BAB 5: Oppa

3 0 0
                                    

Selepas ketragisan drama aib yang terbongkar, ada seorang yang cukup menarik bagiku. Dia sering datang juga ke kedai kami bersama dia yang sebelumnya. Namun, dia pure tidak merokok. Pertahanannya amat kokoh tapi dia tak 'se-perfect' yang tadi. Nampak berbeda level juga. Meski demikian, dia bisa mengimbangi.

***

Masih di tempat yang sama, dia ini juga teman organisasi kami juga. Tak banyak keberuntungan yang dimilikinya, namun aku merasa beruntung bisa mengobrol dengannya.

Kala itu, amat langka mencari seorang teman lelaki yang bisa connect saat di ajak ngobrol drama korea. Virus k-drama masih menjadi racun bagiku, belum lagi banyak yang menayangkannya di televisi. Gadget tak selumrah sekarang. Anak-anak orang kaya saja yang bisa beli Blackberry. Lainnya hanya mentok pada hape China suara menggelegar. Hahaha. Tak heran jikalau warnet dan televisi menjadi pujaan.

Berawal dari obrolan tersebut, lama lama menjadi asyik. Bahkan rela menonton film yang sama agar bisa ngobrol. Hahaha, segila itu.

***

Dia ini agak berbeda. Aku nyaman saja dengannya. Tidak neko-neko, tahu batasan. Lebih sering menjagaku. Tak heran jika aku menamakan kontaknya dengan sebutan 'Oppa'. Konotasi 'Oppa' jikalau di drama korea lebih mengarah ke boyfriend, tapi kalau di lihat makna sesungguhnya, itu hanyalah sebuah panggilan tanda hormat dari adik perempuan kepada kakak laki-lakinya. Aku mengambil makna yang kedua. Bahkan saat bercerita dengan teman angkringan, tak segan aku menyebutnya dengan 'Oppa'.

***

Oppa sengaja berkunjung ke kedai sampai kedai tutup. Dia sengaja untuk mengiringi perjalanan pulangku. Walaupun aku sering bersama temanku, dia tetap menunggu. Tak segan aku sering memintanya bantuan. Aku sering menggunakan jasa ojek online-nya jika berpergian ke tempat jauh yang asing bagiku. Dia juga membantu membenarkan instalasi listrik di  kedai kami. Meski suka menggerutu, itu hanya di mulut saja. Itu semua agar aku tertawa dan mentraktirnya.

Teman angkringan serj g mengolok-olokku mengatakan bahwa nampaknya Oppa suka denganku. Mereka mengatakan mana ada laki-laki yang berteman tulus kalau bukan ada sesuatu dibaliknya. Sampai rela hampir setiap malam mampir ke kedai bahkan sampai tutup hanya untuk menunggu pulang bersama.

Aku menyangkalnya. Aku pikir ini biasa saja. Kami memang satu geng. Dulu sebelum angkringan buka, kami sering nongkrong bareng di kedai Thaitea. Pernah juga ke kedai kopi. Diantar pulang setelah pertemuan organisasi.

***

Waktu cepat berlalu. Kecanggungan berubah menjadi keakraban. Senang bisa ngobrol denganmu. Aku harap hadirmu ini dapat menjadi pelipur rasa kekecewaanku.

Terimakasih telah menjagaku dan berusaha connect dengan sense dramaku.

Dia yang Tak Pantas Aku RindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang