BAB 1: Dia yang Tak Sengaja Aku Kenal

217 10 4
                                    

Hari ini hatiku tergerak untuk menuangkan segala rasa gundah yang menimpa diriku beberapa hari ini. Aku tak tahu bagaimana harus menyikapi keadaan ini. Aku merasa seolah badai sedang menerpaku. Aku bingung, galau, dan tak tahu harus aku bawa kemana perasaanku saat ini. Tiada teman sebagai tempat terpercaya untuk bercerita. Sempat terbesit ingin berbagi cerita ini padanya, namun batal karena tampaknya ia cuek, tak ingin tahu keresahanku. Namun aku tidak putus asa, aku tahu aku masih punya Allah yang siap mendengarkan semua keluh kesahku.

Awalnya aku malu, namun akhirnya aku curhat juga kepada Allah karena nampaknya hatiku tak mampu lagi menampung rasa.

Malam itu, seusai sholat Isya', aku ceritakan kepada Allah. Aku angkat kedua tanganku, kemudian aku ceritakan semuanya. Aku ceritakan kegundahan hatiku.

***

Setelah merasa semuanya tercurah, hatiku menjadi lega, namun meski demikian puing keganjilan masih belum sepenuhnya hilang.

Aku berpikir, apa lagi yang harus aku lakukan untuk menghilangkan perasaan yang mengganjal ini. Tidak tahu juga mengala pada malam itu, ba'da sholat isya, tiba-tiba saja aku ingin membuka laptop. Akupun terpikir, mengapa tidak aku tuangkan saja dalam tulisan kegudahan aku ini. Akupun mencobanya dan aku juga baru menyadari bahwa malam itu malam ke-6 bulan syawal yang jatuh pada hari ahad. Malam dimana para muda-mudi yang memiliki pasangan bertemu. Wah, ini merupakan momen yang tepat, menghilangkan kegalauan dengan melakukan kegiatan yang bermakna. Sendiri dalam sepi.

Didalam kamar kecilku, aku terhenyak. Aku mulai memikirkan hal-hal aneh, diantaranya masalah cinta.

Tahun ini aku akan genap berusia 21 tahun. Aku tahu pada usiaku sekarang ini memang cinta dan kerja adalah tema utama dalam hidup. Belum lagi akhir-akhir ini ramai teman membicarakan tentang pernikahan. Topik pembicaraan apa saja, pastilah ujung-ujungnya cinta ataupun pernikahan turut andil di bahas bersamanya.

Cinta, memanglah hal yang manusiawi. Semua orang pasti merasakannya. Itu adalah fitrah. Entah cinta itu terhadap suatu benda, keluarga, sahabat, anak-anak atau bahkan kepada seseorang yang menjadi pujaan hati. Ia menjadi suatu hal yang sulit untuk dipahami. Bagaimana tidak, cinta bisa datang begitu saja, tidak mengenal waktu, tempat, ataupun orang. Jikalau sudah cinta, diri seakan menjadi buta. Penjara terasa bagaikan istana, bahkan raja rela menjadi hamba.

***

Akhir-akhir ini, banyak pertanyaan seputar cinta yang muncul dalam benakku. Aku heran, bagaimana bisa cinta itu datang dalam hatiku untuk orang yang baru ku kenal? Ya, itulah yang terjadi. Itu merupakan anugrah. Aku tak dapat menolak. Sebagaimana remaja lainnya, aku merasakan yang namanya jatuh cinta.

Cinta yang tak seharusnya hadir secepat ini, karena aku belum mengenalnya. Cinta ini adalah cinta yang mubazir karena Allah-lah yang seharusnya paling dicintai sebelum mencintai makhluk ciptaannya. Apakah cinta yang aku rasakan ini anugrah atau bahkan menjadi sebuah dosa? Ya Allah, aku bingung. Sangat bingung.

***

Setiap orang punya kisahnya masing-masing, mungkin juga ada yang mengalami hal serupa seperti ceritaku ini.

***

Seorang pemuda yang tidak begitu aku tahu latar belakang dirinya tiba-tiba membuat perasaanku ini tak karuan. Dia adalah orang yang tidak sengaja aku kenal dari seorang teman. Bukan sengaja berkenalan tapi tak sengaja. Pertemuan singkat yang terjadi diantara aku dan dia benar-benar tak terduga.

Saat itu, ketika di kampus, aku tak tahu harus singgah kemana selagi sembari menunggu adikku pulang sekolah. Kebetulan saat itu temanku, Rindang, berlalu di depanku. Refleks saja, aku memanggilnya. Terjadilah percakapan singkat diantara kami berdua. Awalnya, aku ingin mengajaknya pulang bersama, karena suatu hal akhirnya aku ikut bersamanya singgah sebentar ke rumah temannya Rindang.

Dia yang Tak Pantas Aku RindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang