Dalam sebuah hubungan, pasti ada yang namanya berjuang dan bertahan. Tentu dengan dua belah pihak, bukan sendirian.
•••
"
GUE udah bilang sebelumnya kalau gue nggak mau lagi berurusan sama hidup lo. Apalagi soal Nathan." Seorang cewek dengan rambut pendek sebahu itu menggeleng sembari melipat tangannya di depan dada.
"Gue masih butuh lo. Please, help me. Gue bakal turutin apa mau lo." Kini cewek berambut sepunggung itu meremas pelan pergelangan tangan teman yang sudah membantunya beberapa tahun belakangan ini dengan nada memohon.
"Lo serius?"
"Gue serius. Sekarang apa mau lo?"
"Buat Angga jadi milik gue." Fara membulatkan matanya mendengar perkataan yang terlontar dari bibir cewek di depannya.
"Lo.. suka sama Angga?"
Cewek itu hanya mengangguk, mengiyakan. "Bisa, kan?"
"Tapi, lo tau sendiri dia deket sama Belva. Kalau gue buat Angga jadi milik lo, maka misi gue buat jauhin Belva sama Nathan bakal lebih sulit."
Gadis bermata biru itu tak peduli, ia menggelengkan kepalanya tanda ia tak mau tahu. "Ya gue nggak bakal bantuin lo soal Nathan."
"O-oke, oke. Gue turutin kemauan lo."
Fara menatap temannya yang tengah menghela nafas. "Lagipula, lo mau Belva hancur, kan? Gue kasih tau, Angga dan Nathan adalah dua orang yang berarti bagi hidup dia,"
"Kalau lo bisa menarik bersih dua berlian itu dari hidupnya, maka lo bisa buat dia hancur sehancur-hancurnya."
Fara terdiam mencerna, lalu mengangguk dan tersenyum mengerti kemudian. "Maka langkah yang pertama, kita harus menarik berlian utama terlebih dahulu."
***
Belva menatap Angga dengan berbagai pertanyaan yang ingin ia lontarkan. Pagi tadi, Angga memaksanya untuk menemaninya hanya untuk sekadar menghilangkan rasa jenuh. Mereka sudah berjalan berjam-jam kesana dan kemari di Minggu sore ini.
"Kak. Lo nggak mau tau sama sekali Belva dimana?" Tanyanya dengan hati hati tanpa mau membuat cowok di samping merasa tidak nyaman.
"Nggak." Jawaban singkat itu membuat Belva mampu menghela nafas panjang.
"Kalau nanti lo ketemu dia, apa lo nggak mau buka sedikit pun hati lo buat dia?"
Angga terdiam, menatap langit sore dengan bunga bunga yang menghampar di bawahnya. "Kalau gue buka hati buat dia, apa yang bakal terjadi? Apa semuanya bakal balikin keadaan kayak awal? Nggak."
"Terkadang kata maaf nggak bisa merubah semuanya, Bel. Kata maaf cuman sebatas kata di bibir yang bisa merubah hati seseorang sementara tapi tidak dengan kenangan yang hilang begitu saja."
"Jadi, kalau gue buka hati buat dia. Gue sama aja nonton sebuah film yang berjudul sama. Endingnya? Ya akan sama. Sakit."
Belva hanya bisa mengangguk pelan. Rasanya air matanya ingin lolos dari pelupuk matanya saat ini juga. Sepertinya, keputusannya untuk memberitahukan Angga tentang siapa dirinya harus ia pendam dalam dalam.
***
Belva tersenyum manis ke arah Angga yang ikut membalasnya. Ia melepas safety beltnya dan turun dari mobil tanpa mengucapkan kata apapun.
"Makasih udah mau nemenin gue. Maaf gue nganter lo pulang jam segini." Angga sedikit menunduk untuk melihat Belva dari balik jendela.
"Nggak papa. Hati-hati, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boyfriend (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] SEBAGIAN PART SUDAH DI HAPUS Cewek? Sampah banget. Itulah pemikiran Nathan Alzevin, si cowok dingin tingkat dewa SMA Bintara. Sifatnya yang cuek dan paling anti sama perempuan, memiliki wajah yang tampan dan berhati dingin. Karena itu...