Note :
(B/f/n) disini adalah temen (Name) yang punya kebun anggur-------------------------
"Jadi gini...."
(Name) menumpukan kepala di tangan mencermati setiap kata yang keluar dari bibir Goshiki. Pria berambut hitam itu bicara sangat banyak yang sesekali dibalas antusias oleh Hinata.
Dari apa yang ia dengar dari percakapan keduanya, (Name) berkesimpulan bahwa keduanya berteman sangat dekat.
Ada satu bahasan yang benar-benar menarik perhatian (Name). Yaitu masalah pekerjaan sampingan mereka, yang membuat suasana kedua pria didepannya sedikit menegang.
Usut punya usut, ada satu alasan lain mengapa Hinata bisa selamat dari tragedi beberapa bulan lalu.
Goshiki diam-diam membocorkan rencana senpainya dan kelompok mafia Seijoh untuk menyerang Karasuno, Nekoma, dan Fukurodani kepada Hinata.
Saat itu Hinata marah, ia berniat menyusul ke hotel untuk memberi tahu senpai-senpainya yang lain. Namun takdir berkata lain.
Setelah prosesi lempar bunga di kawah, kedua pria itu bertemu diam-diam. Hinata mengira kejadian itu hasil ulah Shiratorizawa dan hendak melabrak Goshiki.
Begitu bertemu dan melihat kondisi Goshiki yang sama-sama terpuruk, ia sadar bahwa kejadian itu bukan ulah Shiratorizawa.
Walau butuh beberapa waktu bagi Hinata untuk benar-benar percaya kepada Goshiki kalau ia juga korban dalam kejadian itu dan bukan sekedar akting terpuruk.
Setelah perbincangan yang sedikit panas itu berlalu, Goshiki memberi nomor telfonnya yang baru pada Hinata.
Diam-diam, (Name) juga ikut menyatat nomor telfon Goshiki.
Kedua pria yang sebenarnya sangat humble dan baik hati itu tidak sengaja melupakan keberadaan (Name) akibat terlalu asyik mengobrol.
Tak masalah bagi (Name). Justru dengan seperti itu, ia bisa mendapat informasi secara diam-diam. Dari luar, ia tampak seperti sedang mainan hape dan tak paham akan pembicaraan mereka. Tapi sebenarnya, ia sedang merekam dan mencatat hal-hal penting.
Seperti alamat headquarter kelompok mafia Shiratorizawa yang keluar dengan mulus dari bibir Goshiki entah dia menyadarinya atau tidak.
Dirasa cukup akan informasi yang diperlukan, (Name) membersihkan tenggorokan dengan deheman yang sukses mengalihkan atensi kedua pria didepannya.
"Asik banget ngomongnya, sampe aku dilupain..", ucap (Name) sedikit manja dengan bibir yang mengerucut lucu.
Wajah Hinata dan Goshiki memerah sambil menyengir malu. Mereka berdua meminta maaf dan mulai mengajak (Name) ke dalam percakapan mereka.
Larut dalam suasana nyaman, tak sadar jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Mereka bertiga memutuskan untuk mengakhiri pertemuan mereka dan saling berpamitan satu sama lain.
"(Name)-chan pulang sama siapa? Mau kuantar?", tawar Hinata ramah.
"Tidak usah Hinata. Aku lagi nunggu dijemput temen."
"Perlu ditemani?", kali ini giliran Goshiki yang bicara.
"Tidak, terima kasih, Goshiki-san. Dia bilang bentar lagi nyampe kok", tolak (Name) dengan lembut.
Pada akhirnya, kedua pria itu tetap menemani (Name) menunggu jemputan temannya.
Sekitat sepuluh menit kemudian, datanglah sebuah mobil sedan bewarna silver dengan plat nomor tak asing yang (Name) tahu adalah mobil milik temannya.
Setelah berpamitan dengan Hinata dan Goshiki, (Name) masuk ke mobil dan duduk di kursi samping sopir.
"Mereka siapa?", tanya (B/f/n).
"Yang rambut oren itu temen seangkatanku. Kalo yang satunya itu temennya si rambut oren. Aku juga baru kenalan sama dia tadi sore."
"Oh", balas (B/f/n) singkat sembari memacu kendaraannya menuju tempat mereka bermalam di Miyagi.
--------------------------------TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma
FanfictionMafia AU! Sekian lama kita bersama Ternyata kau juga sama saja Kau kira ku percaya semua Segala tipu daya Oh percuma Kau buat sempurna, awalnya Berakhir bencana Selamat tinggal sayang Bila umurku panjang Kelak ku kan datang tuk buktikan Satu balas y...