(Play the music on multimedia)
Airmata.
Hanya itu yang terus-menerus keluar dari manik indah seorang Choi Yuna. Gadis itu tidak bisa menahannya lagi setelah Seokmin memberitahu rahasia yang selama ini disimpannya sendiri. Rahasia yang membuat Yuna menggila karena perlakuan Seokmin yang berubah-ubah terhadapnya.
Rahasia yang membuat hati Yuna teriris. Terutama saat melihat kekasih hatinya yang kini membuang wajahnya dari Yuna.
"Lebih baik kau pergi dan melupakanku Yuna... Tidak ada gunanya mengharapkan laki-laki sepertiku." tutur Seokmin dengan suara yang sangat menyedihkan.
Bukan hanya Yuna saja yang menangis disana, tetapi dua gadis lainnya yaitu Sejeong dan Roapun juga beruraikan airmata.
"Yak! Apa yang baru saja kau katakan itu Lee Seokmin! Bukankah kau sudah berjanji kalau akan memperjuangkan Yuna???! Kau akan mengembalikannya ke pelukanmu??! Kenapa sekarang kau menyerah karena penyakit terkutuk itu hah?!" amuk Roa.
Gadis itu memukuli badan Seokmin karena dia sangat kesal dengan laki-laki itu. Dia sudah menaruh kepercayaan pada Seokmin dan terus membantunya berjuang untuk membuktikan kepada Yuna kalau si pemuda Lee itu bisa mendapatkan cintanya kembali, tetapi kini?
Dia sangat mengecewakan seorang Roa.
"Bukankah aku sudah bilang kalau tidak ada gunanya mengharapkanku? Gadis seperti Yuna tidak pantas mencintai pecundang sepertiku... Aku tidak memiliki keberanian untuk bersama dengannya... Dia tidak perlu mencintaiku."
Langkah Roa perlahan mundur dari dekat Seokmin. Dia rasa sia-sia saja kalau aksi selanjutnya adalah menghajar laki-laki lemah itu sampai babak belur.
"Aku tak bisa memberikan cinta ataupun hatiku lagi, menjalani hidup yang berat ini setiap hari... Dan setiap harinya hanya bisa membuat Yuna menangis... Aku tak bisa..." lanjut Seokmin.
"Seokmin..."
"Pergilah Yuna... Aku tak punya apapun untuk diberikan kepadamu, aku tak bisa memberikanmu kata-kata hangat yang menggambarkan bahwa aku sangat menginginkanmu, aku bahkan tak bisa berharap apapun lagi sekarang.... Itulah kenapa aku mendorongmu untuk menjauh seperti ini..."
Kali ini Seokmin memberanikan diri untuk menatap kearah gadis yang sangat dia cintai itu, Choi Yuna.
Kedua mata mereka sama-sama sembab. Nafas merekapun sama-sama ikut memburu. Dan, ada kerinduan yang nampak jelas di wajah mereka masing-masing.
Ingin sekali Seokmin menurunkan egonya dan berusaha untuk berlari ke Yuna dan menenggelamkan gadis itu dalam pelukannya. Tetapi Seokmin sadar, jika dia melakukannya malah nanti dia akan membuat Yuna semakin sulit untuk melupakannya yang sebentar lagi akan pergi meninggalkan dunia fana ini.
"Pergilah Yuna... Aku hanya seorang laki-laki tak baik dan sering membuatmu menangis." begitulah perkataan terakhir Seokmin sebelum seorang dokter datang untuk mengontrol kondisinya.
Dokter tersebut menyuruh ketiga perempuan dalam ruangan itu untuk keluar, dan mereka bertigapun menurutinya.
Di luar ruangan Seokmin, Sejeong memilih untuk duduk di jejeran kursi. Dia membenamkan wajahnya dengan kedua tangannya. Sedangkan Roa? Saat ini dia mencoba untuk menenangkan Yuna yang masih menangis. Namun ketika tangan Roa bergerak untuk memeluk si gadis Choi, tangan itu dengan cepat ditepis oleh Yuna.
Gadis bersurai kecoklatan itu langsung berlari entah kemana yang membuat Roa memandangnya bingung. Yuna berlari sepanjang koridor dengan airmata yang masih terus mengaliri sungai pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
{남자도 우나요} Do Men Cry?
Fanfic> COMPLETED < Do men cry too? Do they hurt because of break up too? Do they cry inside because they crazily miss that other person? It feels like I'm only in pain and I'm the only sad one. Did you love me? Did you really love me? Words I couldn't...