"Memanglah benar, pengharapan kepada manusia akan menyisakan kekecewaan. Jikalau Allah dijadikan tempat bertumpu, maka tak akan ada yang namanya kecewa"
Sudah beberapa pekan berlalu, sejak salam itu terdengar. Direct Message yang aku tunggu tak kunjung datang. Sebenarnya, sudah datang namun topik yang diharapkan tak pernah sampai.
Niat hati, ingin sekali melakukan konfirmasi secara langsung akan kejelasan dalam yang telah disampaikan. Apa daya? Malu terlalu besar. Hingga sekarang, aku tak tau pasti kebenarannya.
***
Salam darinya membuatku membuka banyak harapan. Semua teman terdekat, tak segan untuk aku mintai pendapat tentang ini. Jujur, ini perdana. Tak dapat dipungkiri, aku se-percaya diri ini untuk menceritakan itu kepada teman-temanku itu. Wajah yang berseri selalu menemani kalimat demi kalimat saat bercerita.
***
Tak ada kejelasan pasti ini membuatku menerka-nerka. Aku sudah berhayal jauh. Bahkan sudah mencapai ke titik walimatul 'ursy. Astaghfirullah ... Pikiranku tak dapat terkendali. Ah, ekspektasi ini terlalu besar.
Saat ini mulai merasakan bahwa ini adalah hal yang salah. Cukuplah saat itu saja yang membuat diri terasa bodoh. Bodoh karena telah berharap kepada manusia. Air matapun berderai tanpa ragu.
Sebisa mungkin, aku mengendalikan diriku untuk tidak berpikir sejauh itu. Berkhayal seolah babak baru kehidupanku akan di mulai. Aku mencari cara. Aku mencoba fokus untuk belajar. Belajar melakukan hal yang aku sukai. Belajar ilmu-ilmu agama. Intinya, menyibukkan diri dan tenggelam didalamnya.
***
Setiap ada DM masuk darinya, selalu info lowingan pekerjaan yang terkandung di dalamnya. Otakku bermain. Logikanya, jika benar dia punya niatan baik denganku, pastilah ia akan merespon dan mengajak untuk melakukan pembicaraan serius. Tak sekalipun! Semua biasa-biasa saja.
Makin hari, aku perhatikan akun instahlgramnya, banyak sekali postingan yang ia bagikan menjurus ke tema pernikahan.
Bodohnya, aku tersipu. Fakta lain, aku tak tahu kejelasan. Aku sangat bodoh.
Berpikir positif. Mungkin dia belum mau serius, karena dia yang aku tahu, sedang menempuh pendidikan magister.
***
Disisi lain, teman-teman juga tidak mendukung penuh. Bahkan ada yang menyayangkan jika aku berjodoh dengannya. Wallahu 'alam.
Aku tahu, nampaknya ini akan berujung kepada penantian sia-sia. Aku memutuskan untuk mendaftar program taaruf online pada salah satu akun instagram taaruf.
Aku memang tak sempat bercerita dengan keluargaku. Aku pikir ini masih terlalu dini bagi mereka.
Akhirnya aku tahu. Langkahku untuk bermain aman alhamdulillah tepat. Ternyata, dia memiliki kekasih hati.
Lewat salah satu akun instagram islami yang kami ikuti, dia menuliskan suatu komentar dengan melakukan tag pada akun seorang perempuan.
"Semogak kelak kamu tidak seperti ini ya!"
Apa yang kalian pikirkan? Rasanya jleb banget. Penantianku berakhir sudah. Untungnya, tidak terlalu berharap. Jadi tidak terlalu sakit. Haha ...
Rasa keingintahuanku ini tak dapat terbendung. Aku segera mencari tahu akun tersebut. Benar saja, nampaknya hubungan mereka sudah sangat jauh. Aku melihat foto ibu dan adiknya bersama dengan perempuan itu. Calon mantu nih!
Belajar dan belajar. Itu yang aku lakukan. Semakin aku mengetahui fakta itu, sekangat gigih usaha belajar yang aku lakukan. Aku ingin segera melupakannya.
***
Dear kamu yang pernah membuatku baper
Terimakasih sudah memberikan harapan palsu
Terimakasih telah membuatku berharap
Terimakasih atas ketidak-gentle-anmu
Terimakasih tidak menghubungikuPesanku, jagalah istri sebaikmungkin
Jangan membanding-bandingkannyaJika aku tau akan berakhir seperti ini, maka jangan berani menitipkan salam.
Aku sudah tahu. Jangan kau tutupi. Maaf, aku tak tertarik untuk menjadi followersmu.
Aku unfollow akun instagramnya dan akun para ikhwan lainnya.
Dear hati, tenanglah! Allah telah menuliskan jodoh terbaik. Entah itu dengan makhluk-Nya ataupun sebuah kematian. Siapa yang duluan? Wallahu 'alam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia yang Tak Pantas Aku Rindukan
Teen FictionCerita ini hanyalah cerita biasa. Dengan masalah yang sering di jumpai. Tidak hanya aku, kamu juga pernah merasakannya.