Awal Mula Kejadian

4.6K 214 17
                                    


Gumpalan awan-awan hitam mulai memenuhi langit sore langit Miyagi kala itu. Angin yang semula sepoi-sepoi kini berubah menjadi agak kencang dan beringas. Pohon-pohon berayun batangnya karena terpaan angin yang begitu kuat menghantam.

Ramalan cuaca pagi ini memang mengatakan akan terjadi badai dari siang sampai malam. Orang-orang yang urusannya hari itu sudah selesai, memilih langsung pulang daripada harus kerepotan menghadapi badai sore nanti.

Yang urusannya belum selesai, ada dua opsi yang bisa mereka pilih. Pertama, menunggu hingga badai reda. Atau nekat menerobos dengan peralatan seadanya.

Di SMA Karasuno, kelas selesai saat hujan mulai turun. Ada beberapa siswa yang memilih opsi kedua. Ada juga yang terpaksa memilih opsi pertama karena ada kegiatan ekstrakurikuler.

Seorang gadis berusia 17 tahun bernama (Full Name), kelas 2-5 di SMA Karasuno, memilih untuk menunggu badai reda sekalian menunggu pacarnya berlatih voli.

Bel tanda pulang berdering, gadis itu mengemas barang-barangnya lalu pergi menuju gymnasium tempat tim voli putra latihan.

Gadis yang biasa dipanggil (Name) itu terkenal pintar dan suka menolong. Dengan ramah, ia sapa teman-temannya yang ia temui di lorong maupun di halaman sekolah ketika berjalan menuju gymnasium.

Gadis berambut (hair color) itu membuka pintu gymnasium lalu masuk ke bagian kursi penonton. Ia melihat seluruh anggota tim voli sedang melakukan stretching dan pemanasan.

Gadis bermata (eye color) tersebut mengeluarkan buku pelajaran dan mengerjakan pekerjaan rumah untuk mata pelajaran yang akan diajarkan keesokan harinya. Mengingat ia tidak suka buang-buang waktu dan menunggu pacarnya latihan voli akan memakan waktu lama.

Terlalu fokus mengerjakan pr, hingga tak sadar kalau beberapa teman se-tim pacarnya memandangnya dengan iba. Memandang kasihan kepada gadis polos yang harus terluka karena hal sepele.

Kalau kalian bertanya, siapa pacar (Name), Tsukishima Kei jawabannya.

(Name) dan Tsukishima sudah pacaran satu tahun, sejak mereka kelas satu. Kini mereka sudah kelas dua dan hubungan mereka tergolong awet tanpa konflik.

(Name) dan Tsukishima keduanya sama-sama cerdas. Dan keduanya mampu membuat orang lain bungkam hanya karena ucapan mereka yang pedas.

Kalau Tsukishima sendiri sudah dari sananya kalo ngomong ceplas ceplos gak disaring. Sedangkan (Name), menggunakan gaya bahasa yang bikin orang mikir dulu karena terlalu tinggi.

Kesamaan mereka hanya ada di dua hal tadi. Selebihnya, sifat mereka sangat berkebalikan. Ibarat kutub, (Name) itu positif dan Tsukishima itu negatif. Ibarat warna, (Name) itu putih dan Tsukishima itu hitam.

Keduanya memang berbeda, namun perbedaan itulah yang menyatukan mereka. Mungkin ini yang orang sebut dengan 'opposite attract'.

Tak terasa, pr (Name) sudah selesai. Ketika ia meregangkan badannya, ia melihat kalau tim voli juga sudah selesai latihan dan sedang berjalan menuju ke ruang ganti. Kecuali kapten mereka yang baru, Ennoshita Chikara, yang tengah mengumpulkan bola-bola yang berceceran.

(Name) mengemasi barang-barangnya lalu turun ke bawah untuk menunggu pacarnya selesai berganti baju. Saat turun dari bangku penonton, ia sempatkan untuk melongok keluar dan mendapati hujan mereda, namun belum selesai, masih dalam tingkat hujan sedang.

Tak lama kemudian, keluarlah tim voli dari ruang ganti. (Name) tersenyum lembut melihat kedatangan pacar tingginya. Namun senyumnya memudar kala melihat pacarnya menunjukkan ekspresi gelisah.

"Kenapa? Ada masalah?" Tanya (Name) ketika Tsukishima sudah berdiri menjulang di depannya.

"Aku mau jujur sama kamu" jawab Tsukishima terus terang.

(Name) menaikkan alisnya dan memiringkan sedikit kepalanya mengisyaratkan Tsukishima untuk melanjutkan perkataannya.

"Aku mau putus."

Ucap Tsukishima cukup keras hingga membuat semua pasang mata di gymnasium itu memandang mereka dengan ekspresi tak percaya

"Aku salah apa sampe kamu minta putus?" Tanya (Name) berusaha tenang.

"Kamu gak salah, hubungan kita yang salah. Aku jadi pacarmu hanya karena kalah truth or dare. Aku diberi dare oleh Tanaka-senpai untuk menembakmu dan jadi pacarmu selama satu tahun. Aku kira dia hanya bercanda, tapi dia terus memaksaku. Dan kau pun dengan lugunya menerimaku."

Jelas Tsukishima panjang lebar. Mengabaikan teriakan protes dari senpai yang disebut-sebut namanya.

(Name) cengo. Pikirannya melayang dan pandangan matanya mulai kabur. Otaknya berhenti berfungsi dan ia mulai tampak seperti orang dungu.

Semua kenangan manisnya dengan Tsukishima selama ini terlintas di otaknya. Bagaimana kencan pertama mereka, bagaimana mereka pertama kali berpegangan tangan, bagaimana mereka pertama kali ciuman.

(Name) mengingat jelas saat-saat Tsukishima sakit, ia yang merawat. Saat valentine ia rela begadang demi membuat kue stroberi kesukaan pacarnya.

Bahkan ia rela ke Tokyo hanya untuk menonton Tsukishima bertanding di Spring High National tahun lalu.

Semua pengorbanannya untuk seorang Tsukishima Kei, harus kandas hanya karena sebuah taruhan.

(Name) mendongakkan kepalanya, menatap manik kuning madu milik calon mantan pacarnya. Sepasang mata berwarna kuning madu tersebut tidak memperlihatkan ekspresi apapun, kosong.

(Name) edarkan pandangannya. Mendapati tengah jadi pusat perhatian, dipandang dengan iba oleh teman-teman se-tim Tsukishima.

Kedua manik (eye color) berhenti di sebuah sosok berambut botak tipis yang bernama Tanaka. Air matanya tumpah dan ia hanya menggeleng tak percaya ke arah senpainya yang tengah menatapnya menyesal.

(Name) lari. Lari keluar dari gymnasium menuju rumahnya. Lari tanpa memperdulikan Tsukishima yang memanggilnya berulang-ulang. Tak peduli dirinya basah akibat hujan yang kembali deras entah sejak kapan.

(Name) menangis, menangis bersama langit yang meluapkan segala keluh kesahnya pada bumi. (Name) berlari, berlari sekuat tenaga menjauhi kenyataan kejam yang baru saja menunjukkan eksistensinya di kehidupan (Name).

Karena tak hati-hati, (Name) memekik ketika kakinya tersandung kaki sendiri. Ia pun jatuh telungkup di kubangan lumpur. Membuat dirinya kotor.

(Name) mengangkat tubuhnya dan mendudukkan dirinya di dekat kubangan tadi. Cahaya kilat yang menyala-nyala menampilkan refleksi kondisi dirinya sekarang di permukaan kubangan.

Wajah kotor, hati berantakan, harga diri diinjak-injak seenaknya oleh mantan pacarnya, tubuh bergetar karena tangis sesenggukan.

Tidak!

(Name) tidak pantas dan tidak berhak mendapat perlakuan seperti ini. Air mata (Name) berhenti mengalir. Nafas (Name) makin memburu dan kedua tangannya mengepal erat.

Raut wajahnya berubah menyeramkan dan pancar matanya mulai menggelap. Hatinya kini panas, ia emosi. Tubuhnya yang basah kuyup kini terbakar, terbakar dendam kesumat yang membara melalap jiwanya.

(Name) berdiri. Rambut panjangnya yang basah dan lengket menutupi wajahnya. Noda lumpur mengotori seragamnya hingga kusut. Keadaannya sekarang persis seperti hantu-hantu di film Jepang.

Dengan kilat-kilat yang menyala di langit di atasnya, (Name) bersumpah. Ia akan balaskan dendam sakit hatinya suatu saat kelak.

Dan ketika sumpah itu ia ucapkan dalam hati, kilat yang amat terang diikuti suara guntur yang amat keras pecah menggelegar membelah langit seolah semesta memberi restu terhadap pembalasan dendam (Name).

Sekaligus memberi peringatan bagi siapapun yang akan jadi pelampiasan dendam (Name).

KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang