13) SAYA TERIMA NIKAHNYA (Felix's Side)

1K 52 0
                                    

Aku berjalan beriringan dengan kiayi Abdus Somad menuju masjid pesantren untuk melaksanakan shalat ashar berjamaah. Namun, di tengah obrolan kami, kiayi Abdus Somad berseru. "Syalimar, mau ke mana?" tanya beliau, pada gadis yang sebentar lagi akan menjadi istriku.

Aku terpaku saat berhadapan dengannya. Kuakui dia memang gadis yang unik. Meski tertutup dari ujung rambut hingga ujung kaki, kadang kelakuannya bikin orang gemas.

"Jalan-jalan sebentar, yang. Syasya lagi badmood habis dikerjain mba Jihan," ujarnya.

"Dikerjain gimana maksud kamu?" tanya kiayi Abdus Somad lagi, aku mengangguk samar, ikut merasa penasaran.

"Urusan perempuan," ujarnya. Dari nada bicaranya, ia terdengar semakin badmood.

"Eh, kamu ndak shalat ashar dulu?" tanya kiayi Abdus Somad, lagi.

"Yang, ingat mata pelajaran IPA waktu sekolah dulu nggak?" tanyanya balik. Aku dan kiayi Abdus Somad jadi bingung. Dua belah alisku menukik tinggi.

"Tentang apa?" tanya kiayi Abdus Somad, terdengar agak ragu.

"Tentang sistem reproduksi," jawab Syalimar, kemudian menunduk, memutus kontak denganku dan kiayi Abdus Somad. Hahaha.... MasyaAllah, kok ada ya jenis makhluk berjenis kelamin perempuan semenggemaskan ini? Aku terkekeh, sebagai respon.

"Loh, kenapa jadi ngomongin soal itu?" tanya kiayi Abdus Somad, pada akhirnya.

"Udah ah, pokoknya Syasya lagi nggak boleh shalat. Assalamu'alaikum, Syasya jalan-jalan dulu," putus Syalimar. Aku menggelengkan kepala, dengan masih terkekeh pelan.

"Wa'alaikumussalam!" sahutku dan kiayi Abdus Somad berbarengan.

"Ah, gadis itu. Bikin gemas saja. Begitulah sifatnya, gus Felix. Jika kiranya masih ada keraguan, saya harap kamu memutuskannya dari sekarang daripada menyesal di kemudian hari," ujar kiayi Abdus Somad. Sejenak aku berpikir akan kata-katanya itu.

"Ah, tidak. Maksud saya, bagaimana bisa saya jadi orang yang tidak konsisten? Sejak awal saya sudah siap dengan konsekuensinya. Kalau pun Syalimar belum bisa menjadi yang seperti kiayi dan keluarga harapkan. Saya harap, saya bisa membimbing dia untuk menjadi lebih baik. Tapi, tentu saja saya tidak bisa memaksa untuk mengubah sifat dasarnya. Biarlah dia menjadi dirinya sendiri. Lagi pula, saya tidak masalah," jawabku, kemudian tersenyum simpul. Lalu dibalas kiayi Abdus Somad. Setelah itu, kami pun melanjutkan niat awal kami untuk shalat ke masjid.

~~~

Dua hari kemudian....

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau Felix Xi Zhang dengan putri saya Esme Syalimar As-Siddiq binti Abu Bakar As-Siddiq dengan maskawin seperangkat alat shalat dibayar tunai," ucap abi Abu Bakar menuntunku.

"Saya terima nikah dan kawinnya Esme Syalimar As-Siddiq binti Abu Bakar As-Siddiq dengan maskawin seperangkat alat shalat dibayar tunai," balasku lantang.

"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya beliau pada para saksi.

"Saaaah...." sahut mereka serempak.

"Alhamdulillah. Barakallah....." sambung abi Abu Bakar memulai do'a pernikahan. Semua pun serempak mengaminkan do'a beliau. Tak terkecuali aku.

MasyaAllah, rasanya seperti duri yang yang terlepas dari kulit. Saking leganya, aku bahkan tak sadar menghembus nafas kencang.

"Gugup sekali ya, nak?" tanya papa di belakangku. Ah, sudah tahu begitu malah ditanya pula. Tidak ada yang bisa kuungkapkan lagi selain kata syukur kepada Allah SWT, atas kelancaran acara hari ini. "Selamat ya, kau sudah menjadi seorang kepala keluarga. Ingat pesan papa, soal membangun sebuah rumah tangga dengan tiang yang kokoh," sambungnya. Aku mengangguk sebagai respon. Tidak mampu lagi berkata-kata.

The Queen Of Ninja (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang