30) OBROLAN KAUM HAWA (Esme's Side)

377 28 8
                                    

Hampir sebulan ya, aku nggak menjamah lapak ini. Mungkin lebih? Kira-kira masih ada yang antusias nggak nunggu kelanjutan ceritanya?

Nanya dong, kira-kira cerita Koko Felix dan Syasya Manis mau sampai berapa part? (Kalau ada yang beneran menjawab. Ya Allah, ngenes amat deh author. Iya, luangin waktu bentar deh, buat kasih saran ke author. Nggak bakal rugi juga kan.) 😽😹

Happy reading...

Natal dan tahun baru sudah lewat beberapa minggu yang lalu, aku pun sudah kembali ke rutinitas sebagai seorang jaksa di Kejaksaan Agung di Jakarta. Begitu pula Mas Felix yang juga melanjutkan rutinitas mengajarnya sebagai dosen di Universitas.

Hari ini aktivitas di kantor kejaksaan cukup sibuk, mengingat banyak pekerjaan yang belum sempat diselesaikan. Aku tengah meneliti sebuah kasus, saat Rini mengetuk pintu ruanganku yang selalu tertutup jika sedang fokus begini. Maklum saja, aku tipikal orang yang butuh ketenangan agar bisa berkonsentrasi. Selain itu, ruanganku memang full AC.

Tok tok tok

"Assalamu'alaikum. Bu, ini Rini. Boleh saya masuk?"

"Wa'alaikumussalam. Ya, silakan!" Jawabku dengan perhatian yang masih berada di tumpukan kertas yang tadi aku bolak-balik.

"Ada yang mau ketemu." Seru Rini dengan volume suara pelan.

Aku mengernyit heran dengan tingkah absurd-nya itu. Lagi pula kalau ingin memberi tahu soal ada yang ingin bertemu, kenapa tidak lewat saluran intercom saja?

"Siapa?" Tanyaku penasaran.

"Jaksa Meichan."

What? Siapa katanya? Jaksa Meichan, kakaknya Cici Fan?

"Persilakan dia masuk." Putusku akhirnya.

"Baik!" Jawab Rini, kemudian keluar dari runganku.

Tok tok tok

"Silakan masuk." Ucapku, lalu mendongak. "Cici Fan?" Seruku terkejut.

"Hay, Sya! Apa aku mengganggumu?"

"Nggak! Nggak sama sekali." Ucapku, lalu memeluknya dengan erat.

"Hey! Sya. Bisa kamu longgarkan sedikit pelukanmu? A...aku sesak nafas."

"Astaghfirullah!" Ucapku, lalu sontak langsung melepas pelukan kami. "Maaf, Ci."

"It's okay." Balasnya sembari tersenyum geli.

"Cici kapan datang?" Tanyaku akhirnya, lalu mempersilakan dia duduk di sofa yang memang tersedia di ruanganku.

"Kemarin." Jawabnya santai.

"Kok nggak ngabarin?" Tanyaku dengan wajah kecewa.

"Nggak sempat, Sayang. Nggak usah cemberut dong. Oh ya, selamat ya atas kehamilan kamu." Ujarnya, lalu nampak merogoh isi tas jinjingnya. Dan mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna merah. "Nih, buat kamu."

"Hah! Apa itu?" Tanyaku bingung.

"Buka aja."

"Dalam rangka apa Ci Fan kasih aku hadiah?" Tanyaku heran. Masih enggan membuka kotak itu, walau sudah berpindah ke tanganku.

"Sebagai ungkapan selamat atas kehamilan kamu. Aku harap, hadiah balasannya, aku bakal nyusul kamu." Ujarnya, lalu raut wajahnya berubah jadi agak mendung.

The Queen Of Ninja (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang