Part 12

3.2K 239 20
                                    

Jumlah pembaca dan follower nambah terus, tapi vote dan komen tetap sedikit yaa.. mungkin ceritanya belum sampai pada tahap layak untuk diberikan vomment :p

However, terima kasih banyak yang sudah vote dan komen dengan antusias! I do really appreciate it!

Part 12 – The Reason

Nari mengetuk-ngetuk sisi kepalanya dengan pensil dalam irama yang teratur. Sebuah desahan berat keluar dari bibirnya. Satu tangan ia tarik untuk menyangga kepalanya di atas meja. Tubuhnya terasa lemas dan semangatnya hilang entah ke mana, padahal ini baru setengah hari ia menghabiskan waktu sekolahnya.

"Sepertinya aku memang bodoh." Ujarnya dengan nada putus asa. Ia tak berhenti memandangi buku tulis yang penuh dengan coretan angka di hadapannya.

"Benar, aku pun agak setuju kali ini." Sahut seseorang di samping Nari dengan sarkastik. Sena menggelengkan kepalanya tanda ia tak habis pikir dengan sahabatnya yang unik ini.

Nari tak bisa menahan bibirnya agar tak cemberut. "Nilaimu juga tak jauh denganku!" Katanya memprotes perkataan Sena barusan.

"Setidaknya nilaiku melewati batas minimal."

"Yak Sena!" Desisnya kesal.

Sena pun memukul pelan kepala Nari dengan pensil yang ia pegang. "Yak Nari! Kau bahkan yang mengajariku sebelumnya, tapi nilaimu yang lebih jelek! Kalau tidak bodoh, lalu apa?"

Nari kembali cemberut dengan cercaan Sena karena ia pun tak tahu harus membalas apa. Pasalnya, memang ia yang membantu mengajari Sena dan kelompoknya saat waktu latihan di pelajaran matematika tadi. Tapi justru dirinya yang mendapatkan nilai terendah di antara mereka saat latihan soal dilakukan.

"Bagaimana tingkat kecerdasanmu bisa berbeda jauh dari adikmu, huh?"

"Hey! Jangan membawa-bawa adikku!"

"Mungkin dengan membandingkan dapat memotivasimu."

"Sudahlah Sena-ya, jangan membuat semangatku semakin hilang." Ujar Nari dengan pundak yang tertunduk lesu. "Kau ikut belajar kelompok pulang sekolah nanti kan?" Tanyanya setelah mengingat sesuatu.

Sena menggeleng dengan cepat, "aku ada les, jika membolos maka si devil Kyuhyun pasti akan mengomeliku."

"Oh.." Gumam Nari karena otaknya tiba-tiba saja menjadi buntu ketika mendengar nama itu disebut. Ia bahkan tak mendengar apa yang Sena katakan saat menggerutu mengenai senior mereka tanpa rasa takut. Nari akhirnya memberikan senyum tipis saat Sena mengakhiri keluhannya sejak tadi.

"Sepertinya kalian sangat dekat. Apakah benar kalian menjalin hubungan?" Tanya Nari yang entah dari mana memiliki keberanian untuk menanyakan hal sensitif seperti ini secara terang-terangan.

Sena tertawa pelan, "kami memang dekat sejak kecil tapi aku sudah pasti tidak akan selamat dari eomma ku jika ketahuan pacaran apalagi dengan nilaiku yang naik turun." Dan hey, ia bahkan masih duduk di bangku tahun kedua menengah pertama, tidakkah terlalu cepat untuk memikirkan hal semacam ini?

"Jadi, artinya kalian tidak.."

"Aku memang menyukainya dan Kyuhyun adalah pangeran masa kecilku, tapi kami tidak mempermasalahkan status kedekatan kami. Orang-orang saja yang terlalu ingin tahu. Jadi ku harap tidak kau juga ikut termakan omongan mereka."

Nari tampak terdiam memandang Sena sejenak lalu mengangguk pelan. "Aku mengerti." Jawabnya singkat dan kembali terdiam. Karena sejujurnya, ia tidak mengerti apakah ia harus senang atau tidak dengan pengakuan Sena barusan.

Lost In Revenge (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang