(Play the music on multimedia)
Mungkin jika ditafsirkan arti dari judul bagian cerita kali ini, sebagian dari kalian akan berfikir Yuna menyambut harinya yang baru dengan mencoba menerima kenyataan dan mulai merelakan kematian Seokmin.
Tetapi kalian yang berfikir seperti itu salah besar.
Ya, sangat salah besar.
Saat ini, di pagi hari yang baru saja menyingsingkan matahari, Yuna hanya bisa meringkuk di dalam kamarnya.
Takut.
Yuna sangat takut. Dia bahkan tidak mau keluar dari kamarnya sama sekali sejak hari dimana Seokmin meninggalkan dunia untuk selamanya.
Rasanya, sangat menyeramkan.
Dia belum berani untuk keluar dari kamarnya, memulai kehidupan layaknya manusia pada umumnya. Tentu saja kelakuan Yuna ini membuat Victoria, Guanyi, dan juga Guanlin sangat khawatir.
Pagi ini Roa datang ke kediaman keluarga Song itu guna mengajak Yuna pergi ke penghormatan terakhir Seokmin yang masih dibuka oleh keluarganya. Tetapi Yuna enggan membukakan pintu kamarnya untuk Roa. Dan pada saat itulah Victoria menanyakan kepada teman dari anaknya itu apa yang sebenarnya terjadi.
Mau tidak mau Roa menceritakan semuanya secara mendetail kepada Victoria. Dan seperti yang bisa kalian duga, ibu angkat dari Yuna itu cukup terkejut dengan kabar bahwa laki-laki yang anaknya cintai sudah pergi meninggalkan dunia ini.
"Pantas saja dia terus mengurung diri di dalam kamarnya... Pasti berat untuknya menerima kenyataan." gumam Victoria yang memandangi pintu kamar Yuna.
Pintu tersebut tidak pernah terbuka barang sedetikpun sejak Yuna memasukinya sepulang dari rumah sakit. Dan sejak malam itulah Yuna belum menyentuh makanannya sama sekali.
"Maafkan saya nyonya Song, seharusnya sebagai teman saya bisa menghiburnya dan membuat Yuna tidak menjadi seperti ini." kata Roa dengan penuh rasa bersalah.
Namun Victoria menggelengkan kepalanya pelan. Dia tersenyum kepada teman dari anaknya itu dan mengatakan tidak apa-apa.
"Dia membutuhkan waktu untuk menerima kenyataan." ujar Victoria. "Meskipun begitu, dia harus tetap makan karena sejak semalam dia belum makan sama sekali."
Kini Victoria berusaha kembali membujuk Yuna untuk membuka pintu kamarnya. Sungguh dia khawatir kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
"Roa, sepertinya kau bisa menunggu Yuna di ruang tengah. Aku akan berusaha membujuknya keluar."
"Ah... Baiklah nyonya Song."
Menuruti perkataan Victoria, Roapun beranjak pergi. Meninggalkan Victoria yang masih berusaha meminta anaknya untuk keluar dan makan.
"Yuju-ya... Bukalah pintunya. Hanya ada mama disini, kau bisa membukakan pintu untuk mama dan menceritakan segalanya." bujuk Victoria untuk kesekian kalinya.
Hening.
Sama seperti sebelumnya, tidak ada jawaban.
Tetapi beberapa detik setelah keheningan tersebut, suara kenop pintu yang bergeser berbunyi. Dan setelahnya Yuna membukakan pintu untuk Victoria. Betapa terkejutnya sang ibu ketika melihat anaknya begitu berantakan.
Yuna masih memakai pakaian yang kemarin dia kenakan saat pergi ke rumah sakit. Rambutnya juga berantakan tidak beraturan. Tapi yang paling menangkap perhatian Victoria adalah wajah anaknya yang sembab dan matanya yang bengkak serta memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
{남자도 우나요} Do Men Cry?
Fanfiction> COMPLETED < Do men cry too? Do they hurt because of break up too? Do they cry inside because they crazily miss that other person? It feels like I'm only in pain and I'm the only sad one. Did you love me? Did you really love me? Words I couldn't...