24) BEGAL (Esme's Side)

539 43 3
                                    

Hallo! Saya kembali.
Ya udah nggak usah banyak bacot.
Check it out

"Dasar pembegal pasangan orang! Nggak tahu diri banget, sih." Seruku dengan emosi menggebu-gebu.

"Mulutmu itu, ya. Ingat, ada janin di rahim kamu. Nanti dia denger." Peringat Mama, sambil mengatup mulutku dengan telapak tangannya.

"Astaghfirllahal'adzim. Maafkan bunda, Nak." Ucapku sambil mengelus perutku yang sudah tampak sedikit membuncit. "Maaf, Ma. habisnya Syasya sebel banget. Lagian, siapa sih yang bikin naskah cerita itu?" Tanyaku sarkastik.

"Mana Mama tahu, kenapa nggak kamu tanya langsung aja, sama produser filmnya?" Balas Mama datar sambil menggedikan bahu.

Mendelik ke arah Mama Tiffany, aku lalu memasang wajah cemberut. Beliau hanya acuh saja dengan pandangan mata yang masih fokus ke arah televisi di depan kami.

"Mama ih, mana Syasya tahu siapa produsernya. Lagian Syasya kan nggak kerja di dunia pertelevisian. Mana ngerti yang begituan."

"Udah tau nggak ngerti, kok masih protes aja. Kalau nggak suka, ya nggak usah ditonton." Celetuk Mama santai sambil mengunyah permen karetnya. Aduh! Ibu-ibu satu ini emang gaul abis. Emang dah, premannya rumah beginilah tampangnya.

Kukasih tahu sesuatu sama kalian. Biar udah tua gini, kalau lagi ada anginnya, Mama kadang suka jahil. Ya Allah, aku cuma bisa elus dada. Pernah satu ketika waktu aku mau jemur pakaian yang udah aku bilas dan setengah kering. Baru ditinggal sebentar, udah ada taburan detergen di atasnya.

Mau teriak takut kualat. Mama mertua, ini.

"Ganti ah, Ma. Unfaedah banget sih, ceritanya. Bikin kesel aja."

"Kan Mama udah bilang, kalau nggak suka ya kamu nggak usah nonton. Mending kamu masuk kamar, sana. Ngapain kek. Biasanya nonton drama Korea. Kan, itu favorit kamu."

"Bosan, Ma. Mata Syasya perih waktu liat adegan kissing-nya. Mana Mas Felix belum pulang. Kan Syasya nggak bisa meraktekin langsung."

"Pikiranmu, tuh ya. Mentang-mentang lagi hamil, nafsu birahinya meningkat jadi dua kali lipat."

"Mama, ih. Kayak yang nggak pernah muda aja." Sahutku sewot.

"Mulutmu tuh, ya. Untung Mama sayang. Kalau nggak udah Mama jahit pakai benang rajut." Ujar Mama gemas sambil mempraktekan gerakan menjahit di udara.

"Mama tega!" Seruku lirih. Mataku udah berkaca-kaca.

"Nggak usah pura-pura tersakiti. Mama udah kebal sama kelakuan kamu itu. Pinter banget kamu aktingnya. Kenapa nggak coba ikut casting main sinetron aja. Muka kamu cocok banget meranin jadi istri yang teraniaya kayak yang di TV itu." Ujar Mama, lalu tertawa terbahak-bahak.

Aku hanya diam. Menggeram kesal. Percuma membalas ucapan beliau lagi. Aku udah kalah telak. 0-1.

"Ma, putra sulungmu di mana sih? Kok nggak sampai-sampai juga? Katanya udah mendarat di bandara Soeta." Aku mencoba mengalihkan topik. Sebab tiba-tiba jadi makin kangen sama suami tercinta.

"Sebentar lagi. Tadi Mama nitip minta dibeliin ayam geprek. Mungkin dia lagi ngantri. Makanya agak telat." Jawab Mama jadi lebih santai. Walau masih ada cengiran mengejek dari bibirnya.

"Syasya tadi juga nitip dibeliin minuman di starbucks, mudah-mudahan nggak ngantri. Kasian suami Syasya, musti nurutin kemauan dua wanita sekaligus." Aku berucap sembari melirik Mama yang kemujuran tengah memandang ke arahku.

The Queen Of Ninja (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang