Part 4

7.8K 230 5
                                    

Part 4 – Happiness

Han Nari menatap sekeliling rumahnya yang kosong dengan air mata yang mengalir deras. Sampai kemarin, rumah besar yang keluarga Han tempati masih ramai dengan kunjungan beberapa keluarga maupun kerabat dekat orang tuanya. Tapi sekarang, pandangan kekosongan ini membuat hatinya yang sesak terasa hampa.

Kabar mengerikan mengenai kecelakaan maut yang menimpa orang tuanya beberapa hari lalu masih terasa bagai mimpi baginya. Hatinya terus menjerit dan meronta untuk dibangunkan dari mimpi buruk namun sia-sia. 

Ia masih tak mampu merelakan mommy dan daddy nya pergi begitu saja. Padahal, kebahagiaannya baru saja sempurna seminggu yang lalu ketika ia baru saja lulus dari sekolah menengah atas.

Rencana untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri seperti yang daddy nya mau pun hancur bersamaan dengan hatinya.

"Mommy.. daddy.." Bisiknya lirih saat memandangi bingkai foto besar keluarganya. Sang mommy tersenyum hangat padanya sama seperti hari-hari biasa saat berbicara dengannya. Sedangkan sang daddy penuh wibawa namun tak menyembunyikan rasa sayangnya pada tiga wanita di dalam hidupnya.

"Hyemi-ya.." Lirihnya lagi ketika matanya tertuju pada gambar wajah sang adik di foto tersebut. Isakannya semakin kencang ketika kenyataan pahit menyerang dirinya kembali. Ia hanya sendiri. Bahkan Hyemi ikut meninggalkannya. Gadis itu pergi dari rumah keluarga Han tanpa mempertimbangkan permohonan Nari untuk tinggal.

"Nona Han.." Sebuah suara menginterupsi kesedihannya merasakan sisa-sisa kehadiran keluarganya di ruang keluarga tersebut. Dengan gerakan cepat, Nari menghapus air matanya lalu menoleh ke sumber suara.

"Pengacara Lee." Sahutnya pelan. Tentu ia mengenal sosok pria berumur lima puluh tahun ini. Pengacara Lee adalah pengacara pribadi daddy nya dan cukup sering terlihat berkunjung ke rumah, bahkan bergabung dengan mereka untuk makan malam.

"Aku tahu kau masih berduka, nona Han. Tapi ada beberapa hal penting yang harus ku bicarakan denganmu."

Nari dapat menangkap nada serius di sana dan melangkahkan kakinya menuju sofa abu-abu yang kemudian diikuti oleh pengacara Lee.

"Ku harap kau menyiapkan diri untuk mendengar kabar ini, nona Han." Pengacara Lee membuka perbincangan mereka sebelum membuka sebuah map biru tua yang diambil di dalam tas kerjanya.

Nari tak mampu menjawab. Apa pun kabar yang ingin disampaikan, tentu bukanlah kabar yang baik. Jika tidak, maka pengacara Lee tidak akan serius seperti ini.

"Sebelumnya, boleh aku tahu dimana nona Hyemi?"

Nari menggeleng pelan, "Hyemi.. dia pergi."

"Pergi? Kemana?"

"Aku.. tidak tahu. Ia membawa barang-barangnya dan meninggalkan rumah ini tadi pagi." Jawab Nari dengan menahan sekuat tenaga air matanya agar tidak banjir lagi.

"Nona Han, ini sangat buruk. Ku harap kau segera menemukan nona Hyemi dan bersama dengannya kembali."

"Apa maksudmu,tuan Lee?"

Pengacara Lee memandang Nari dengan lekat melalui kaca mata perseginya sejenak lalu menghela nafas berat. "Surat wasiat terbaru milik tuan Han hilang dan yang tersisa hanya surat wasiat yang aku tidak tahu dari mana asalnya. Kau harus tetap bersama dengannya."

"Aku masih tidak mengerti."

"Setahun yang lalu, tuan Han membuat surat wasiat baru yang berisikan dua puluh lima persen saham perusahaan Han Corporation akan jatuh padamu, dua puluh persen lainnya jatuh pada nona Hyemi, lima belas persen pada mommy mu, sedangkan sisanya pada beberapa panti asuhan yang disebutkan dan perusahaan lainnya."

Lost In Revenge (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang