(Name) turun dari taksi agak jauh dari Pelabuhan Miyagi. Dari tempatnya turun dari taksi, butuh kurang lebih 15 menit jalan kaki untuk mencapai pintu masuk pelabuhan.Memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung jaket yang ia gunakan, (Name) melangkahkan kakinya ke tempat yang akan ia tuju.
(Name) tidak serta merta berjalan ke pelabuhan, melainkan ke suatu tempat yang agak jauh dari pelabuhan namun sama-sama masih di pinggir laut.
Untuk sampai ke tempat itu, (Name) harus berjalan menyebrangi jalan aspal melalui jembatan penyebrangan. Jalan tersebut adalah jalan utama yang terhubung ke pintu gerbang kendaraan yang akan masuk ke pelabuhan.
Wanita berusia 25 tahun tersebut berhenti sejenak ketika ia melintasi jembatan penyebrangan yang berada di atas jalan menuju gerbang pelabuhan.
(Name) berdiri di tepi jembatan penyebrangan melihat ke arah antrean kendaraan yang berbaris rapi. Netra (eye color)nya meneliti setiap kendaraan besar yang ada, mencari-cari truk gandeng milik Pak Murray.
Tepat saat kedua mata (Name) menemukan posisi truk gandeng Pak Murray, truk tersebut sudah berjalan masuk ke pelabuhan meninggalkan pos penjagaan.
Netranya masih terus mengawasi gerak-gerik truk Pak Murray. Menatap lurus ke arah truk gandeng Pak Murray sampai truk gandeng tersebut masuk ke sebuah dek kapal.
Pandangan (Name) teralih dari truk Pak Murray ke kapal yang baru saja dimasuki truk tersebut.
Lampu sorot besar yang ada di Pelabuhan Miyagi terarah ke kapal pesiar tersebut. Menyoroti sebuah nama yang menjadi kebanggaan utama prefektur Miyagi di bidang pelayaran, SS Tokyo Seastar.
Sebuah kapal pesiar yang memang sangat megah ukurannya. Dari tempat (Name) berdiri, ia bisa melihat betapa mewahnya kabin outdoor atas kapal pesiar tersebut.
Itu saja baru bagian atas, belum nanti dalamnya. (Name) tak bisa membayangkan betapa prestis dan glamornya interior kapal pesiar tersebut.
(Name) melangkahkan kakinya kembali. Cukup dengan mengetahui kalau truk berisi tong besar white rose sudah masuk ke kapal, (Name) berjalan sembari mengucap syukur dan bernafas lega.
Sementara itu di dalam kapal
Yang pertama kali terbesit dalam benak begitu kaki melangkah masuk ke dalam kapal tak lain dan tak bukan adalah 'gak sia-sia aku bayar mahal'.
Bagaimana tidak, interior kapal semuanya barang-barang mewah. Mulai dari dinding, perabotan, hiasan, sampai lantai-lantainya pun seolah menampar segaplok uang ke muka kita.
Tidak salah kalau kapal pesiar ini mendapat predikat nilai 'bintang tujuh'. Sejauh mata memandang, kemanapun kaki melangkah, semua yang kita temui di dalam kapal ini seolah berteriak uang, uang, dan uang.
Lantainya dari keramik. Dindingnya dimodifikasi, ada yang dilapisi kayu mahoni dan ada yang di semen dengan tambahan ukiran khas Negeri Sakura.
Bilik kamar penumpang dibuat menyerupai kamar hotel bintang lima dengan kamar mandi dalam, tv, wifi, kulkas, lemari, dan AC.
Semua perabotan di dalam kapal ini terbuat dari kayu-kayu berkualitas tinggi seperti jati yang dipadupadankan dengan gaharu atau cendana. Mulai dari meja makan, kursi, pegangan tangga, lemari, sampai rak-rak berisi pajangan dan hiasan.
Taplak meja, tirai, sampai serbet dijahit khusus menggunakan benang bewarna emas. Gantungan lampu-lampu gantung yang ada di ballroom kapal juga dilapisi dengan emas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma
FanfictionMafia AU! Sekian lama kita bersama Ternyata kau juga sama saja Kau kira ku percaya semua Segala tipu daya Oh percuma Kau buat sempurna, awalnya Berakhir bencana Selamat tinggal sayang Bila umurku panjang Kelak ku kan datang tuk buktikan Satu balas y...