BAB 2: Jangan Terlalu Dekat

48 2 2
                                    

Dulu, aku pernah mendengar. Seseorang pernah berkata kepadaku "kalau berteman sama orang itu ala kadarnya saja, jangan terlalu dekat! Karena kalau terlalu dekat nanti kalian akan pecah", kira-kira begitulah.

Aku tak percaya. Logikanya, kalau kita semakin dekat, tentu orang akan menjaga hubungan baik dengan kita. Mikir-mikir dulu pastinya jikalau dia mau berbuat jahat atau memutuskan tali silahturahim. Kan malu ya ? Tiba-tiba dia nantinya gak dekat lagi. Pastinya orang di sekitar dia bakalan bertanya.

"Eh di dia kemana ? Kok tidak terlihat sama kamu lagi ?"

Mungkin. Biasanya seperti itu.

Tak tau mengapa tiba-tiba quote lama itu terngiang lagi. Mungkin ini ada kaitannya dengan apa yang aku alami saat ini.

***
Dear readers yang aku sayangi.
Kali ini alur sedikit berubah, anggap saja intermezzo.

***

Akhir-akhir ini dia tak pernah lagi mengirimkan pesan di WhatsApp-ku. Mungkin karena aku terlalu keras melarang apa yang dia suka. Ini dugaanku saja. Masih akan menjadi dugaan hingga aku tahu alasan sebenarnya.

***

Ting ..
Ada pesan masuk. Dari dia. Pesan yang berisi sebuah emoticon menangis. Hanya itu saja. Aku terheran. Pesan itu masuk, ketika aku tengah menulis cerita ini. Kok ya dia tahu kalau aku tengah menulis kisahnya? Entah ..

***

Kilas balik.
Akhir-akhir ini, sejak Girl Band asal korea BlackPink menjadi booming karena iklan suatu online shop. Semua orang mendadak kenal dan 'suka kpop' karenanya. Termasuk dia. Dia juga menggilainya.

Awalnya aku tak tahu ternyata dia tergerus arus untuk menyukainya. Aku kira obrolan kami terkait kpop waktu itu hanya sebatas guyonan. Rupanya, dia mendalaminya.

Perlahan, dia mulai kepo. Dia mulai mencari biasnya pada Girl Band tersebut. Setelah dia menemukan biasnya, dia ganti foto profil WhatsApp-nya dengan foto biasnya itu. Berkas download dan share story WhatsApp-nya semua hal yang menyangkut biasnya itu. Tidak hanya itu, nampaknya dia juga mulai mengincar lightstick ataupun atribut konser yang terkait dengan biasnya. Oh ya, belum lagi dia mulai menanyakan kepadaku harga tiket konser.

Aduh..
Aku mulai gelisah.

Terus terang, aku tak suka. Aku bingung harus menasehatinya dari bagian mana. Alhasil, aku coba share langsung video-video penceraharan terkait bahaya menjadi seorang fangirl kpop. Terus menerus, ku kirim langsung beberapa video sekaligus. Harap-harap dia akan merespon baik. Namun apa, dia tak merespon sedikitpun.

***

Dua hari telah berlalu sejak aku mengirimkannya video-video itu, dia tetap tak kunjung merespon. Ini kali pertama dia tak menghubungiku dalam rentang waktu di luar biasanya.

Ya sudah. Biarkan. Setelah interval dua hari itu, aku coba kembali untuk memancing respon darinya dengan mengirimkannya sebuah video. Tipe video yang sama dengan video-video sebelumnya. Video penyadaran. Tetap saja, tidak di respon.

Kali ini, aku tak mau banyak bicara untuk menasehatinya secara langsung. Sengaja tak aku lakukan, ya karena aku sudah pernah menyampaikannya jauh sebelum dia menjadi seorang fangirl. Buat apa harus ku ulang perkataan yang pernah di ucap. Basi. Biarkan dia mengingat dengan sendirinya.

***

Mungkin dia ataupun kalian ada yang berpikir bahkan berkata "kok ya sok begitu menasehati orang. Bukannya situ juga fangirl?"

Dia yang Tak Pantas Aku RindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang