READY?
.
.
.
.
.HAPPY READING!
"Gara gara lo, kan! Seharusnya lo nggak usah sok laporin gue." Belva menaruh tasnya di pinggir lapangan dan segera merenggangkan tangannya sebelum ia harus berlari.
"Lo yang menjerat gue dalam masalah gila lo ini."
"Loh kok gue, sih?"
"Ya emang lo!" Nathan memutar bola matanya malas lalu segera berlari mengitari lapangan.
Belva hanya mendengus kesal lalu menyumpah serapahkan gurunya yang memberikannya hukuman menyebalkan ini, dan tentunya semua ini di sebabkan oleh kakak kelasnya yang pemaksa itu.
Sekitar 10 kali lapangan itu mereka putari, Nathan berhenti lalu mengusap keringatnya yang bercucuran. Wajahnya sudah memerah, bajunya kini telah basah dengan banyaknya keringat yang keluar. Cowok itu melangkah menjauhi lapangan dan tentunya membuat Belva berteriak.
"Woy, Kak! Ini belum istirahat!" Nathan tetap diam, cowok itu melangkah ke arah kantin membuat Belva ikut berlari mengejarnya setelah ia mengambil tasnya.
Belva menghempaskan tubuhnya di kursi tepat di depan Nathan. Cowok itu lagi lagi menghela nafas panjang melihat wajah menyebalkan dari Belva.
"Bang! Es teh satu, ya! Dia yang bayar." Dengan santainya Belva menunjuk Nathan membuat cowok itu melotot.
"Apa apaan, lo!"
"Ck, udahlah, lo kan banyak duitnya." Belva mengibaskan tangan di depan wajahnya berharap keringatnya cepat hilang dan tidak membuatnya risih.
Nathan menatap dalam kearah Belva yang masih sibuk dengan dirinya sendiri, cowok itu mematung tiba tiba melihat aura yang berbeda dari wajah Belva. Cewek itu terlihat lebih... Cantik. Yap, benar. Apa ia baru menyadarinya?
"Kenapa lo? Gue tau gue cantik. Jangan diliatin, gue malu." Nathan tersadar, lalu kembali menatap datar Belva.
"Nih. Buat lo bayar." Nathan menaruh selembar uang lima puluh ribuan di atas meja dengan sekali hentakan.
Mata Belva mengarah pada uang itu dengan tatapan terkejut, lalu ia kembali menatap cowok di depannya, "Buat gue?"
Bukannya menjawab, Nathan malah berdiri dan berbalik meninggalkan Belva.
"Kak! Tungguin gue!" Belva bangkit berdiri lalu menghampiri counter es teh dan segera membayarnya.
"Woy bang, cepet kembaliannya."
"Nggak buat Abang aja, neng?"
"Enak aja! Itu saya yang dapet, tau! Lumayan beli bakso." Abang itu tertawa kecil lalu segera memberikan uang kembalian.
"Makasih." Belva segera memasukkan uang kembaliannya lalu memasukkannya ke dalam saku.
Cewek itu berlari mengejar Nathan yang sekarang berada di parkiran sekolah. Tanpa banyak bicara, Belva menghampiri cowok itu dan mencekal tangannya sebelum Nathan masuk kedalam mobilnya.
"Apa?" Sinis Nathan menatap Belva yang fokus mengatur nafasnya.
"Lo-- lo mau kemana?"
"Bukan urusan lo." Nathan melepas cekalan Belva dan masuk kedalam mobilnya lalu dengan cepat menyalakan mesin mobil.
Belva yang tak mau menyerah langsung mengitari mobil Nathan dan tanpa rasa malu masuk kedalamnya tepat di samping Nathan.
"Lo mau ngapain, sih?" Cowok berperawakan tinggi itu menatap Belva dengan jengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boyfriend (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] SEBAGIAN PART SUDAH DI HAPUS Cewek? Sampah banget. Itulah pemikiran Nathan Alzevin, si cowok dingin tingkat dewa SMA Bintara. Sifatnya yang cuek dan paling anti sama perempuan, memiliki wajah yang tampan dan berhati dingin. Karena itu...