THIRTY - Most Wanted Girl.

166K 9.5K 435
                                    

Kamu yang membuat aku jatuh terhempas dengan mudahnya, dan kamu juga yang pergi meninggalkan dengan bebasnya.

•••

Belva menatap ibunya yang asyik merajut kain yang entah akan jadi apa nantinya. Wanita paruh baya itu terlihat lebih tua sekarang, ada banyak kerutan halus di sekitar wajahnya karena mungkin lelah bekerja.

Apalagi sekarang usaha ibunya kini menipis karena alasan yang entah ia tahu. Ia juga tak tahu bagaimana kabar kakaknya saat ini, bahkan cowok itu sudah jarang untuk datang sekadar menengok dirinya dan ibunya.

Belva masih terdiam menatap ibunya dibalik tembok di samping pintu kamarnya. Tiba tiba ia teringat akan perkataan gurunya bahwa ada beberapa keperluan sekolah yang belum ia lunasi.

Mengingat itu kepalanya seakan berdenyut sakit. Haruskah ia menghampiri ibunya dan meminta sejumlah uang? Disela sela ekonominya yang sedang menurun ini?

Belva mengigit bibirnya lalu memejamkan matanya perlahan. Ia tahu, pasti ibunya juga memikirkan bagaimana ia harus menghidupi anaknya. Pikiran ibunya pasti lebih berat dari pada pikirannya.

Kelopak matanya terbuka karena mendengar suara batuk dari mulut Fanny. Cewek itu menghampiri ibunya dengan langkah perlahan lalu meletakkan tangannya di atas bahu wanita paruh baya itu.

"Ma, istirahat."

"Kalau mama istirahat, kamu makan apa?" Sinis ibunya membuat Belva tersenyum. Ibunya ini memang sedikit 'galak', tapi menurutnya tak ada yang lebih baik dari pada ibunya ini.

"Tapi, Ma, jangan di paksain gini, lah. Ini udah malem, besok bisa di lanjutin lagi."

Fanny menghela nafasnya lalu menatap anaknya, "Kamu mau ngelanjutin? Tugas kamu cuman belajar. Sana cepetan tidur."

"Tapi--"

"Udah sana. Mama bilang sana ya sana. Cepetan besok kamu telat." Belva lagi lagi tersenyum simpul lalu mengangguk pelan.

Belva memang tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia tak tahu apa yang akan menimpa keluarganya di masa yang akan datang. Tapi, dirinya berjanji untuk melindungi ibunya apapun yang terjadi.

Bahkan.. harus merelakan semua yang sudah menjadi bagian hidupnya.

***

"Kok tumben pake motor?" Belva menerima helmet yang Nathan sodorkan.

"Apa bedanya? Yang penting bisa sampe." Jawab Nathan sedikit tak peduli lalu menyalakan mesin motornya. Lagipula, apa bedanya? Yang penting ia bisa sampai kesekolah.

Belva mengerucutkan bibirnya, "Ya udah. Aku kan cuman nanya. Nggak usah sensi gitu."

Nathan tak menggubris, lalu ia mengisyaratkan Belva untuk segera naik ke atas motornya.

Di perjalanan, Belva terus mengoceh dengan kecepatan tinggi di tambah volume suara yang bahkan pengendara lain bisa mendengarnya.

Cewek itu bercerita sesuatu yang menurut Nathan sama sekali tidak penting. Mulai dari guru mata pelajaran matematikanya yang menyebalkan, dirinya yang mengutang gorengan di kantin, hingga kekesalannya pada kucing tetangganya yang poop di sembarang tempat.

Nathan hanya menyimak, dan sesekali tersenyum simpul. Walaupun cerita ini sama sekali tak penting tapi mendengar suara Belva yang antusias membuatnya senang.

Motor Nathan berhenti. Tapi tidak pada parkiran sekolah ataupun area mendekati sekolah. Motor cowok itu berhenti tepat di pinggir jalan.

"Loh? Kenapa? Sekolah masih jauh, Nath."

My Cold Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang