memutuskan hubungan kami karena terhalang restu dari anda, saya tahu... Bahwa yang saat ini Seokmin butuhkan hanyalah saya... Hanya saya untuk menghabiskan sisa waktu yang dia punya."
KAMU SEDANG MEMBACA
{남자도 우나요} Do Men Cry?
Fanfiction> COMPLETED < Do men cry too? Do they hurt because of break up too? Do they cry inside because they crazily miss that other person? It feels like I'm only in pain and I'm the only sad one. Did you love me? Did you really love me? Words I couldn't...