SEVENTY TWO - Aku, Kamu, dan Kita.

101K 7.5K 437
                                    

Kali ini bukan hanya tentang aku, kamu, dan dia. Melainkan kita.

***

SEMINGGU ini, Nathan di sibukkan dengan persiapan ujian yang akan datang minggu depan. Cowok itu lebih banyak membaca buku dan mengumpulkan beberapa materi. Ia harus masuk ke perguruan tinggi Jerman. Apapun alasannya.

"Jangan keseriusan, Kak. Nanti malah error loh pas ujian." Nathan melepaskan kacamatanya lalu mendongak dan menatap Belva yang sudah duduk di depannya sembari menopang dagu.

"Bakal error kalau kamu muncul di otak pas lagi ujian." Nathan tersenyum tipis, lalu menutup buku paketnya. Kini mereka memang ada di perpustakaan, suasana memang selalu sepi.

"Makanya, nggak usah mikirin aku terus."

"Jangan salahin aku, salahin kamu yang muncul terus."

"Tabok aja kalau gitu." Belva mendekatkan pipinya, namun Nathan hanya tersenyum dan menggeleng kecil.

"Kali ini bawa apa?" Mata Nathan beralih pada kotak makan yang Belva bawa. Belakangan ini, cewek itu selalu menemaninya di perpustakaan, memberikan semangat, dan membawakannya makanan.

"Bawa nasi sama semur jengkol pake cinta." Belva tersenyum manis, menampilkan lesung pipinya.

"Beneran jengkol?"

"Bukan sih, tapi adiknya jengkol."

Nathan menautkan alisnya. "Adiknya?"

"Ih, pete maksudnya."

Nathan meraih kotak makan pink tersebut, lalu membukanya. Dan benar saja, disana terdapat nasi dan ayam balado dengan campuran petai.

"Tapi.."

"Nggak suka pete?" Tebak Belva langsung. Nathan terdiam, lalu mengangguk pelan.

"Alay kamu, mah. Pinggirin, biar aku yang makan."

Nathan tersenyum kecil. "Suka?"

"Suka banget! Pete tuh udah kayak nyawa buat aku, Nath. Sini." Belva meraih kotak makannya, lalu mengambil beberapa potong petai yang tersebar hingga habis.

Nathan menatap lucu kearah Belva. Cewek itu bahkan tidak menunjukkan sikap malu sekalipun di depannya. "Enak?"

"Enak! Aku udah siapin sikat gigi juga."

Nathan membuka sedikit mulutnya, terkejut. "Sikat gigi disekolah?"

"Iya. Nih." Belva merogoh kantungnya dan menunjukkan sikat gigi lipat dan pasta gigi kecil.

Astaga. Belva benar-benar aneh, mampu membuat Nathan menggeleng tak menyangka. Lucu.

"Kamu.. lucu." Nathan meraih kotak makannya, lalu memakan makanannya dengan perlahan.

"Kamu yang masak?" Tanya Nathan setelah menelan suapan pertamanya.

Belva mengulum senyum, menggeleng malu. "Mama."

Nathan terdiam, lalu mengangguk mengerti. Ia tahu Belva belum bisa memasak. "Lain kali, aku mau makan masakkan kamu."

Belva terlihat berpikir. "Tapi aku nggak bisa masak."

"Aku kasih kamu banyak cokelat kalau bisa masakin aku."

Mata Belva melebar dan berbinar. "Bener, ya?" Nathan menggangguk.

"SIAP, BOSS!" Belva mengangkat tangannya untuk hormat. Cewek itu tersenyum senang membuat Nathan mau tak mau mengangkat sudut bibirnya.

***

My Cold Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang