16) GAYA OLAHRAGA (Esme's Side)

927 50 0
                                    

Setelah beberapa menit kepergian mas Felix mencari makan malam, aku membuka mataku dan mendapati mama Tiffany sedang duduk di samping tempat tidurku, menggantikan mas Felix. Aku sengaja pura-pura tidur, sepuluh menit sejak bangun sampai mas Felix pergi. Karena aku tahu dia pasti tidak akan beranjak dari sisiku barang sebentar saja.

"Kamu sudah bangun?"

"Ma, mama sudah lama di sini?" tanyaku, sembari mencium punggung tangannya.

"Sudah hampir tiga jam mama di sini. Kenapa kamu baru bangun?"

"Hehe, Syasya juga nggak tahu ma. Tadi mimpinya indah banget."

"Memangnya kamu mimpi apa?"

"Itu, mimpi Syasya lagi nganu sama mas Felix." Jawabku malu-malu. Kulihat mama Tiffany berdecak gemas sambil bergeleng kepala.

"Otakmu, ya." Ujarnya sambil menjitak jidatku. "Lain kali yang sopan dong kalau bicara sama orang tua."

"Mama nanya, Syasya kan cuma menjawab dengan sejujur-jujurnya." Balasku, lalu nyengir perdamaian.

"Tapi, di dunia nyata udah berapa kali kalian gituan?" Aduh, pertanyaannya frontal pisan euy. Katanya ngomongin yang sopan. Sekarang malah mama Tiffany yang mulai kepo sama hubunganku dengan mas Felix. Duh, mau jawab apa ya? "Sya, mama nanya. Nggak sopan kalau orang tua nanya tapi nggak dijawab."

"Ya, lumayan. Mama kepo banget sih."

"Kalian suka gaya apa aja?"

"Hah? Ih, mama kok mesum sih?"

"Siapa yang mesum? Toh kita udah sama-sama ngerasain. Tapi kan bedanya, jaman kalian pasti punya referensi soal gaya baru yang mungkin belum mama coba."

"Mama!" rajukku. Mama Tiffany malah ketawa ngakak. Sumpah ya. Mama mertuaku ini ternyata suka bikin mati gaya. Beda banget sama kesan pertama aku ketemu beliau. Tapi intinya masih sama nyebelinnya.

~~~

"Mas, nanya dong." Aku mencoba memulai obrolan saat mas Felix sudah mengembalikan atensinya padaku. Bersyukurlah diriku, memiliki seorang suami yang tidak egois. Setelah aku menyelesaikan sarapanku, mas Felix menepati janji untuk menghentikan pekerjaannya sementara waktu.

"Nanya soal apa?"

"Itu, terakhir kita olahraga, namanya gaya apa?" tanyaku polos.

"Hah? Olahraga? Gaya? Maksudnya apa sih?" Aku tahu mas Felix pasti ngerti maksudku. Tapi, dia berusaha membuat keadaan menjadi berbelit-belit.

"Itu loh mas, anu..."

"Syasya, kamu nggak lagi ngigau kan?"

"Iiih, mas rese. Syasya nggak ngigo kok. Lihat nih, Syasya sadar sepenuhnya. Kalau istilah medisnya 'composmentis'."

"Hmmm....mas mau ambil minum dulu. Haus, lama-lama mas bisa dehidrasi juga gara-gara kamu."

"Iya, mas keringetan. Sini, biar Syasya yang ngelap."

"Tidak!" Pekiknya. Aku termangu menatapnya. Dia seperti cacing kepanasan. Gelisah gitu. Mondar mandir nggak jelas. Mas Felix kenapa sih?

"Kamu. Berhenti bicara soal itu, atau mas tidak akan beri kamu ampun. Sudah tahu sedang sakit, malah berani mancing-mancing."

"Mancing? Emangnya mas ikan, Syasya pancingin?" Balasku. Dia pun hanya termangu menatapku, dengan sorot mata yang menyiratkan bahwa ia sedang frustasi. Masa sih, mas Felix beneran lagi anu? Yah, aku musti gimana dong? Demi mata bulan sabitnya, aku nggak bermaksud apa-apa. Padahal pertanyaanku kan biasa aja. Aduh, ciloko. Aku musti siap-siap. Mas Felix pasti bakal nyusun rencana untuk balas dendam.

The Queen Of Ninja (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang