TWENTY ONE - Menunggu.

179K 11.7K 350
                                    

"Cewek bukan boneka. Please, lo laki laki dan lo nggak cocok mainin itu."
-Nathan.

***

BELVA merapikan tatanan rambutnya lalu mengusap jeans-nya yang sedikit kotor. Cewek itu menghela nafasnya pelan lalu menekan tombol bel.

Tak lama, pintu gerbang terbuka, menampilkan Renata dengan kaus putih serta celana panjang hitam. Cewek itu tersenyum lebar ke arah Belva.

"Belva? Cari Nathan, ya?"

"Iya Tante, mau sekalian main." Belva tersenyum menautkan jari jarinya. Ternyata, berbicara dengan Renata membuat hatinya berdebar bukan main.

"Oh main? Ayo, Tante seneng kamu mau main ke rumah." Renata menggiring Belva hingga cewek itu kini duduk di atas sofa merah maroon.

"Mau minum apa, Bel?"

"Apa aja, Tante." Belva tersenyum lalu menatap ke sekeliling rumah terheran karena Nathan tak juga menghampirinya.

"Nih, di minum dulu. Nathannya lagi pergi, emang kamu nggak tau?" Belva yang sedang memegang segelas es jeruk kini menoleh kearah Renata.

"Nggak. Emangnya dia pergi kemana?"

"Tadi sama temennya, Yura. Mau ke toko buku. Cuman sebentar, kok." Belva terdiam, mencerna kata kata yang terlontar dari mulut Renata. Mengapa Nathan tidak bilang padanya?

"Nathan nggak bilang." Belva mengerucutkan bibirnya, sebal.

Renata tersenyum, menampilkan aura keibuan yang sangat bisa Belva rasakan, "Nggak papa. Lagian sebentar lagi juga pulang. Kalau mau nunggu di kamar Nathan aja. Boleh kok."

Setelah menimbang nimbang, Belva mengangguk mengiyakan. Lalu segera bangkit dan berjalan ke arah mana Renata menunjuk.

"Kamu naik aja ke atas. Disana ada dua ruangan. Yang pintunya putih polos itu kamar Nathan." Belva lagi lagi hanya mengangguk lalu tersenyum dan dengan cepat menaiki anak tangga.

Cewek itu berdiri di depan pintu putih tulang. Dengan sangat hati hati ia memutar knop pintu hingga benda persegi panjang itu terbuka perlahan.

Rapi. Wangi. Dan.. Keren.

Ketiga kata itu bisa mewakili bagaimana kamar Nathan sekarang. Belva melenggang masuk lalu duduk di tepi ranjang. Wangi maskulin yang berada di tubuh Nathan seketika menyeruak hidungnya.

Belva juga terkagum akan banyaknya koleksi buku buku yang berderet di lemari. Mulai dari yang tebal sampai yang tipis. Ia berpindah duduk ke sofa biru laut, menyenderkan tubuhnya yang lelah sembari menunggu Nathan yang entah kapan datang.

Di sisi lain, Nathan kini sedang menatap Yura dengan tatapan datarnya. Cewek itu kini sedang mempilah pilih pakaian sembari mencocokkannya. Yura terlihat sangat senang, bahkan ia seperti tak mempunyai rasa bersalah sama sekali.

"Nath, menurut lo mana yang bagus?" Cewek itu tersenyum manis. Cantik, sih, hanya saja kecantikan itu tertutupi oleh sifatnya.

"Terserah." Nathan mengalihkan lagi pandangannya pada ponsel. Tak berminat sama sekali.

"Jangan gitu, dong. Gue pengen lo yang milih." Yura mengerucutkan bibirnya, kesal. Cewek itu memegang pergelangan tangan Nathan membuat cowok itu bergerak risih.

My Cold Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang