FIFTY - Teman Baru.

97.6K 6.5K 181
                                    

Manusia terkadang membentengi dirinya dengan menolak. Padahal, ia hanya api dalam sekam. Diam-diam bersembunyi dan memakan dari dalam.
~Boy Candra.

•••

BERJALAN di tengah koridor yang di bilang cukup sepi, membuat jantung perempuan itu berdegup teratur. Napasnya berulang kali di tarik dan di hembuskan, sedikit melepas untaian-untaian masalah yang saat ini mengikutinya.

"Lo tuh nggak berguna!"

"Anak nggak tau diri! Lebih baik kamu nggak usah mama lahirin!"

"Pecundang! Perusak! Lo tuh harusnya mati!"

"Bikin orang sengsara! Menjijikan!"

"Gue terkapar di rumah sakit gara gara lo. Ini semua gara gara lo!"

Kedua tangan dingin Belva langsung memegang refleks kepalanya. Satu persatu kata kata ancaman untuknya terbayang bayang di pikiran, berputar seakan menakuti cewek itu.

"Gue bakal bales semua ke lo! Pecundang!" Wajah Angga tiba tiba ada di kepalanya membuat ia semakin mencengkram erat kepalanya.

"Argh! Pergi! I'm not wrong!"

Belva menyenderkan punggungnya pada tembok, mengacak rambutnya lalu mengerjapkan matanya berkali kali. Rasa sakit di kepalanya makin menjadi-jadi.

"Gue nggak salah, ya, gue nggak salah! Dont do it to me."

Badannya meluruh, menyentuh lantai yang dingin. Tak ada siapapun, karena memang waktu pulang sudah lewat sejak tadi. Bahkan sekarang dia pun seperti orang yang hilang akal.

"Hei." Tangan hangat menyentuh pergelangan tangan cewek itu membuat ia terkejut dan berteriak kecil.

"Siapa lo?! Pergi kalau lo cuman mau maki-maki gue! Pergi!"

"Sttt.." Cowok dengan tubuh tinggi itu menaruh jari telunjuknya di depan bibir Belva membuat dia terdiam.

"Lo kenapa?"

Mata Belva menatap mata cowok itu dengan tatapan kosong. Seperti tak ada kehidupan. Namun beberapa menit kemudian, cewek itu kembali histeris.

"Gue pencundang. Pergi. Lo nggak pantes ada disini. Lo bahaya disini, pergi!"

"Ssstt.. tenang. Please, lo tenang." Cowok itu mengusap lembut kepala Belva lalu membawanya kedalam dekapan. Bisa sangat di rasakan jika cewek ini sangat kehilangan dirinya sendiri, seperti kehilangan segalanya dalam hidupnya.

Belva menangis, tidak bersuara, hanya mampu mengeluarkan tetesan air mata. Ada apa dengan dirinya? Mengapa semua berputar-putar di kepala seperti ini?

"Jangan disini, ayo." Cowok yang memang tak Belva kenal itu tapi cukup familiar. Ia membantu Belva berdiri dan membawanya pergi bersamanya ke bangku taman sekolah.

"Nih, coba diminum dulu." Air minum disodorkan pada Belva lalu di ambilnya perlahan.

"Nggak papa. Gue nggak bakal ngeracunin lo, kok." Cowok itu tersenyum, membuat Belva sedikit yakin dan meneguk airnya perlahan.

"Sekarang udah baikan, kan?" Belva mengangguk, lalu menatap cowok itu penuh tanya.

"Siapa lo?"

"Gue Deren, cowok yang lo tabrak waktu di koridor pas lo lari-lari." Deren, cowok itu tersenyum tipis.

Belva mengingat-ingat, ya, tentu saja ia ingat. Cowok yang minumannya tumpah hingga membasahi bajunya saat ia menuju ke rooftop sekolah waktu itu.

My Cold Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang