.: 30 :. Sebuah pengakuan.

180 27 5
                                    




Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa menyusuri koridor sebuah rumah sakit. Kedua tangannya terkepal sangat kencang sampai menunjukkan warna putih pada buku-buku jarinya.

Jika kau bertanya siapa dia, tentu saja dia adalah Jeon Jungkook.

Ya, setelah semalam mendapatkan informasi tentang Seokmin yang tengah berada di rumah sakit, hari ini Jungkook berencana untuk menemuinya. Entah apa alasannya, tetapi rencananya itu sudah berjalan dan nyaris selesai.

Pemuda Jeon itu sudah mendapatkan nomor dari kamar dimana Seokmin berada. Dengan emosi yang dia tahan, Jungkook kini membuka pintu ruang inap Seokmin tanpa berbasa-basi yang membuat Seokmin dan seorang perempuan di dalamnya terkejut dengan kedatangan Jungkook.

Ah, Jungkook mengenal perempuan itu. Dia pernah melihatnya bersama Seokmin di rumah singgah. Tetapi Jungkook tidak tahu dan tidak mau tahu siapa namanya.

Perempuan itu adalah Sejeong. Kim Sejeong.

"Mau apa kau kemari?" tanya Seokmin dengan sinis kepada Jungkook.

"Bagaimana bisa kau berbicara sesantai dan sesombong itu? Padahal kau tengah terbaring lemah diatas ranjang seperti pesakitan." ujar Jungkook yang malah meremehkan Seokmin.

"Kau sangat tidak sopan untuk ukuran orang asing yang baru berbicara kepada seorang pesakitan." kata Seokmin membalikkan perkataan Jungkook.

"Cih... Dan kau, sangat pengecut untuk ukuran laki-laki yang ingin memperjuangkan Yuju."

Sejeong yang kesal melihat tingkah Jungkook kini berdiri dari duduknya dan mendorong laki-laki itu. Matanya sudah menunjukkan tatapan tajam kepada Jungkook.

Sedangkan Jungkook? Tentu saja dia terperanjat ke belakang akibat dorongan Sejeong. Dia menatap Sejeong dengan pandangan heran. Gadis itu tidak berbicara sama sekali kepada Jungkook untuk mengutarakan kebenciannya.

"Oh, kau mempunyai pendukung sepertinya. Siapa perempuan ini? Mainanmu juga?"

Selang beberapa detik Jungkook mendapatkan sebuah tamparan keras di pipinya. Dan tamparan tersebut berasal dari Sejeong yang kini tengah menangis. Ingin sekali Seokmin bangkit dari posisi berbaringnya, tetapi dia tidak bisa. Kepalanya terasa berat sekali sehingga dia tidak bisa bergerak secara leluasa.

"Kau tahu? Kau memang memiliki wajah yang tampan seperti yang diidam-idamkan oleh banyak perempuan. Tetapi kau tidak punya attitude yang baik." ucap Seokmin. Bersamaan dengan ucapan tersebut, Sejeong menuliskan sesuatu di notebook kecilnya.

Setelah selesai, dia menunjukkan hasil tulis tangan tersebut kepada Jungkook. Betapa terkejutnya si pemuda Jeon ketika melihat Sejeong yang rupanya tidak bisa berbicara.

Gadis itu bisu. Dan Jungkook baru mengetahui fakta tersebut.



Lebih baik kau pergi daripada menciptakan keributan disini. Kau tidak tahu apapun tentang Seokmin, apalagi tentangku. Jadi jangan sok tahu dan jaga sikapmu.





Begitulah yang Sejeong tulis.

"Oh, jadi kau bisu? Maafkan aku bersikap tidak sopan kepadamu." ucap Jungkook tanpa merasa bersalah. "Tetapi aku tidak memiliki urusan denganmu. Aku dan laki-laki ini memiliki urusan pribadi."

Jungkook tidak kenal menyerah memang, dia bahkan kini berdiri berhadapan dengan Seokmin yang tidak bergeming dari ranjangnya.

Melihat Jungkook yang nampak serius kini membuat Seokmin menghela nafas panjang. Laki-laki bermarga Lee itu menyuruh Sejeong untuk meninggalkan mereka berdua di ruangan itu guna berbicara empat mata.

{남자도 우나요} Do Men Cry? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang