SIXTY ONE - Penyusup Baru.

101K 6.5K 311
                                    

Buat apa pacaran, kalau ternyata kita aja udah terlalu nyaman dalam lingkaran teman rasa pacar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Buat apa pacaran, kalau ternyata kita aja udah terlalu nyaman dalam lingkaran teman rasa pacar.
Terkadang, status tidak sepenting itu.

°°°

"BISA-BISANYA lo ngelepasin Fara demi Belva yang selama ini cuman nyakitin lo." Michael menatap cowok di depannya yang hanya diam, menatap langit dari rooftop sekolah.

"Gue nggak peduli." balas Nathan, singkat. Berharap temannya akan mengerti akan keputusannya ini.

"Ini lo yang bodoh atau emang Belva yang maksa lo, sih?" Tanya Gio, mampu membuat Nathan menoleh dan menatap tajam ke arah cowok itu.

"Sekali lagi lo ngomong gitu, gue pastiin lo nggak selamat." Gio bergedik ngeri, lalu kemudian memilih diam.

"Bukan apa-apa, Nath. Kita cuman kasian sama lo. Lo berjuang, sendirian. Belva nggak pernah peduli sama lo." terang Michael.

Nathan menggeleng pelan. "Nggak butuh rasa kasihan."

Gio dan Michael saling temu pandang. Mereka sangat sudah biasa dengan sikap Nathan yang memang keras kepala. Cowok itu akan tetap maju, walaupun kehadirannya itu sama sekali tidak di hargai. Sekalipun ia harus mengorbankan dirinya sendiri.

"Terserah lo, Nath. Kita bantu doa aja buat lo apapun yang terbaik."

***

Belva menatap sesuatu di atas mejanya ketika seorang laki-laki menaruhnya disana. Cewek itu mendongak, lalu menautkan alisnya kearah Nathan.

"Ini apa?" Tanya Belva, masih tidak menyentuh benda tersebut.

Nathan duduk di sebelah kursi Belva, cowok itu tersenyum sangat tipis lalu kembali menyodorkan buku tipis yang entah isinya apa.

"Penghilang jenuh." Nathan mengangguk meyakinkan Belva untuk memgambil buku tipis tersebut.

Cewek berambut pendek itu meraihnya perlahan, tangannya membuka isi buku tersebut dan sedikit terkejut melihat apa yang tertera di dalam. Namun, sudut bibirnya tertarik seketika ketika melihat gambaran polos seperti semacam bunga dan binatang.

"Ini kan buat anak kecil?" Belva menatap Nathan, meminta penjelasan. Pasalnya, buku ini lebih tepat di beri untuk anak usia lima tahun dibanding di berikan untuk dirinya yang sudah lewat dari usia itu.

"Coba dulu, siapa tau rasa kesel lo bisa tertuang disana." Belva lagi-lagi memunculkan senyumnya. Cewek itu tidak habis pikir dengan kelakuan Nathan. Ia merasakan bahwa Nathan memang benar-benar mau membawanya keluar dari masa terpuruk ini.

"Makasih, Nath."

"Cepet balik jadi Belva. Jujur, kangen." Belva yang menatap buku itu kini mendongak dan menatap Nathan yang menatapnya penuh arti. Ada sorot kebingungan, kekhawatiran, tidak nyaman yang Nathan pancarkan.

My Cold Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang