Dia bukan barang yang bisa di pindah kesana dan kemari. Tapi dia manusia, yang hatinya bisa hancur dan tidak akan bisa kembali utuh jika sekali dikecewakan.
•••
"HUTANG Mama semua lunas, Bel. Entah apa yang ngebuat dia bilang kalau hutang Mama lunas."
Belva memaksakan diri untuk tersenyum senang, "Oh ya? Belva ikut seneng kalau gitu."
"Kamu kenapa? Kayak ada masalah gitu?"
Belva menautkan alisnya. "Nggak ada, kok."
Dengan cepat ia menghabiskan makan malamnya sebelum ibunya itu menanyakan hal yang tidak mau ia jawab. Setelah selesai, ia meminta izin untuk kembali ke kamar dengan alasan tugas kini menunggunya.
Ia menatap ponsel yang tergeletak di ranjang dan menampilkan sebuah panggilan tak dikenal. Dengan cepat ia mengangkatnya setelah bergulat batin harus menerimanya atau tidak.
"Halo?"
"Halo. Gue Fara."
"Oh, lo, kak. Kenapa?"
"Nathan belum nerima gue."
Belva menautkan alisnya. Mengapa cewek ini begitu menyusahkan? Toh, dia sudah melakukan perjanjian untuk menjauhkan diri dari Nathan. Bukan untuk membuat Nathan menerima kehadiran Fara.
"Terus? Apa hubungannya sama gue?"
"Ya, ada hubungannya sama lo, lah. Dia nggak bisa jauh dari lo. Dia seakan akan dia nyalahin gue atas perubahan lo."
Belva menggeram dalam hati. Memang dia kan yang menyebabkan dirinya mengalami perubahan seperti ini. Ralat, memaksakan untuk melakukan perubahan.
"Tapi gue udah ngelakuin perjanjian untuk jauhin Nathan. Dan berarti tugas gue selesai."
Belva mendengar Fara berdecak kecil. "Belum selesai. Lo belum jauhin Nathan sepenuhnya."
Ada apa dengan Fara? Cewek ini memang benar benar mau membuat dirinya semakin menjauhi Nathan.
"Kenapa lo memaksa banget, sih? Lo nggak bisa memaksa seseorang untuk--"
"Temuin gue di cafe tempat lo kerja. Sekarang. Gue tunggu."
Sambungan terputus membuat Belva menggertakkan gigi kesal. Sedetik kemudian ia berjalan gontai mengambil jaket dan pergi untuk menemui Fara tdi tempat yang telah di tentukan.
***
"Please. Ini bukan tentang perasaan gue doang. Ini penting. Ini semua juga menyangkut perasaan ibu gue."
Belva mengernyitkan dahinya. "Ibu lo? Maksudnya?"
Fara menghela nafas panjang lalu mulai berkata. "Jadi, dulu hubungan gue sama Nathan bener-bener baik. Sampai Bunda suka sama semua karakter Nathan dan apapun yang ada di diri Nathan,"
"Dia sebenernya nggak tau kalau gue udah putus. Dia tau gue sama Nathan LDR. Bahkan, dia mau gue sama Nathan tunangan saat gue udah lulus nanti."
Entah udah keberapa kalinya Belva seperti tersengat petir. Darahnya berdesir cepat hingga memenuhi rongga kepalanya. "Tu-tunangan?" Semakin banyak fakta yang ia dapat. Tapi semakin dibuat bingung juga perasaannya kini.
"Iya. Bunda mengharapkan semua itu terjadi. Dia sakit jantung. Jadi gue nggak mau buat dia shock karena tahu gue udah nggak ada hubungan sama Nathan." Belva tidak ingin memotong. Cewek itu sedikit sakit karena ia hanya akan sebagai objek orang ketiga yang terhempas disaat pemeran pertama sudah bersanding dengan pemeran kedua.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boyfriend (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] SEBAGIAN PART SUDAH DI HAPUS Cewek? Sampah banget. Itulah pemikiran Nathan Alzevin, si cowok dingin tingkat dewa SMA Bintara. Sifatnya yang cuek dan paling anti sama perempuan, memiliki wajah yang tampan dan berhati dingin. Karena itu...