Ada yg protes tuh.
Ya udahlah ya, daripada nanti reader-nya pada kabur.
Saya teh, apa atuh._________©_________
"Sya, kamu mau meluk Mas sampai kapan?"
Syalimar ini, sekarang tingkahnya semakin manja saja. Sebagai suami, aku memang seharusnya paham apa yang menyebabkan dia menjadi seperti ini. Ya, itu karena perubahan hormon yang ada di dalam tubuhnya selama dia hamil. Perubahan hormon itu berpengaruh terhadap pola pikirnya. Yang secara normal seharusnya pemikirannya dewasa, kini terlihat lebih kekanakan.
Aku memang tidak mempercayai soal mitos-mitos yang sering dibicarakan oleh orang-orang tua dari jaman dulu. Salah satunya, soal bayi ileran ketika sudah lahir, jika keinginannya. Ralat. Sebenarnya itu keinginan dari si ibu. Jika keinginan itu tidak terpenuhi.
Bukan Syalimar yang mengatakannya. Tapi, Mama. Beliau mewanti-wanti aku untuk menuruti apa pun keinginan ngidamnya Syalimar. Ah, sepertinya kita perlu meluruskan hal itu dulu. Maksudku adalah jika memang permintaan Syalimar itu masuk akal dan mampu aku lakukan, tentu saja aku tidak akan menolak. Lain cerita jika itu berhubungan dengan sesuatu yang mustahil.
"Sampai Syasya tidur, lah. Mas ini gimana sih?"
"Kamu tuh kebo banget sekarang, ya. Sering banget tidur. Nggak tahu waktu. Nggak peduli ini masih jam sepuluh pagi." Ujarku sambil mengelus punggungnya. Memang saat ini kami sedang berbaring di bed sambil berpelukan.
"Biarin aja. Mas ini protes terus. Kan bukan maunya Syasya." Sahutnya terdengar manja.
"Bukan protes, sayang. Mas cuma mau berusaha mengingatkan. Kamu nggak takut gemuk, kalau keseringan tidur begini?"
"Biarin aja. Kan enak kalau Syasya agak gemukan. Biar Mas lebih enak meluk Syasya. Yang sekarang kan, badan Syasya lagi kurus. Jujur deh, pasti nggak enak kan, kalau kita pelukan gini, Mas Felix kayak lagi meluk tulang doang." Selorohnya jenaka.
Aku terkekeh mendengarnya. Bahkan sampai bikin tubuhku bergetar karena saking gelinya. Istriku ini benar-benar unik. Bukannya marah karena aku bilang gemuk, dia malah mengamininya. Inilah yang kadang suka membuatku rindu untuk berada di dekatnya terus.
"Kamu ini, ya. Bukannya diam dan cepat tidur, ini malah makin banyak ngoceh."
"Salah lagi, kan. Lagian, daripada nanti Mas protes lagi kalau Syasya tidur."
"Iya, terserah kamu saja."
Aku mengeratkan pelukan di tubuh Syalimar. Sebenarnya dia tidak begitu kurus. Menurutku, bentuk tubuhnya sudah lumayan ideal. Belum lagi dengan ukuran perutnya yang sudah mulai terlihat membuncit. Berpelukan saling berhadapan seperti ini mungkin tidak bisa lagi kami lakukan jika usia kandungannya sudah memasuki bulan ke lima sampai seterusnya.
Berhubung sekarang masih sangat muda, dan tidak terlalu menganggu, kami masih bisa berpelukan dengan posisi seperti ini.
~~~
Aku terbangun kala sayup-sayup kudengar suara adzan Dzuhur berkumandang dari spreaker masjid di dekat komplek rumah ini.
Perlahan kubuka kedua belah kelopak mataku, lalu langsung disuguhi pemandangan indah dari sampingku. Kulihat Syalimar masih tampak lelap dalam tidurnya dengan wajah polosnya.
Kuakui, dia memang cantik. Tetap cantik walau tanpa make up sedikit pun. Aku tersenyum sebelum mengecup keningnya dalam dan sedikit lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Of Ninja (Hiatus)
General FictionNiqab-an tapi kelakuan kayak preman. ~Esme Syalimar As-Siddiq binti Abu Bakar As-Siddiq~ 💖 Tatoan tapi Alhamdulillah udah jadi ulama muda. ~Ustadz Felix Zhang anaknya Jian Xi Zhang~ On going © 2017