(Play the music on multimedia)
Yuna tidak pernah menyangka kalau Jungkook akan mengajaknya ke sebuah bangunan tua yang sudah lama ditinggalkan. Sebuah bangunan bekas gedung perusahaan yang telah diabaikan itu benar-benar terlihat sangat menyeramkan.
Terutama pada saat malam hari seperti ini. Coretan demi coretan grafiti di dinding yang sudah lapuk menambah kesan gelap dan angker.
"Kau mau berbuat apa di tempat seperti ini?" tanya Yuna terheran dengan lokasi yang Jungkook pilih.
Beberapa waktu yang lalu Jungkook mengatakan kalau dia ingin mengajak Yuna ke tempat yang indah dan bisa menghilangkan stress. Tetapi Yuna tidak habis pikir bahwa tempat yang menurutnya seram ini adalah tujuan mereka.
Jungkook memang memiliki selera yang berbeda dari dugaannya. Tidak seperti Seokmin yang memilih tempat seperti padang rumput atau pohon rindang untuk dikunjungi bersamanya dikala mereka suntuk atau membutuhkan tempat guna menenangkan diri. Mungkin ini salah satunya Yuna belum bisa memberikan hatinya untuk Jungkook. Ya, karena laki-laki itu sangat berbeda dengan Seokmin.
Dan Yuna belum siap menerima perbedaan diantara Jungkook dan Seokmin yang seperti berbanding terbalik.
"Tentu saja untuk menenangkan diri. Kenapa? Kau takut? Tenang saja... Aku tidak akan berbuat sesuatu hal yang buruk kepadamu. Percayalah." kini Jungkook semakin erat menggandeng lengan Yuna menaiki anak tangga menuju atap gedung.
Karena sudah lama tidak beroperasi, tempat itu sangat gelap dan tidak ada pencahayaan sama sekali. Hanya beberapa lampu pijar yang dinyalakan oleh penjaga gedung untuk meneranginya. Liftnyapun juga sudah tidak bisa dipakai lagi.
Itulah mengapa mereka harus menaiki anak tangga untuk sampai ke atap gedung yang hanya memiliki tujuh lantai tersebut.
"Ayo kita duduk disana." ajak Jungkook yang menunjuk ujung dari tepi atap gedung saat mereka sampai di bagian teratas dari bangunan yang sudah terbengkalai tersebut.
Tentu saja ajakan Jungkook barusan membuat Yuna menaikkan sebelah alisnya.
"M- mwo? Neo michigeseo? Kau ingin membunuhku ya?" tanya Yuna.
Bukannya menjawab, Jungkook malah tertawa. Dia tidak menyangka kalau Yuna akan berpikir demikian.
"Kau ini lucu sekali, mana mungkin aku membunuhmu. Kau ini terlalu pengecut. Kita hanya duduk di tepi gedung saja, bukan bunuh diri." jawab Jungkook. "Ayo."
Dengan sedikit paksaan Jungkook menarik Yuna untuk berjalan ke tepian gedung. Disana dia langsung mendudukan bokongnya dan menikmati semilir angin malam yang menerpa wajahnya.
Sedangkan Yuna?
Dia malah terdiam, mengagumi keindahan kota yang dia tinggali. Dia tidak tahu bahwa bangunan tua dan terbengkalai yang dia kira adalah lokasi untuk uji nyali ini rupanya memberikan sudut kota yang sangat indah. Sungguh benar-benar pemandangan apik yang tidak pernah diduga olehnya bisa dilihat dari tempat yang sudah diabaikan.
Gadis itu bahkan tidak sadar kalau saat ini dia tersenyum karena keindahan yang dia lihat.
"Kenapa kau masih berdiri? Duduklah sini," ajak Jungkook sambil menepuk sisi kosong di sampingnya.
Tidak memerlukan banyak kata, Yunapun mendudukan diri di samping Jungkook. Dia menghembuskan nafasnya panjang dengan kedua mata yang terpejam. Yang dia inginkan hanyalah menghirup udara ketenangan untuk mengatur konten hatinya.
Bukankah itu yang biasanya diinginkan oleh orang-orang yang berada dalam posisi sulit seperti Yuna? Terutama mereka yang sulit untuk melepaskan seseorang yang mereka cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
{남자도 우나요} Do Men Cry?
Fanfiction> COMPLETED < Do men cry too? Do they hurt because of break up too? Do they cry inside because they crazily miss that other person? It feels like I'm only in pain and I'm the only sad one. Did you love me? Did you really love me? Words I couldn't...