Seokmin keluar dari ruangannya dan menemukan Sejeong sedang menghias sebuah kue dengan cream cheese. Gadis bisu itu tersenyum karena dirinya merasa bangga akan hasil hiasan yang ia buat.
Sejak pindah ke Seoul dan dicecari oleh kedua orangtuanya tentang siapa keluarga Kim dan juga putri kesayangannya -Sejeong, Seokmin mengetahui beberapa fakta bahwa gadis itu menyukai banyak hal.
Dia menyukai dunia pastry. Ya, Sejeong sangat suka masak terutama membuat kue, mangkannya cafe yang dimiliki oleh keluarga Kim semuanya juga menjual kue dengan resep dan takaran yang Sejeong gunakan. Seokmin akui memang, kue-kue buatan Sejeong memang sangat lezat dibalik keterbatasannya, Sejeong bisa membuat suatu hal yang sangat berguna.
Sejeong juga suka mendengarkan musik. Semua jenis musik ia suka, meskipun hanya bisa mendengarkan, tapi tak bisa melakukannya, bagi Sejeong musik adalah bagian dari hidupnya. Seokmin bisa merasakan hal itu, sama seperti halnya dia yang sangat menyukai Choi Yuna. Meskipun dia tidak bisa memiliki Yuna seperti Sejeong yang tidak bisa menunjukkan bakat bermusiknya, tapi dia tetap menyukainya.
Kini Seokmin menghampiri Sejeong dan membuat gadis itu menatapnya dalam waktu yang lama. Sejeong menunggu Seokmin untuk mengangkat bahan pembicaraan terlebih dulu.
"Sejeong-ah, aku dengar setelah cafe tutup kau akan pergi untuk belajar.... Bolehkah aku menemanimu?" tanya Seokmin.
Sejeong yang masih tertegun dengan perkataan Seokmin mencoba menyelidiki kebenaran perkataan Seokmin dari matanya. Dan Sejeong tidak menemukan kebohongan sama sekali. Gadis bisu itupun mengambil buku catatan kecilnya dan menuliskan sesuatu diatasnya.
Kau serius? Maksudku... Kau akan mati kebosanan disana, dan lagipula kau tidak akan betah karena suasana disana membosankan.
Begitu yang Sejeong tuliskan dan tunjukkan pada Seokmin. Laki-laki yang menawarkan diri untuk menemaninya itu hanya mengulam senyum yang menandakan bahwa dia tidak keberatan sama sekali.
"Aku tidak masalah. Lagipula aku ingin belajar bahasa isyarat. Bolehkan?" sahut Seokmin. Lagipula sebentar lagi cafe akan tutup dan daripada berada di rumah mendengarkan segala macam perkataan orangtuanya, Seokmin lebih baik pergi ke tempat yang asing, untuknya bersama dengan Sejeong.
Senyumanpun terukir di sudut bibir Sejeong. Gadis itu mengangguk sebagai ganti dari kata 'tentu saja' untuk jawaban atas pertanyaan Seokmin barusan.
"Baiklah kalau begitu lebih baik kita segera bergegas menutup cafe dan berangkat." ajak Seokmin.
.
.
.
___________________
Mata seorang laki-laki mengedar ke seluruh penjuru sebuah pondok yang berdiri kokoh di tengah padatnya pemukiman masyarakat menengah ke bawah. Dia tidak pernah menyadari kalau gadis ceria yang berjalan disampingnya ini memiliki kebiasaan untuk datang ke tempat seperti ini.
Laki-laki itu tak lain tak bukan adalah Lee Seokmin, dan si gadis ceria itu adalah Kim Sejeong yang kini setengah berlari kearah seorang perempuan yang berdiri di pintu masuk pondok itu.
Pondok itu merupakan rumah singgah untuk anak-anak jalanan yang berkebutuhan khusus seperti Sejeong, sebuah panti dimana anak-anak yang diasuh hidup dari dana para dermawan dan juga kegiatan dari gereja setempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
{남자도 우나요} Do Men Cry?
Fanfic> COMPLETED < Do men cry too? Do they hurt because of break up too? Do they cry inside because they crazily miss that other person? It feels like I'm only in pain and I'm the only sad one. Did you love me? Did you really love me? Words I couldn't...