Assalamu'alaikum. Hallo semua. Masih pada penasaran nggak sih, kelanjutan kisah pasangan absurd yang satu ini?
Oh ya, author mau bilang sesuatu nih, kalau ceritanya udah mulai lebih serius dan emosional. Tapi, nggak sampai bikin karakter utamanya nangis bombay yang gimana-gimana. Yang jelas aku hanya berusaha menyuguhkan cerita yang nggak membosankan. Mungkin di part-part sebelumnya, kehidupan rumah tangga Syasya dan Mas Felix anteng-anteng aja, gitu. Jadi bikin author gemes sendiri. Kok, nggak ada konflik yang berarti sih? Enak bener hidupnya. Makanya, dari part ini aku mulai konfliknya. InsyaAllah nggak kampret bin somplak. Yang jelas Syalimar tidak akan pernah kehilangan kehormatannya sebagai seorang wanita sejati.
Selamat membaca!
Unch unch unch.....
_____23_____
Aku berjalan menyusuri koridor lantai dasar kampus. Sempat berpapasan dengan beberapa orang mahasiswa. Ketika aku ingin berbelok di persimpangan, aku dikejutkan dengan kehadiran seorang gadis secara tiba-tiba. Kehadirannya ini benar-benar membuatku hampir kehabisan kesabaran. Bagaimana tidak? Hampir satu bulan belakangan, dia selalu saja mengganggu ketentramanku.
Mungkin aku belum bercerita soal gadis yang satu ini. Biar kukasih tahu. Dia adalah gadis yang beberapa waktu lalu sempat berpapasan denganku di tangga ketika ia bertanya di mana ruangan dosen program studi Pendidikan Agama Islam. Pada awalnya biasa-biasa saja, dan aku juga cuek. Tapi, semakin hari kulihat dia semakin berusaha ingin menarik perhatianku. Dari yang paling sepele sampai yang paling bikin orang mengucap istighfar berulang kali.
"Pak, Pak Ustadz ada kelas jam segini, ya?" Tanyanya sambil mengimbangi langkahku.
"Apa urusanmu?" Kutanya balik dengan nada datar.
"Jelas jadi urusan saya. Pak Ustadz kan, calon imam Chacha." Ujarnya percaya diri.
Langkahku berhenti dan sejenak kuhela nafas dengan sedikit berat. Rasanya kesabaranku sedang diuji di tingkat tertinggi. Menghadapi gadis semacam dia ini tidak mudah. Aku pernah membentaknya saat dia menyentuh lenganku dengan tak tahu dirinya. Namun, nyatanya dia tidak pernah kapok. Katanya itu tidak sengaja. Mau kubantah sekali pun, aku tidak bisa membuat pembelaan. Salah-salah malah aku yang dicap sebagai dosen mesum. Subhanallah.
"Saya sudah pernah bilang sama kamu. Kalau saya sudah menikah. Istri saya memang tidak sedang di kota yang sama dengan saya. Tapi, seperti yang sudah saya katakan, sampai kapan pun saya tidak ada niat dan tidak akan pernah berpoligami. Perimisi!" Aku melangkahkan kaki lebih lebar dari sebelumnya. Meninggalkan gadis menyebalkan itu yang mematung di tempat kami berdiri tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Of Ninja (Hiatus)
General FictionNiqab-an tapi kelakuan kayak preman. ~Esme Syalimar As-Siddiq binti Abu Bakar As-Siddiq~ 💖 Tatoan tapi Alhamdulillah udah jadi ulama muda. ~Ustadz Felix Zhang anaknya Jian Xi Zhang~ On going © 2017