Assalamu'alaikum....siapa yang kangen mas Felix dan Syasya? Cieeee....nungguin ya?
Cap cip cuuuuusssss, vote and comment ya kan biar aekeh semangat update-nya cepet. 😘😘
Koreksi aja kalau ada typo atau kata-kata yg kurang sesuai. Kritik yang membangun akan kuterima dengan lapang dada 😌😎🙌
-----------------
"Aku rindu!"
"Jangan rindu, berat. Biar aku saja."
"Huaaaaaa........aku rinduuu. Maaaas, kapan pulang?"
Beneran dah, ini film bikin mewek. Bukannya senyam senyum nggak jelas karena ceritanya penuh dengan nuansa romantika. Justru kondisiku sekarang berbanding terbalik dengan hal itu. Ya Allah, apa yang terjadi padaku? Padahal baru sehari nggak ketemu mas Felix, perasaanku sudah tidak enak. Gelisah dan merana. Aku rindu dia. Dia dia dia.
"Mas, cepat pulang." Lirihku. Walau sudah berusaha lebih tenang, rasanya perasaan ini tidak mau juga hilang.
"Sya! Kamu kenapa? Kok nangis?" Aku mendongak, mengalihkan tatap pada sosok Ce Reina yang berdiri di ambang pintu kamarku dan Mas Felix. Aku menggeleng sambil mengusap sisa air mata di pipi.
"Nggak papa, Ce. Syasya cuma terharu sama filmnya." Jawabku sekenanya. Padahal dadaku rasanya masih perih. Ya Allah, kok gini amat ya?
"Terharu apaan? Wong adegannya romantis gitu. Ada-ada aja kamu, nih." Sanggah Ce Reina, menghancurkan semua alibiku. "Apa? Mau nyangkal lagi?" Ujarnya, saat aku ingin melontarkan sanggahan lain.
"Ce Rei, Syasya kangen Mas Felix." Rengekku, sambil memeluk pinggang Ce Reina yang kini sudah berdiri di samping tempat tidurku.
"Ya elah! Kangen kan tinggal VC aja, kali. Apa susahnya?"
"Nggak akan sama, Ce. Pokoknya Syasya mau ketemu langsung sama Mas Felix." Rengekku lagi. Ya salam, aku ini lagi kenapa sih? Kok jadi makin manja dan sensitif gini?
"Hah! Kamu ini, ya. Sabar aja lah, pasti bisa. Sabtu sore kan, Ko Felix balik ke sini." Balasnya.
"Tapi Syasya maunya sekarang. Syasya kangen dipeluk sama Mas Felix. Syasya kangen dimanjain sama Mas Felix. Pokoknya kangen semunya dari Mas Felix." Protesku. Tangisku makin menjadi. Aduh! Fix, kayaknya aku musti dibawa ke psikolog, ini.
Alhasil, Ce Reina hanya bisa bergeleng kepala sambil berdecak frustasi. Maafin Syasya, Ce. Syasya juga nggak ngerti kenapa Syasya jadi begini.
"Loh, Syalimar kenapa?" Itu suara Mama Tiffany. Ekspresinya tampak kaget saat melihatku.
"Biasa, perempuan hamil. Tingkat sensitifitasnya naik secara tajam." Celetuk Ce Reina. Tangannya masih setia menepuk-nepuk kepalaku. Sedangkan aku semakin dalam menenggelamkan wajahku di pinggang Ce Reina. Nggak tahu kenapa, rasanya nyaman aja dengan posisi ini.
"Ce, Ce Reina temenin Syasya tidur di sini, ya." Pintaku, dengan binar mata mengiba. Ia menoleh, lalu menghembus nafas dengan kasar.
"Maaf, aku nggak bisa. Ini kan kamar kamu sama Ko Felix. Aku nggak boleh ikut tidur di sini." Jawabnya. Iya juga sih. Aduh! Otakku udah mulai konslet. Minta hal yang mustahil begitu.
"Biar Mama saja yang temenin dia." Sergah Mama Tiffany. Aku melepas pelukan dari pinggang Ce Reina. Lalu beralih memeluk Mama Tiffany yang duduk di sisi tempat tidur yang masih kosong.
"Ma, temenin Syasya." Pintaku sesenggukan.
"Hmmm...ya sudah. Mau tidur sekarang?" Tanya Mama Tiffany, sambil mengelus kepalaku dengan sayang. Unch! Ya Allah, nyaman sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Of Ninja (Hiatus)
General FictionNiqab-an tapi kelakuan kayak preman. ~Esme Syalimar As-Siddiq binti Abu Bakar As-Siddiq~ 💖 Tatoan tapi Alhamdulillah udah jadi ulama muda. ~Ustadz Felix Zhang anaknya Jian Xi Zhang~ On going © 2017