Pertemuan dengan Hinata

611 71 1
                                    


"Kamu sekarang tinggi yah? Padahal dulu tinggiku sama tinggimu gak beda jauh."

Ucap (Name) terkagum-kagum melihat Hinata yang sekarang. Sedangkan yang diajak bicara hanya bisa tersenyum malu sembari mengelus tengkuk sembari membalas, "(Name)-chan sendiri juga makin cantik."

"Aih~ kamu bisa aja."

Seorang pelayan datang membawa pesanan mereka berdua. Piring dan gelas diletakkan di atas meja. Si pelayan pamit sembari mengukir senyum ramah yang dibalas oleh (Name) dan Hinata tak kalah ramah.

Setelah pertemuan mereka di atap SMA Karasuno, mereka memutuskan pergi ke sebuah kafe untuk mengejar ketertinggalan kabar satu sama lain. Berbincang dengan asik diselingi candaan dan godaan di sana dan di sini.

"Hinata sekarang lagi sibuk apa?"

"Aku menjadi pelatih voli untuk anak-anak sekolah. Kalau (Name)-chan sendiri?"

Memang benar, menjadi mafia bukanlah pekerjaan pokok Hinata. Sebenarnya ia berprofesi sebagai guru sekaligus pelatih voli di sebuah sekolah khusus olahraga di Tokyo. Ia dan Yamaguchi adalah member terakhir yang menjadi anggota grup mafia Karasuno, direkrut langsung oleh Kiyoko atas saran Daichi, sang ketua.

"Yah.. katakanlah aku seorang pemegang jabatan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang energi dan sumber daya."

"Wahhh sugoiiii... (Name)-chan memang hebat!!", kagum Hinata dengan wajah sumringah dan kedua bola mata yang bersinar.

"Enggak juga. Kamu lebih hebat kok", sanggah (Name) sembari mengibaskan tangannya di depan wajah sekali.

"Hinata sekarang udah punya pacar belum?", tanya (Name) menggoda.

Hinata yang ditanya seperti itu wajahnya langsung memerah sambil salah tingkah, "e-eto... ano.. a-aku..."

(Name) terkekeh kecil melihat teman satu angkatannya tergagap karena gugup.

"Semoga hubungan kalian langgeng yah. Aku tahu kamu tipe cowok yang setia, Hinata."

Hinata menatap manik (eye color) milik (Name). Wajah yang tadi memerah kini kembali normal. Dengan raut wajah yang serius dan tegas, Hinata menjawab dengan yakin, "tentu saja. Aku tidak akan menyia-nyiakan dirinya."

(Name) tersenyum kagum mendengar Hinata yang bicara seperti itu. Wajah dan sorot matanya menampakkan keseriusan yang membuat pria didepannya makin tampan. Kalau Hinata saat ini masih jomblo, mungkin (Name) akan langsung gerak cepat melakukan pendekatan.

"Oh iya, bagaimana dengan teman-teman yang lain? Maksudku, Kageyama, Yamaguchi, dan Tsukishima", tanya (Name) dengan hati-hati.

Tentu, lebih satu bulan berlalu semenjak kejadian itu. Namun (Name) tahu Hinata belum sepenuhnya move-on.

"Semuanya baik. Kageyama sekarang jadi pemain tim voli nasional. Yamaguchi buka toko kelontong. Mungkin toko itu turunan dari Shimada-san. Tsukishima jadi pengacara."

(Name) hanya mengangguk-angguk paham. Bukannya ia tak tahu, justru sebenarnya dia sudah tahu. Ia tanya begitu biar ada bahan pembicaraan aja.

"(Name)-chan...", panggil Hinata ragu-ragu sambil memainkan kedua jari telunjuknya.

"Ya?"

"E-eto... apa kau dan Tsukishima... b-baik-baik saja?"

"Baik-baik aja kok. Kamu ga usah takut gitu kali. Kalo mau tanya, tanya aja."

Semenjak menjadi pacar Tsukishima, (Name) memang paling dekat dengan Hinata. Itulah kenapa mereka saling memanggil satu sama lain dengan nama depan.

Namun, begitu (Name) sakit hati, ia memutuskan hubungan dengan semua tim voli. Untungnya, ia tidak sekelas dengan mereka berempat. Yang memudahkannya untuk menghindari mereka sampai kelulusan tiba.

Pengecualian untuk Hinata. (Name) masih tetap sambung dengan pria berambut oranye itu melalui e-mail maupun sms. Walaupun Hinata harus menerima kalau (Name) tak mau memanggilnya dengan nama depan lagi.

"Aku cuma khawatir sama (Name)-chan. Tsukishima itu memang menyebalkan dari dulu", gerutu Hinata

(Name) mencondongkan badannya. Menepuk-nepuk bahu lebar Hinata sambil tersenyum kecil, "makasih udah mau khawatir. Aku pun gak tau bakal gimana kalo aku gak punya temen sepengertian kamu, Shoyo."

Hinata terkejut. Setelah sekian lama, baru kali ini ia mendengar (Name) memanggilnya dengan nama depan.

Senyum lebar terlukis di wajah Hinata. Ia mengangguk mantap sembari membalas genggam tangan (Name) yang lebih kecil dipundaknya.

(Name) menarik tangan dan tubuhnya kembali duduk seperti semula. Ia mulai mengambil sesuap makanan pesanannya.

Sebelum memasukkan ke dalam mulut, (Name) bicara, "Shoyo, ayo makan."

Hinata kembali mengangguk. Mereka pun makan dalam diam. Ditemani suara dentingan piranti makan yang saling beradu dan suara pengunjung lain yang datang.

"Hinata, pacarmu gak cemburu kan?", tanya (Name) di sela kegiatan makannya.

Hinata menggeleng, "tidak. Pacarku itu teman sekelas (Name)-chan dulu."

"Oh ya? Siapa?"

"(R/g/n)-chan."

"Sumpah!? Kamu pacarnya (R/g/n)!?"

Hinata mengangguk untuk kesekian kalinya.

"Wahhhh ternyata bocah itu bisa dapet pacar juga ternyata...", gumam (Name) sambil tersenyum geli mengingat temannya yang satu itu.

Lingkaran pertemanan (Name) itu bisa dibilang luas. Namun yang paling dekat dengannya ada beberapa.

Diantaranya yaitu yang sekarang pacarnya Tsukishima (yang ia benci), yang punya kebun anggur (yang paling akrab), yang sekarang (ternyata) pacarnya Hinata, dan beberapa lagi.

Sedang asik melanjutkan prosesi makan, tiba-tiba Hinata memanggil seseorang, "Goshiki-san!!"

(Name) mendongakkan kepala terkejut. Dengan mulut masih menggigit sendok, ia ikuti arah pandangan Hinata.

Manik (eye color)nya melebar melihat pria berambut cut bowl datang ke arah meja mereka.

Hinata dan Goshiki saling sapa satu sama lain agak lama. Sedikit mengabaikan (Name) yang diam-diam memperhatikan kedua pria didepannya.

"Oh ya Goshiki-san, perkenalkan ini (Name). (Name)-chan, ini Goshiki."

Pria berambut hitam itu mengulurkan tangannya ke arah (Name). Dengan senyum ramah, (Name) membalas uluran tangan Goshiki.

"Goshiki. Goshiki Tsutomu."

"(Last Name). (Last Name) (First Name)."

Pria itu balas tersenyum ramah. Tak sadar akan kerlingan licik manik (eye color) serta seringai jahat yang ditutupi cangkir saat empunya kedua netra tersebut menyesap caramel macchiato pesanannya.

Ohh... ini akan jadi sangat menarik.




----------------------------

TBC

KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang