"Masih ngeliatin dia? Mati lo sama gue."
-Nathan.***
BELVA merapikan alat tulisnya yang berantakan hingga melewati jalurnya. Cewek itu memutar bola matanya melihat kebiasaannya yang memang sangat menyebalkan. Entah pensil atau pulpennya yang hilang dan pastinya di ambil orang. Penghapus yang di pinjamkan dan tidak di kembalikan lagi, serta buku catatannya yang tergeletak dimana mana.
Belva memasukkan satu persatu barangnya ke dalam tas berwarna biru pastelnya. Lalu ia mengaitkannya di punggung karena bel pulang memang sudah berbunyi lima menit lalu.
Lagi lagi Belva menghela nafasnya, baru ingat bahwa hari ini adalah jadwal dirinya piket.
Cewek itu menautkan alisnya ketika hanya melihat Gavin, si cowok paling pintar di kelas. Memang tak heran jika hanya cowok itu yang taat dengan peraturan jadwal piket.
"Yang lain mana?" Belva berdiri tas jauh di belakang Gavin yang tengah mengambil sebuah sapu.
Gavin menoleh, lalu tersenyum hingga gigi putihnya sedikit terlihat. Dulu, Gavin sempat menyukai sosok Belva, mungkin.. sampai sekarang?
"Kayak lo nggak tau aja. Pasti mereka kabur duluan."
Belva ikut tersenyum, lalu mengambil sapu yang lain. "Gue nggak kabur, deh."
"Belva." Suara bass seorang laki laki membuat Belva menoleh kebelakang. Mendapati Nathan yang berdiri tak jauh darinya sembari memasukkan kedua tangannya ke kantung celana.
"Apa?"
"Ayo kita pulang."
"Gue ada jadwal piket hari ini."
Nathan maju beberapa langkah mendekati Belva, lalu mengambil alih sapu yang digenggam cewek itu.
"Biar aku yang gantiin." Nathan menatap sekilas ke arah Gavin dengan mata memicing tak suka.
"Loh, harus Belva dong." Gavin menyeru tak terima.
Nathan terdiam, lalu merasa sedikit aneh dengan kelakuan Gavin. "Kenapa? Gue tau lo mau modus, kan?"
"Kak, biar aku aja."
"Nggak usah. Kamu tunggu aja di luar." Nathan pun segera menyapukan sapunya pada lantai. Sembari mengawasi Gavin yang sedari menatap Belva.
Tubuh Nathan bergeser hingga menutupi pandangan Gavin yang tengah memperhatikan Belva yang sedang duduk di atas meja. Cowok itu menatap tajam hingga membuat Gavin sedikit terkejut.
"Kenapa? Lo mau nyapu atau ngeliatin dia terus?"
"Eh.. anu.. nggak papa."
"Masih ngeliatin dia? Mati lo sama gue." Cerca Nathan sinis membuat Gavin cepat cepat menyelesaikan pekerjaannya.
"Nggak usah lebay juga kali, Nath." Belva berdiri di samping Nathan, menatap Gavin dengan pandangan meminta maaf.
"Belva, gue duluan ya." Tak mau berlama lama, Gavin memilih untuk segera pergi dari pada terus menjadi sorotan tajam kakak seniornya itu.
"Eh, iya." Belva tersenyum membuat Nathan kini menggulir matanya kearah Belva.
"Ngapain senyumin dia?"
"Ya wajib dong, Nath. Dia kan temen aku."
"Aku rasa dia suka kamu."
Belva terdiam, lalu memaksakan dirinya untuk sedikit tertawa. "Suka? Mana mungkin cowok pinter kayak dia suka sama aku yang pas pasan gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boyfriend (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] SEBAGIAN PART SUDAH DI HAPUS Cewek? Sampah banget. Itulah pemikiran Nathan Alzevin, si cowok dingin tingkat dewa SMA Bintara. Sifatnya yang cuek dan paling anti sama perempuan, memiliki wajah yang tampan dan berhati dingin. Karena itu...