" Bertahan dengan rasa sakit atau pergi dan merelakan dia bersama orang lain. Tentukan pilihamu, walaupun keduanya sama sama menyakitkan."
***
NATHAN menghembuskan napasnya di balik helmet yang ia pakai. Dirinya benar benar rindu pada sosok wanita yang beberapa hari ini tak pernah terlihat karena ia mengalami kasus yang mengharuskannya di skors selama dua hari.
Ini hari ketiga, dan seharusnya perempuan itu sudah masuk kembali. Tapi, Nathan sama sekali tidak melihatnya.
Motornya melaju meninggalkan halaman sekolah dan terparkir di sebuah cafe yang sudah lama tak ia kunjungi. Tugas yang banyak membuatnya mau tak mau mengurung diri di kamar walaupun terkadang Belva masih memenuhi ruang pikirannya.
Lonceng berbunyi ketika ia membuka pintu kaca di depannya. Udara dingin dari pendingin ruangan menyambut wajahnya yang sendu.
Disapukannya pandangan keseliling ruangan dan memicingkan mata ketika melihat sosok wanita yang sepertinya ia kenal.
Bibirnya menyunggingkan senyum tipis, lalu tanpa banyak berpikir ia menghampiri gadis itu dan duduk di depannya.
Cewek itu masih menunduk, dengan earphone tersumpal di telinganya serta secangkir matchalatte hangat tergeletak di depannya.
"Udah pesen--" Belva memberhentikan perkataannya dan menatap dingin ke arah Nathan yang juga menyiratkan tatapan yang tak bisa di artikan.
"Mau apa lo disini?"
Nathan membasahi bibirnya yang mulai kering. "Udah masuk sekolah?"
"Apa urusannya sama lo?"
Nathan mengubah raut wajahnya datar. Merasa berhadapan dengan Belva yang 180 derajat tentu sangat berubah.
"Bel, ini--" Nathan mendongak, merasa sedikit terkejut melihat Angga dengan kentang goreng di tangannya.
Nathan menatap tajam ke arah Angga dengan tatapannya yang bak elang itu. Rasa tak suka menjalar di sekujur tubuhnya.
"Ngapain lo disini?" Tanya Nathan yang membuat Angga menaikkan sebelah alisnya.
"Seharusnya, gue yang tanya. Lo mau apa disini?" balas Angga sembari menaruh kentang gorengnya ke atas meja.
"Nggak penting."
"Oke, lo boleh angkat kaki sekarang." Cerca Angga membuat Nathan mengepalkan tangannya dan serasa ingin melayangkan bogemannya ke arah wajah cowok itu.
"Gak lo ngatur gue apa?"
"Udah bertindak bodoh tapi lo masih mau nemuin dia? Please, dia udah nggak butuh lo."
"Lagi pula lo udah nggak percaya kan sama Belva?"
"Kenapa lo jadi sok tau?"
Angga menghela nafasnya, tak mau memperpanjang masalah. Cowok itu meraih tangan Belva, menggenggamnnya erat membuat hati Nathan bergetar seketika melihatnya.
"Kalau gitu, gue sama Belva yang pergi. Ayo, Bel." Angga menarik Belva yang hanya diam keluar dari cafe. Nathan yang melihat itu menautkan alisnya. Ia rasa moodnya hancur berkeping-keping.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boyfriend (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] SEBAGIAN PART SUDAH DI HAPUS Cewek? Sampah banget. Itulah pemikiran Nathan Alzevin, si cowok dingin tingkat dewa SMA Bintara. Sifatnya yang cuek dan paling anti sama perempuan, memiliki wajah yang tampan dan berhati dingin. Karena itu...