Jika kamu tidak bisa mencintai, maka dengan menghargai bisa membuat semuanya tampak lebih baik.
***
NATHAN menyenderkan punggungnya di samping mobil putihnya yang terparkir tepat di depan rumah Belva.
Cowok itu mengadahkan kepalanya lalu menghirup nafas dalam dalam. Mencoba untuk menetralkan rasa kesal dan amarah di dalam hatinya sebelum bertemu dengan gadisnya itu.
"Selamat pagi!" Nathan membuat kelopak matanya. Lalu menatap Belva yang berdiri di depannya dengan mengenakan baju seragam serta rambut yang di cepol asal.
Nathan memaksakan dirinya untuk membalas senyum lebar Belva. Cowok itu tanpa banyak basa basi masuk kedalam mobil dengan tatapan dingin seperti biasa.
Belva menautkan alisnya, tak ada bukaan pintu mobil dari Nathan pagi ini.
"Maaf ya, Nath. Kemarin aku ada tugas kelompok di rumah Lina jadi aku nggak pulang bareng kamu." Cerocos Belva yang kini duduk memasang selt beltnya.
Nathan sempat terkejut, lalu menolehkan kepalanya kearah Belva. "Kenapa nggak ada kabar?"
Mata Belva sedikit melebar, "Itu.. aku harus buru buru. Lagian kan aku nitip pesen lewat temen yang lagi piket."
Nathan terdiam, sedikit kecewa karena ia tahu Belva berbohong sekarang. Ingin rasanya marah, tapi ia tidak ingin membuat suasana semakin kacau.
Sepanjang perjalanan, tak ada yang berani bersuara. Nathan yang diam dengan seribu pertanyaan di benaknya, juga Belva yang sama sama bingung ingin melakukan apa sekarang.
"Kamu udah sarapan, Nath?" Nathan menggeleng sedikit tapi masih bisa terbaca oleh Belva.
"Belum? Aku bawa bekel nih." Belva mengeluarkan kotak bekalnya yang berwarna pink muda lalu membukanya.
Dua roti dengan selai kacang dan cokelat berjejer manis disana. Belva merogoh roti coklat lalu mendekatkannya kemulut Nathan.
"Makan, yaa. Aaa.." Nathan diam, tak membuka mulutnya karena pagi ini ia tak ada selera untuk makan.
"Nanti." Balas Nathan singkat lalu kembali menatap jalan raya yang memang masih sepi.
"Kenapa?" Tanya Belva sedikit parau. Menurutnya, ada perubahan sikap Nathan yang berbeda. Memang, sih, biasanya cowok itu memang jarang berbicara dengan kata yang banyak. Tapi.. tetap saja ini beda.
Nathan tak membalas membuat Belva kembali menaruh rotinya di tempat. Cewek itu menundukkan kepalanya menatap ujung sepatunya dan berpikir apa yang harus ia lakukan.
Mobil Nathan memasuki area sekolah, memarkirkan mobilnya di parkiran dengan rapi.
Nathan menghela nafas lalu menyenderkan punggungnya di jok mobil tanpa menatap Belva atau berkata apapun.
Belva memiringkan kepalanya menatap Nathan, "Kamu.. kenapa?"
"Nggak papa."
"Aku duluan ya." Belva menaruh kotak makannya di dashboard mobil lalu membuka pintu dan meninggalkan Nathan.
Cowok itu menatap kotak makan Belva dalam diam, lalu segera mengambilnya dan turun dari mobil menyusul ceweknya itu.
Belva yang jalan perlahan kini menatap Nathan yang tiba tiba ada di sampingnya sembari memasukkan tangannya di saku celana dan menyampirkan tasnya di satu pundak.
"Kenapa? Kangen, ya?" Canda Belva sedikit takut.
"Mau dipeluk?"
Belva menelan salivanya, "Ck. Jangan bercanda."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boyfriend (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] SEBAGIAN PART SUDAH DI HAPUS Cewek? Sampah banget. Itulah pemikiran Nathan Alzevin, si cowok dingin tingkat dewa SMA Bintara. Sifatnya yang cuek dan paling anti sama perempuan, memiliki wajah yang tampan dan berhati dingin. Karena itu...