BAB 8: Lambaian Jenaka

0 0 0
                                    

"Daaaaaah .... Nov. Haha"
." Teriak seorang pemuda dari balik pagar sekolah sembari menutupnya. Dia berniat bercanda denganku agar aku sengaja tertinggal sendirian di dalam area sekolah.

***

2019 silam ...

Kala itu, hari perdana aku datang ke sekolah tempatku mengabdi saat ini. Kepala sekolah memintaku datang dengna membawa berkas lamaran. Ketika aku masuk, hanya ada kepala sekolah dan satu staff lainnya yang tengha sibuk mondar mandir mencetak berkas sekolah. Dia seorang lelaki.

Aku duduk di sofa yang beseberangan dengan kepala sekolah. Tak butuh waktu lama, kepala sekolah langsung mengantarku ke ruang kelas untuk mengajar. Dia hanya melihat, tak ada kata yang dilontarkan.

Aku juga tak ambil pusing. Saat itu nerveous mengajar menguasai diri sehingga membuat aku tak lagi memikirkan hal di sekelilingku.

Aku juga sempat berpikir, ah sudahlah nanti juga bertemu lagi. Aku juga masih baru.

***

Sudah beberapa bulan sejak aku menginjakkan kaki di sekolah itu. Dirinya jarang aku dapati. Hampir semua staff dan guru sudah aku kenal bahkan ada beberapa yang akrab denganku, namun tidak untuk dia. Aku bahkan tidak tahu namanya. Aku hanya mendengar dari guru-guru saja.

Namanya Boy. Dia seorang operator di sekolah. Dia memang jarang ke sekolah, lebih banyak bekerja dari rumah. Meskipun demikian, semua perkerjaan terkait data sekolah terselesaikan dengan rapi.

***

Juni 2019, kabar akreditasi mulai tersebar di setiap satuan pendidikan. Sekolah kami, terjadwal pada awal juli 2019. Hal itu sontak membuat warga sekolah kaget. Waktu yang tersisa hanya 2 pekan saja. Gila parah!

Situasi sekolah benar-benar kacau. Standar-standar yang akan diajukan saat akreditasi banyak yang menghilang. Alhasil, membuat jam kerja lembur bagi beberapa guru yang sanggup. Sebagian guru muda mengambil lembur. Yaaah, anggap saja pencitraan. Haha ...

***

Lembur yang membawa berkah. Sebut saja seperti itu. Adanya kegiatan ini, menyatukan semua warga sekolah. Semua bahu-membahu. Yang awalnya tidak pernah bertemu, menjadi sering bertemu. Yang tadinya lewat sepintas lalu, kini busa menetap dan mengobrol panjang. Termasuk aku dan Kak Boy. Ya, aku memanggilnya kakak. Usia kami terpaut jauh.

Hari pertama lembur, biasa-biasa saja. Kami mengobrol seadanya. Sesingkat mungkin. Aku juga speechless, tak tahu mau bertingkah seperti apa. Canggung sekali.

Namun, tidak untuk hari kedua dan ketiga. Hari kedua, suasana mulai mencair. Kecanggungan berkurang dan hari ketiga adalah hari yang tak terduga. Dia mulai berani bercanda denganku.

Saat itu, semua guru sudah beranjak pergi dari parkiran sekolah. Tinggal aku dan Kak Boy yang belum melaju. Kak Boy pergi melaju terlebih dahulu tanpa menoleh ataupun mengucapkan kata walau sekedar basa basi.

Aku hanya menatapnya saja. Dalam hati sangatlah jengkel.
Dasar gak peka.

Tak di sangka, dia berhenti di depan pintu pagar bagian luar halaman sekolah. Dia turun dari motornya lalu menatapku. Tak lama ia berkata sambil melambaikan tangan.

"Daaah ... Nov. Haha. Aku duluan ya! Tinggallah seorang diri di sana ... Haha ...." Teriaknya sembari menutup pintu pagar, mengunciku dari luar.

What? Aku yang melihat tingkahnya menjadi geram. Refleks saja aku meneriakinya.

"Yaaah ... Jahat banget deh, Kak!"

Dia masih menatapku dengan senyuman tipis dibibirnya.

"Gak, Nov, gak. Tenang aja! Aku gak sejahat itu. Kan nanti kasihan ada yang nangis haha ...."

Aku hanya tersenyum. Dia menungguku di sana. Aku melajukan motorku lebih dulu. Dia mengikutiku.

Di jalan, aku memperlambat laju sepeda motorku. Aku sengaja melakukannya agar ia berada di depanku. Kami berjarak 20 meter saja. Aku tahu, Kak Boy memantauku melalui sepionnya. Ah ... Suasana apa ini.

Aku benar benar tak menyangka. Tak menyangka Dia akan bersikap begitu. Aku pikir Dia hanyalah seorang lelaki kaku yang tak tahu basa basi. Sebab, daei beberapa hari mengobrol dengannya, aku tak mendapatkan frekuensi yang sama dengannya. Mungkin itu awal saja, karena kami terlalu canggung.

Dia yang Tak Pantas Aku RindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang